Kebesaran Rusia sebagai negara terkuat yang menjadi saingan Amerika Serikat memang tidak diragukan lagi. Sederet teknologi perang canggih seperti senapan serbu AK-47, Tank Armata hingga varian jet tempur Shukoi, adalah bukti kedigdayaan negeri Beruang Merah yang dulu bernama Uni Soviet tersebut.
Meski demikian, kehebatan tersebut bukannya tanpa cela. Sebagai produsen alat-alat militer kelas dunia, Rusia juga pernah menciptakan alutista berteknologi canggih dan modern, namun dianggap sebagai produk gagal. Lha, kok bisa sih? Selengkapnya, simak ulasan dari Boombastis di bawah berikut ini.
Ketika beberapa prototipe diluncurkan pada akhir 1990-an, keberadaan Tank Black Eagle sempat menggegerkan dunia Barat karena bentuknya yang khas. Secara khusus, kendaraan lapis baja itu memiliki menara besar tanpa awak sementara kru duduk di lambung kapal yang terlindungi dengan baik. Sayang, proyeknya kemudian dihentikan karena dianggap “miskin inovasi”.
Persaingan antara AS dan Uni Soviet (kini Rusia) menjadi salah satu alasan kelahiran pesawat MiG-105. Dilansir dari Nationalinterest.org (15/12/2019), keberadaannya merupakan respons Soviet terhadap proyek Dyna-Soar X-20 AS yang gagal. Meski diciptakan sebagai pesawat ruang angkasa orbital, proyek MiG-105 akhirnya tak diteruskan dengan alasan bahwa ide dari pesawat tersebut tidak sepenuhnya digunakan.
Jauh sebelum jenis pesawat Shukoi dikenal dunia, Rusia sempat menciptakan Pesawat tempur Su-47 Berkut dengan desain sayap berlawanan arah. Jauh dari jet perang kebanyakan. Karena terlihat aneh, proyek Su-47 yang pertama kali terbang pada tahun 1997 itu akhirnya dihentikan. Penyebabnya ada pada sayap yang memiliki tekanan besar saat terbang, ditambah material untuk produksi di bagian tersebut yang dinilai semakin mahal.
Dalam berinovasi, insinyur Rusia memang tak kepalang tanggung dalam menciptakan alutsista militer. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan MD-160 yang bernama Lun, yang merupakan pesawat dengan kemampuan terbang konvensional, amfibi, sekaligus hovercraft. Bentuknya yang besar, membuat MD-160 dijuluki sebagai “Monster Kaspia”. Biaya produksinya yang terlampau mahal, menjadi akhir bagi pesawat tersebut hingga akhirnya tak jadi diperbanyak secara massal.
Keberadaan Kapal selam nuklir K-222 ciptaan Rusia sejatinya telah memberikan pelajaran yang berharga di masa depan. Meski dianggap sebagai yang tercepat di dunia, alutsista yang diluncurkan pada tahun 1969 itu dianggap terlalu mahal karena lambungnya menggunakan titanium. Tak hanya itu, suara yang dikeluarkan juga tergolong berisik untuk sekelas kapal selam nuklir. Meski dianggap gagal, para insinyur Rusia belajar banyak dari K-222 untuk menciptakan kapal selam baru yang lebih efisien.
BACA JUGA: Mengenal Katyusha, Roket Jadul Iran yang Digunakan untuk Mengobrak-abrik Militer AS
Kegagalan alutsista di atas mungkin dianggap sebagai aib oleh lawan-lawan militer Rusia. Justru dari sana, negeri Beruang Merah itu belajar dari pengalaman tersebut. Kini, mereka bahkan telah memiliki jet tempur generasi 5 (Su-57) yang berteknologi siluman, juga tank T-14 Armata yang menjadi salah satu kendaraan lapis baja berat tercanggih di dunia.
Patah hati tampaknya tengah dialami para fans juara ketiga Indonesian Idol musim ke-8 sekaligus vokalis…
Beberapa waktu lalu, viral sebuah video yang memperlihatkan seorang pengemis karena aksinya yang dianggap meresahkan.…
Masyarakat Indonesia sedang berbahagia dan bangga terhadap Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang baru saja menorehkan…
Media sosial kini menjadi tempat berbagi cerita dan mencari hiburan, tak heran banyak orang yang…
Jakarta banjir, sudah menjadi “acara” tahunan yang membuat banyak warga menjadi lebih “santuy” saat menghadapinya.…
Siapa sangka sebuah pijatan yang bisa merelaksasi dan menyembuhkan penyakit pada orang dewasa, bisa berujung…