Intrik politik di masa lalu memang jarang terungkap secara gamblang pada masanya. Selain karena minimnya informasi, hal tersebut biasanya sangat dirahasiakan dan bukan untuk konsumsi publik. Seperti kisah Sukarno saat berkunjung ke Jepang pada awal 1958, di mana kedatangan dirinya saat itu dijamin keamanannya oleh Yoshio Kodama.
Kodama sendiri merupakan tokoh sayap kanan di Jepang, sekaligus orang yang berpengaruh di jaringan organisasi bawah tanah Yakuza. Tak heran jika dirinya kemudian dimintai bantuan untuk menjaga Sukarno selama kunjungan tidak resminya di negeri Sakura tersebut. Seperti apa kisahnya, simak ulasan berikut ini.
Kodama termasuk memiliki rekor buruk selama PD II. Oleh Amerika Serikat, dirinya dicap sebagai penjahat perang. Meski demikian, CIA menggandeng dirinya untuk menjadi agen dan memiliki ideologi yang sama dengan pemerintah AS pada saat itu, yakni anti terhadap komunis. Kodama pun menjadi salah seorang pendiri Liga Antikomunis Rakyat Asia.
Di balik layar, keluasan jaringan Kodama membuat dirinya terkoneksi dengan Yakuza dan organisasi bawah tanah lainnya. Hal ini dilakukan sebab Kodama dilarang untuk menduduki jabatan publik karena statusnya sebagai tersangka kejahatan perang. Dalam sebuah dokumen CIA bertanggal 29 January 1976, dirinya terlibat dalam normalisasi hubungan antara Jepang dan Korea pasca berakhirnya PD II [PDF].
Saat diminta bantuan untuk menjaga Sukarno, Kodama menyerahkan tugasnya itu kepada salah satu pengikutnya, Kobayashi Kusuo, yang merupakan seorang petinggi perusahaan di bidang konstruksi, Dai Nihon Kyogyo. Namun, bisnis tersebut dinilai hanyalah kedok belaka untuk menutup-nutupi Ginza Police, organisasi bawah tanah yang terafiliasi dengan Yakuza.
Menurut Masashi Nishihara dalam Japanese and Sukarno’s Indonesia: Tokyo-Jakarta Relations, 1951-1966 yang dikutip dari Historia.id, sebanyak 20 orang dari anggota kelompok Ginza Police direkrut untuk menjaga Sukarno selama berada di Jepang. Keamanan bung besar pun terjamin dari gangguan. Terutama dari anggota PRRI yang berada di sana.
Dalam dokumen CIA bertanggal Dai Nihon Kyogyo, Kodama digambarkan sebagai pegiat organisasi kanan yang memiliki pengaruh besar di Jepang. Selama tahun 1960-an, Kodama memimpin organisasi kanan bernama Thought Study Society di Jepang. Kelompok itu terdiri dari 30 organisasi sayap kanan dan memiliki anggota sekitar 2.700 pria.
Masih menurut catatan dokumen itu pula, Kodama yang lahir pada 18 Februari 1911 di Prefektur Fukushima, Tokyo, itu datang dari kalangan keluarga samurai. Sebagai tokoh berpengaruh, ia banyak membantu teman dekat politiknya seperti Eisaku Sato, Nobusuke Kishi dan Ichiro Hatoyama untuk menduduki jabatan penting di parlemen Jepang.
BACA JUGA: 4 Fakta Hubungan Soekarno dan Organisasi Sangar Yakuza yang Jarang Diketahui
Berkat perlindungan yang diberikan Kodama, pasukan Ginza Police suruhannya mampu menjaga Sukarno dari segala ancaman. Termasuk beberapa anggota PRRI yang dikabarkan hendak menyerang presiden pertama RI tersebut. Kisah hidup Kodama kemudian diangkat ke dalam sebuah autobiografi berjudul I Was Defeated yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan kemudian menjadi buku best seller.
Beberapa waktu lalu, viral sebuah video yang memperlihatkan seorang pengemis karena aksinya yang dianggap meresahkan.…
Masyarakat Indonesia sedang berbahagia dan bangga terhadap Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang baru saja menorehkan…
Media sosial kini menjadi tempat berbagi cerita dan mencari hiburan, tak heran banyak orang yang…
Jakarta banjir, sudah menjadi “acara” tahunan yang membuat banyak warga menjadi lebih “santuy” saat menghadapinya.…
Siapa sangka sebuah pijatan yang bisa merelaksasi dan menyembuhkan penyakit pada orang dewasa, bisa berujung…
Nama selebgram Chandrika Chika terseret pada kasus penyalahgunaan narkoba yang baru-baru ini terungkap. Tidak sendirian,…