Erik Andesra harus sewa alat berat untuk temukan Ibunda. [Sumber gambar]
Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria asal Sumatera Barat yang menceritakan pilunya hati di tengah ketidakpastian menemukan jejak sang ibu yang hilang ditelan dahsyatnya bencana Sumatera.
Akhir November hingga awal Desember 2025, Sumatera bagian utara dilanda bencana banjir bandang dan tanah longsor akibat terjangan Siklon Tropis Senyar. Akibatnya, ribuan orang dikabarkan meninggal akibat bencana alam di seluruh Asia, dimana salah satunya adalah ibunda Erik.
Berbicara kepada BBC, Erik menceritakan bahwa sebelum bencana datang, ia terlibat perdebatan dengan Ernita, ibunya saat mengemukakan keinginannya untuk bekerja di Pasaman, Senin (24/11/2025). Artinya, ia harus meninggalkan Palembayan yang terletak di Kabupaten Agam, sekaligus tempat tinggal ibunya.
Rupanya Ernita berkata lain. Beliau tidak mengizinkan Erik pergi. Ia memiliki alasan untuk itu, yaitu karena cuaca yang tidak menentu dan sering hujan. Tetapi, ia akhirnya diperbolehkan pergi pada tanggal 27 November 2025.
PIkiran semakin berkecamuk ketika ia sampai di persimpangan. Erik melihat air dan lumpur telah menggenangi lokasi itu, disertai bebatuan besar yang tampak terseret arus dan memenuhi aliran sungai, sementara rumah sang Ibunda tak tampak lagi berdiri di tanah yang ia kenal.
Tak hanya Ernita, ibunya, Erik menjelaskan bahwa dirinya sedang mencari anggota-anggota keluarga lainnya. Semua hilang kontak usai galodo menyapu kampung halamannya di hari ia seharusnya pergi ke Pasaman untuk menentukan masa depannya.
Di tengah perjuangan menemukan sang ibu, Erik juga mendapatkan kabar duka saat menerima kiriman foto jenazah salah satu keponakannya. Dirinya terpaksa menyerah sejenak menemukan ibunya, menjemput jasad sang ponakan untuk kemudian mengantarnya ‘pulang’ ke Gumarang, 10 kilometer dari lokasi penemuan.
Erik berjibaku dengan tenaga, waktu, dan duka. Tak hanya mencari ibu, ia harus silih berganti memastikan nasib keluarganya, terutama yang terisolir karena rusaknya sarana. Khususnya karena cuaca yang masih buruk dan jalanan yang masih berlumpur.
Nyaris putus asa, Erik mendapat ide menarik. Ia memutuskan untuk menyewa satu unit alat berat demi menemukan Ibundanya. Tawar menawar terjadi, pemilik akhirnya mau membantu dirinya menemukan keberadaan ibunya.
Pencarian dimulai. Insting berkata, ia harus membongkar puing-puing rumah. Kegelisahan akhirnya sirna ketika ia menemukan mendapati jenazah ibunya, terkubur di rumah kesayangan dengan masih mengenakan mukena.
Jenazah Ernita langsung dievakuasi oleh tim Basarnas yang menemukannya di balik reruntuhan rumah. Menurut pengakuan ipar lelakinya, Ibunda Erik sedang salat saat galodo menghantam desa, menguatkan dugaan Erik yang menemukan ibunya masih berselimut mukena.
Satu kebahagiaan di tengah duka yang Erik rasakan adalah jasad Ernita lengkap, tanpa kurang suatu apa pun juga. Bahkan dirinya masih bisa melipatkan tangan sang Ibu bagaimana selayaknya.
Usai ditemukan, jenazah Ernita dibawa ke musala untuk kemudian langsung dimakamkan di pemakaman keluarga. Satu pengabdian terakhir yang bisa Erik lakukan untuk Ibunda tersayang.
Masih teringat dahsyatnya bencana alam di Sumatera bagian Utara. Aceh, Medan, Tapanuli, Sibolga, hingga sebagian…
Jangan remehkan kekuatan tumbler. Tak hanya tahan pecah, hilang dikit, dua-tiga orang bisa kena pecat…
Sedang ramai rakyat lawan penguasa dimana salah satunya terjadi di Indonesia. Entah siapa yang salah,…
Hong Kong membara! Jumat pagi (28/11/2025), enam gedung 31 lantai di kompleks permukiman Wang Fuk…
Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, cuaca hujan kali ini benar-benar menjadi momok bagi rakyat Indonesia. Tak…
Delapan bulan lamanya keluarga Alvaro Kiano Nugroho (6) mencari anak sekaligus cucu tanpa kepastian jelas.…