Categories: Tips

Inilah 4 Alasan Kenapa Makin Banyak Kebencian yang Menyebar di Sosial Media, Kamu Harus Tahu!

Hidup di jaman serba digital memang punya banyak kelebihan, selain meniadakan jarak dan membuat semua akses lebih mudah, untuk kita yang masih muda tentu social media nggak hanya bisa jadi ajang untuk eksis, tapi juga bisa untuk memperlancar bisnis. Selain itu, banyak hal penting yang akhirnya terekspos karena keberadaan social media dengan beragam komentar yang ada di dalamnya. Wajar sih, karena salah satu hal terpenting bagi manusia adalah menyampaikan pendapat dengan bebas, jadi nggak heran kalau kolom komentar nggak pernah sepi dari ‘serangan’ netizen.

Namun sayangnya, justru kebanyakan komentar-komentar yang ada di social media memicu konflik yang berujung kebencian satu sama lain. Meskipun sekedar perang di dunia maya, tentu reaksi yang ada banyak melahirkan reaksi lain dan pada akhirnya membentuk ‘lingkaran setan’ di kolom komentar, mulai dari debat kusir hingga caci maki. Saking hafalnya dengan tingkah netizen, saat kita melihat postingan pun yang dituju adalah kolom komentarnya, bukan dari postingan aslinya. Apa sih sebenarnya yang menjadi alasan kenapa kebencian begitu mudahnya tersebar? Simak poin-poin di bawah ini ya!

Teknologi hadir ‘tiba-tiba’, tanpa sempat memberi edukasi bagaimana cara menggunakannya

Kehadiran teknologi yang sedemikian pesat tentu merupakan suatu kemajuan yang nggak bisa dipungkiri. Namun salah satu kekurangan dari banyaknya inovasi yang muncul ketika teknologi dibuat adalah para penciptanya lupa memberikan edukasi bagaimana hukum hidup besosial dalam social media. Dalam memberikan informasi misalnya, ketika kita bertatap muka tentu ketika salah bicara bisa langsung minta maaf dan menjelaskan dengan sebijak mungkin.

Teknologi nggak pandang bulu [Image Source]
Beda cerita apabila yang terjadi adalah adanya opini yang disebarkan di kolom komentar. Sekali kita salah bicara, bisa puluhan bahkan sampai ratusan orang menghujat kita. Komentar yang aslinya biasa aja bisa ditanggapi lain oleh sesama netizen, bahkan nggak jarang  komentar kita yang berbeda tadi pun bisa dibagikan lagi pada orang-orang yang lain tanpa memberikan kita kesempatan untuk klarifikasi.

Semua orang sok suci ketika membicarakan dosa orang lain

Akun pergosipan [Image Source]
Semua orang setuju kalau membicarakan orang lain di belakang mereka adalah perbuatan yang salah, ironisnya dalam bersosial media, aturan itulah yang sering kita langgar. Netizen berkomentar di balik layar gadget merasa seperti orang tanpa dosa yang bisa menghakimi orang lain seenaknya. Ditambah dengan adanya kebebasan membuat berbagai akun, otomatis membuat orang yang punya niatan jahat mudah untuk memancing kebencian hanya dengan sesekali berkomentar tanpa tanggung jawab ketika apa yang diketik benar-benar menyakiti perasaan orang lain.

Sebenarnya, ‘benci’ hanyalah produk dari pelampiasan emosi

Merasa iri dan benci melihat postingan ornag lain [Image Source]
Kita semua punya emosi terpendam yang kadang nggak bisa dilampiaskan begitu saja pada yang bersangkutan. Ketika sosial media hadir sebagai salah satu bentuk eksistensi diri tentu banyak yang menggunakannya sebagai bentuk pelampiasan emosi instan tapi minim tanggung jawab. Contoh nyatanya, coba saja lihat di kolom komentar akun-akun selebritis, kenapa banyak orang yang repot-repot untuk log in ke akun social medianya, lalu meninggalkan komentar yang mengandung kebencian? Mulai dari komentar yang nyinyir, bentuk-bentuk kecemburuan, sebenarnya itu adalah bentuk pelampiasan emosi sementara yang seharusnya nggak usah ditanggapi dengan serius.

Kebencian itu layaknya virus, mudah menyebar pada pikiran yang nggak terurus

Satu geng yang suka komen jahat [Image Source]
Meluangkan waktu untuk membaca dengan teliti apa yang diberitakan di social media sebenarnya cukup untuk membuat pikiran kita nggak mudah terpancing emosi dan bisa lebih meluangkan simpati seperlunya. Kunci dari peduli adalah dengan mengerti, tapi sayangnya untuk sekedar mengerti pun netizen enggan berusaha. Banyaknya komentar negatif yang ada di social media adalah bukti nyata netizen yang nggak mau berpikir dulu sebelum berkomentar dengan bijak, bahkan untuk sekedar membaca sampai tuntas pun nggak dilakukan dengan semestinya, seakan-akan buta aksara.

Hanya karena membuat akun social media itu mudah, bukan berarti kita bisa seenaknya. Bijak meninggalkan komentar adalah salah satu faktor penting untuk menilai seberapa dewasa kita, pastikan kamu sudah menjadi netizen yang baik ya!

Share
Published by
Fany

Recent Posts

Kronologi Kasus Kiano Alvaro, Hilang 8 Bulan Ditemukan Tak Bernyawa

Delapan bulan lamanya keluarga Alvaro Kiano Nugroho (6) mencari anak sekaligus cucu tanpa kepastian jelas.…

6 days ago

Kasus Ira Puspadewi, Pulang dari LN untuk Negara Ternyata Dituding Korupsi

Sedang ramai di Indonesia mengenai kasus korupsi yang menyeret nama Ira Puspadewi. Ia adalah mantan…

7 days ago

Profil Zohran Mamdani, Walikota Muslim Pertama di Amerika Serikat

Di tengah gejolak politik terus menerus yang dipicu oleh presidennya, Amerika Serikat memberi kejutan baru…

2 weeks ago

Kasus Ledakan SMAN 72 dan Potret Ekstrim Dampak Perundungan di Kalangan Remaja

Baru di Indonesia, ketika teror mengguncang sebuah institusi pendidikan. Di tengah-tengah pelaksanaan salat Jumat (7/11/2025)…

2 weeks ago

Ramai Beli Emas saat Harga Naik, Bagaimana Seharusnya?

Ada yang terbang sampai lupa pulang. Seperti itulah harga emas akhir-akhir ini. Terus melambung tinggi…

3 weeks ago

Arab Bikin Proyek Kereta Cepat, Kenapa Biayanya Bisa Lebih Murah dari Whoosh Indonesia?

Kabar gembira untuk warga Arab Saudi, atau mungkin Warga Negara Indonesia yang bermukim di sana.…

3 weeks ago