Tragedi Bawean [image source]
Wilayah Indonesia tidak hanya kawasan daratan yang memiliki banyak kota saja. Lebih banyak dari itu, kawasan laut yang luas dan dalam serta kawasan udara yang tidak terbatas tingginya masih milik Indonesia. Siapa saja yang masuk tanpa izin akan ditangkap atau disergap karena melanggar hukum. Tidak terkecuali pesawat tempur Amerika yang melintas pada tahun 2003 lalu di Bawean.
TNI AU yang menjadi penjaga dirgantara berusaha membuat wilayah Indonesia bebas dari Indonesia. Begitu mengetahui adanya kapal asing yang masuk tanpa izin, TNI AU langsung melakukan pengecekan agar hal-hal yang tidak diinginkan bisa dihindari. Mereka mempertaruhkan nyawa di udara meski yang dilawan adalah negeri adikuasa seperti Amerika. Berikut kisah gagah berani dari TNI AU yang terjadi 13 tahun lalu itu.
Bulan Juli 2003 mungkin bukan hari baik bagi TNI AU. Radar yang biasanya hanya memantau kapal-kapal komersial yang melintas mendadak mendapati lima pesawat asing yang akhirnya diketahui milik Amerika. Awalnya pihak TNI AU tidak menganggap hal itu sebagai ancaman. Bahkan saat kapal itu akhirnya hilang dari radar tidak ada pihak yang melaporkannya ke pusat.
Karena dikhawatirkan akan membahayakan Indonesia, dua kapten penerbang terbaik dari Indonesia diterjunkan untuk melakukan pengecekan. Kapten Ian Fuadi dan Kapten Fajar Adrianto diperintah untuk menggunakan pesawat F-16 Falcon untuk mengetahui siapa gerangan biang kerok yang menyebabkan kekacauan di udara.
Kedua kapten yang menggunakan F-16 Falcon ini diperintah untuk melakukan pengecekan saja. Mereka dilarang untuk melakukan lock on atau bersiap untuk menembak. Pihak TNI AU berusaha sebaik-baiknya agar jangan sampai ada konfrontasi yang menyebabkan adanya peperangan di udara dan laut kawasan NKRI. Kalau sampai pertempuran terjadi dikhawatirkan peluru atau rudal bisa mengenai warga di pulau-pulau terdekat.
Kedatangan dua pesawat F-16 milik TNI AU ternyata tidak disambut baik oleh pesawat F-18 yang dikendalikan oleh militer Amerika. Mereka bahkan melakukan lock on atau mengunci kapal-kapal yang diterbangkan oleh dua kapten dari Indonesia itu. Di udara, aksi manuver-manuver dilakukan oleh pihak TNI AU agar jangan sampai terjadi tembakan.
Akhirnya perang urat saraf terjadi di udara. Pihak Amerika terus melakukan lock on dan berusaha mematikan jalur komunikasi. Keadaan ini membuat penerbang Indonesia geram dan juga takut. Pasalnya sekali di lock nasib mereka berada di ujung tanduk. Sekali tekan, peluru bisa membuat pesawat F-16 jadi hancur.
Kejadian yang cukup menegangkan ini membuat Indonesia melakukan protes kepada Amerika. Meski kapal induk yang menaungi F-18 ini ada, tidak seharusnya mereka melakukan latihan di udara. Terlebih berada di dalam kawasan negara lain yang juga memiliki sistem keamanan dan kedaulatan.
Inilah kisah penghadangan pesawat Amerika yang dilakukan oleh TNI AU di udara. Meski ada risiko tertembak, penerbang terbaik milik Indonesia itu tetap mau menjalankan tugasnya dengan baik. Demi NKRI yang sangat kita banggakan ini.
Namanya juga penipu. Akan selalu ada cara untuk membuat korbannya tidak berkutik demi merampas harta…
Sunmori atau Sunday Morning Ride adalah salah satu hobi masyarakat Indonesia. Para pemilik kendaraan roda…
Makan Bergizi Gratis (MBG) nampaknya harus secepatnya melakukan penyempurnaan. Pasalnya, masih banyak ditemui beragam kasus…
Paus Fransiskus tutup usia pada hari Senin 21 April 2025. Berita yang cukup mengagetkan mengingat…
Sudah bukan rahasianya Donald Trump saja, seluruh dunia juga tahu kalau umat manusia sedang terancam…
Kasus pelecehan pasien yang melibatkan dokter saat ini marak menjadi buah bibir masyarakat. Kejadiannya nyaris…