Cirebon merupakan daerah yang berada di kawasan Pantura Jawa Barat yang masih sangat kental akan adat dan budaya. Tak hanya menyisakan keraton dan bangunan bersejarah saja, di Cirebon banyak sekali naskah kuno yang ratusan tahun usianya.
Menurut Sejarawan Cirebon,Opan Sapari, ada sekitar 500 naskah yang terkumpul hingga ini. Lembaran kertas ini dijaga, disimpan di museum, serta dipelajari sebagai tuntunan hidup sampai menjadi tradisi yang melekat dalam diri masyarakatnya. Baru-baru ini disebutkan kalau ada naskah yang mengandung racun. Keunikan seperti inilah yang akan kita bahas dalam tulisan kali ini. Simak sampai selesai ya!
Jumlah yang mencapai ratusan di museum Cirebon belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan yang dikuasai oleh pihak asing. Di Museum Leiden Belanda setidaknya ada 13.000-an naskah kuno yang dikuasai secara lembaga, namun juga perseorangan. Mengapa negara lain sampai bisa memiliki kekayaan sejarah negara kita? menurut Kepala Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpustakaan Nasional Titiek Kismiyati, mereka mendapatkannya melalui jalur jual beli, rampasan perang, maupun pemberian atau hadiah.
Ibaratnya kitab kuno yang berisi banyak rahasia, begitulah isi yang terdapat dalam naskah kuno Cirebon ini. Naskah-naskah tersebut ditulis dengan bahasa dan sastra yang tinggi, isinya pun beragam, mulai dari sejarah, hal yang berkaitan dengan agama, sampai ilmu tasawuf. Selain itu, ada sebagian yang membahas tentang horoskop (ilmu perbintangan), cerita lakon, ilmu kedokteran, astronomi, serta bahasan tentang senjata Cirebon. Yang tak kalah penting menurut Opan adalah rahasia kesaktian yang dimiliki oleh Sunan Gunung Djati.
Dari ratusan yang tersisa, puluhan di antaranya ada yang tersimpan dalam Museum Muhammad Arifin. Muhammad Arifin ini dikenal sebagai Pangeran Pasarean dan merupakan keturunan langsung dari Sunan Gunung Djati. Kini, Museum tersebut diurus oleh generasi ke 16 Sunan Gunung Djati, yaitu R Hasan Ashari (53). Ditulis dengan tangan, ternyata dulunya naskah ini beracun, bahkan sampai membuat yang membukanya muntah darah. Racun ini terbuat dari tumbuhan upas dan bertujuan untuk menghindari gerogotan rayap dan serangga. Namun, saat semakin banyak orang yang ingin melihat, naskah tersebut kini sudah dibersihkan.
Bagi para pemerhati sejarah, naskah ini tentunya sangat berharga sekali karena isinya yang dipenuhi beragam pengetahuan. Beruntung sekali ada tim yang sudah men-digitalisasikan sebagian naskah yang ada. Hal tersebut diungkap oleh Mukhtar Zaidin, sebagai anggota dari Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Naskah yang sudah dalam bentuk digital tersebut nantinya bisa menjadi referensi masyarakat serta diambil manfaat guna pengembangan ilmu pengetahuan.
Hingga sekarang, naskah kuno ini masih diburu oleh negara asing, salah satunya Australia. Karena jumlahnya yang hanya ratusan saja, maka mari kita jaga, naskah ini tak hanya merupakan jejaksejarah dari zaman Sunan Gunung Djati saja, yang tak kalah penting adalah isinya yang menyimpan banyak rahasia, dari pengobatan hingga persenjataan dan berbagai ilmu pengetahuan.
Patah hati tampaknya tengah dialami para fans juara ketiga Indonesian Idol musim ke-8 sekaligus vokalis…
Beberapa waktu lalu, viral sebuah video yang memperlihatkan seorang pengemis karena aksinya yang dianggap meresahkan.…
Masyarakat Indonesia sedang berbahagia dan bangga terhadap Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang baru saja menorehkan…
Media sosial kini menjadi tempat berbagi cerita dan mencari hiburan, tak heran banyak orang yang…
Jakarta banjir, sudah menjadi “acara” tahunan yang membuat banyak warga menjadi lebih “santuy” saat menghadapinya.…
Siapa sangka sebuah pijatan yang bisa merelaksasi dan menyembuhkan penyakit pada orang dewasa, bisa berujung…