Gempa dan tsunami yang ada di Palu dan sekitarnya merupakan duka mendalam bagi Indonesia. Gempa dengan kekuatan 7,7 Magnitudo tersebut membuat porak poranda satu kota. Jembatan kuning, Masjid Terapung, dan bangunan ikonik lain kini hanya tinggal kenangan. Trauma juga masih melekat di kepala penduduk sekitar yang menyaksikan rumah mereka rata dengan tanah.
Tetapi, setiap peristiwa pasti datang dengan maksud tertentu. Setelah duka berbulan-bulan menyelimuti Palu, kini beberapa dari mereka yang tinggal di kota tersebut mengisahkan bahwa mereka sudah bangkit perlahan. 7 bulan setelah diguncang bencana hebat, beginilah wajah terbaru kota Palu.
Melansir bbc.com, berdasarkan data pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, sebanyak 1.299 gedung sekolah rusak di wilayah terdampak bencana, yakni Kota Palu, Kabupaten Sigi, Kabupaten Parigi Moutong, dan Kabupaten Donggala. Hal ini membuat puluhan ribu siswa terhambat masuk sekolah, tak terkecuali mereka yang duduk di bangku kelas XII.
Salah satu yang menceritakan kisahnya adalah Nanda Lenan. Siswa yang duduk di kelas 3 bangku SMA ini sempat menceritakan bagaimana ia dan kawan-kawan belajar di lapangan terbuka karena gempa susulan kerap terus terjadi. Untung, saat UNBK awal April lalu, Nanda sudah kembali bisa masuk ke dalam kelas dan mengerjakan Ujian Nasional dengan tenang.
Pembenahan memang tidak bisa dilakukan dengan instan. Meski pemerintah terus menjanjikan pembangunan kembali rumah yang roboh karena gempa, nyatanya hingga sekarang masih banyak warga yang tinggal di tenda dan hunian sementara.
Salah satu tempat penampungannya adalah Desa Balaroa, Palu. Seperti yang Sahabat lihat, penduduk tinggal di dalam tenda agar terhindar dari panas dan hujan. Setidaknya, ada sekitar 6.000 anak yang ikut serta orangtua mereka di sini.
2018 lalu adalah tahun gelap, di mana bencana terjadi di mana-mana, mulai dari gempa Lombok, gempa dan tsunami Palu, gunung meletus, serta bencana lain yang banyak menelan korban. Dana bantuan ini seharusnya diterima oleh setiap KK sebesar 50 juta Rupiah. Melansir Vice.com, hingga sekarang warga masih belum menerima hak mereka.
Bahkan, santunan untuk rumah-rumah hancur yang semula diusulkan sekitar 2,6 triliun sudah melewati tenggat waktu 3 bulan dan belum ada tanggapan serius dari pemerintah. Urusana ini tentu melibatkan pejabat lokal untuk kembali mengusulkan dana kepada mereka yang belum punya tempat tinggal baru.
Untuk mengisi waktu darurat sementara menunggu bantuan dari pemerintah, ada banyak sekali hal yang dilakukan warga. “Daripada pusing pikirkan kenangan kejadian (gempa dan tsunami) stress memikirkan harta hilang, daripada saya salah pikiran, saya melukis,” ucap Abdullah seperti dikutip dari Vice.com.
Selama berada di hunian sementara, ia rajin menggoreskan tinta, melukis keadaan sekitar yang sudah melenyapkan rumahnya. Kondisi di sekitar Pantai Talise –tempat utama yang dihantam tsunami, juga tampak lengang. Kendaraan bisa melintas, tapi memang jalannya belum diperbaiki seutuhnya.
BACA JUGA: 6 Kejadian yang Mendapat Sorotan di Tengah Hebatnya Guncangan Gempa Sulawesi
Pemerintah memang sengaja membangun tempat hunian sementara setidaknya bisa bertahan hingga dua tahun. Tapi bagi warga, waktu tersebut cukup lama mengingat mereka hidup dalam ketidakpastian. Ya, kita doakan saja ya semoga pemerintah segera menyelesaikan masalah ini dan kembali membuat mereka yang luntang-lantung hidup nyaman bersama keluarganya.
Beberapa waktu lalu, viral sebuah video yang memperlihatkan seorang pengemis karena aksinya yang dianggap meresahkan.…
Masyarakat Indonesia sedang berbahagia dan bangga terhadap Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang baru saja menorehkan…
Media sosial kini menjadi tempat berbagi cerita dan mencari hiburan, tak heran banyak orang yang…
Jakarta banjir, sudah menjadi “acara” tahunan yang membuat banyak warga menjadi lebih “santuy” saat menghadapinya.…
Siapa sangka sebuah pijatan yang bisa merelaksasi dan menyembuhkan penyakit pada orang dewasa, bisa berujung…
Nama selebgram Chandrika Chika terseret pada kasus penyalahgunaan narkoba yang baru-baru ini terungkap. Tidak sendirian,…