Categories: Inspirasi

Hanya Lulusan SD, Pria Indonesia Ini Jadi Panutan Seluruh Petani di Kenya

Suri tauladan kadang bisa datang dari siapa saja. Tidak hanya mereka yang sering tampil di layar kaca loh, bahkan seseorang yang hanya lulusan SD pun menjadi role model di negara kawasan Afrika Timur sana. Beliau adalah Ulus Primawan, seorang petani yang di tangannya, tanaman-tanaman bisa tumbuh subur.

Ia merupakan petani buncis yang produknya berhasil, sehingga dirinya pun dinobatkan sebagai panutan. Ladang pertaniannya juga dijadikan sebagai media untuk studi banding sebuah organisasi pertanian dunia. Bagaimana kisah Ulus yang hanya lulusan SD namun bisa mencapai semua itu?

Bermula dari Buncis

Awal mula keberhasilan Ulus dikenal khalayak adalah ketika ia sukses membudidayakan buncis Kenya di Indonesia, tepatnya di ladang pertaniannya, Kampung Gandok, Lembang, Bandung, Jawa Barat. Dilansir dari trubus.id, awalnya ia hanyalah seorang pengepul buncis yang lalu memperkenalkan banyak jenis buncis kepada para petani di kampungnya, termasuk buncis Kenya.

Buncis Ulus Mendunia [image source]
Melihat bagaimana produksi buncis Kenya tersebut berhasil, ia lalu mencoba mengeskpornya ke Singapura. Ternyata permintaan semakin banyak sehingga sekarang Ulus mengirimkan produknya minimal dua kali dalam seminggunya dengan berat masing-masing lebih dari satu ton. Bahkan, petani Kenya saja bingung bagaimana buncis asal negaranya malah lebih bagus di Indonesia.

Merawat Tumbuhan dengan Penuh Kasih Sayang

Tidak hanya istri dan anak-anaknya saja yang ia rawat dengan kasih sayang, tumbuhan yang ia budidaya pun begitu. Ternyata, sejak tahun 1995, tumbuhan yang berada di bawah naungan tangannya sudah bisa berhasil dan selalu dikirimkan ke supermarket Bandung dan Jakarta untuk memenuhi permintaan suplier. Selain buncis, tumbuhan yang dibudidaya antara lain adalah tomat, brokoli, sawo, terong, dan cabai.

Ulus Primawan [image source]
Selain kasih sayang, Ulus merawat tumbuhannya dengan teknik yang benar. Meski tidak mendapat pelajaran spesifik tentang pertanian seperti yang dituai oleh para mahasiswa fakultas tersebut, Ulus bisa mengaplikasikan jarak tanam yang pas, menggunakan plastik musa, dan mengurangi bahan kimia. “Kebanyakan dari tumbuhan diberi pestisida setiap hari, kan? Padahal, kalau tidak ada hama, kenapa harus disemprot?” bebernya.

Memberi Penghidupan Layak Bagi Petani Kampung Gandok

Setelah hasil produksi yang dipegang oleh Ulus ternyata berhasil semua, yang diuntungkan tentu saja bukan dirinya sendiri. Para petani yang bekerja setiap hari juga ikut merasakan kenikmatan tersebut. Ia mengajarkan bahwa menjadi buruh tani yang bekerja kepadanya itu tidak harus kerja saja, tapi juga belajar.

Petani Buncis Panen [image source]
Alhasil, mereka yang dulu bekerja penuh dengan Ulus sekarang bisa memiliki pekarangan sendiri. Biaya produksi pokok untuk baby buncis sekitar Rp. 6.000 namun para petani biasanya menjual dengan harga Rp. 13.000, sehingga per kilogram bisa meraup keuntungan Rp. 7.000. Bagaimana tidak sejahtera para anggota Gapoktan alias Gabungan Kelompok Tani Wargi Pangupay.

Dijadikan Model Farmer oleh Organisasi Tani Dunia

Bulan lalu dirinya didatangi oleh beberapa perwakilan dari Food and Agriculture Organization of the United States (FAO), organisasi tani dunia, karena keberhasilannya membudidaya baby buncis. Maksud dan tujuan mereka mendatangi Ulus adalah ingin menjadikan ladang pertaniannya sebagai media studi banding bagi para petani dunia.

Sang Role Model [image source]
Ia juga menerima penghargaan dari FAO di Thailand beberapa hari lalu. Menurut perwakilan FAO di Indonesia, Ulus memang layak mendapatkan penghargaan karena dirinya bisa memenuhi tiga kriteria, yaitu triple-win; peningkatan produksi, penambahan penghasilan petani, dan peningkatan nutrisi.

Nah, sekarang sudah tahu kan bagaimana seorang lulusan SD bisa menjadi panutan serta menerima penghargaan dari organisasi dunia? Maka dari itu, kalian yang sudah mendapat ilmu setinggi langit tidak perlu sombong jika belum melakukan aksi nyata seperti seorang Ulus Primawan. Jangan sampai ilmu yang kalian miliki menguap begitu saja karena tidak diaplikasikan untuk sebuah hal yang berguna.

Share
Published by
Harsadakara

Recent Posts

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

19 hours ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

4 days ago

Risiko Bencana Tinggi, Anggaran BNPB Kena Efisiensi

Masih teringat dahsyatnya bencana alam di Sumatera bagian Utara. Aceh, Medan, Tapanuli, Sibolga, hingga sebagian…

6 days ago

Insiden Tumblr Hilang di KRL Berujung Pemecatan Karyawan Sana Sini

Jangan remehkan kekuatan tumbler. Tak hanya tahan pecah, hilang dikit, dua-tiga orang bisa kena pecat…

1 week ago

Mau Blokir Cloudflare dan Larang Thrifting di Medsos, Komdigi Tuai Kritik

Sedang ramai rakyat lawan penguasa dimana salah satunya terjadi di Indonesia. Entah siapa yang salah,…

1 week ago

Kebakaran Hong Kong Sebabkan Ratusan Korban Jiwa, 6 Terkonfirmasi WNI

Hong Kong membara! Jumat pagi (28/11/2025), enam gedung 31 lantai di kompleks permukiman Wang Fuk…

1 week ago