Sering mendengar ceramah para ulama atau ustad dimasjid? Pengajian juga bisa didengar hanya dengan kaset saja tanpa harus mengundang ulama atau ustad. Para penjaga masjid juga tidak keberatan untuk memutarkan kaset pengajian bagi warga sekitar sambil menunggu waktu shalat datang.
Meski menjadi niatan baik dari para penjaga masjid, beberapa hari yang lalu wakil presiden RI malah menghimbau untuk tidak memutar kaset pengajian tersebut. Dalam acara pembukaan Ijtima Ulama Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) se-Indonesia kemarin, beliau memaparkan beberapa alasan. Berikut ini ulasannya.
Mendekati bulan puasa seperti saat ini, beberapa masjid di Indonesia mulai memutarkan kaset qiroah dan pengajian. Waktu pemutaran biasanya sebelum shalat subuh ditambah lagi jam sebelum dan sesudah shalat magrib.
Namun siapa sangka niatan baik para penjaga masjid ini ternyata sedikit mengganggu wakil presiden RI. Bukan bermaksud menjelek-jelekkan fasilitas pengeras di masjid, tapi ada beberapa masjid yang terlalu keras memutar kaset sehingga mengganggu warga sekitar.
Bukan sebuah masalah sebenarnya jika memutar kaset pengajian. Selain menambah wawasan, juga dapat berfikir positif bagi pendengar. Tapi bagaimana jika penjaga masjid memutar satu jam sebelum waktu shalat datang.
Hal ini juga yang menjadikan alasan JK untuk menghimbau agar tidak memutar kaset pengajian. Selain mengganggu waktu tidur (apalagi bagi orang sepuh atau yang sudah tua) juga waktu pemutaran yang terlalu lama. Bayangkan jika satu jam lebih untuk memutar kaset tersebut.
Ketika mendengarkan sebuah tausiah, bisa jadi selain pemberi tausiah kita juga terkena cipratan pahalanya. Selain itu dapat merubah mindset jelek kita menjadi lebih positif. Tapi jika yang mengumadangkan adalah kaset di masjid, Apakah kaset yang mendapatkan pahala?
“Apa urusan Anda mengaji pakai kaset? Tidak ada pahalanya itu. Kalau ada pahalanya, itu orang Jepang yang dapat pahalanya karena itu pasti pakai Sony (pemutar kaset), kan Sony itu yang dapat. Tidak ada pahalanya, kita jengah, dan dia berdosa mengganggu kita”. Begitu cetus JK yang menganggap kaset pengajian adalah polusi suara bagi masyrakat sekitar masjid.
Pernyataan JK ini ternyata mengundang reaksi bagi agama lain. Banyak dari mereka malah berfikir sebaliknya dengan ungkapan wapres ini. Bagi mereka, itu adalah ritual atau acara yang wajar dilakukan oleh agama lain. Mereka beranggapan tak masalah dengan suara kaset pengajian tersebut karena kita hidup beragama dan saling berdampingan.
Ahok, gubernur DKI pun juga angkat bicara. Pasalnya, selama ini Ahok sering mendengarkan kaset pengajian sejak masih kecil. Ditambah lagi, beliau tinggal di penduduk yang mayoritas adalah penduduk muslim.
Terkadang apa yang diungkapkan pemerintah bisa jadi menjadi pro atau kontra bagi rakyat. Entah yang dilontar JK ini adalah ungkapan sebagai wakil rakyat atau pernyataan pribadi. Yang paling penting adalah kita harusnya menghormati satu sama lain. Bagaimana menurut Anda?
Patah hati tampaknya tengah dialami para fans juara ketiga Indonesian Idol musim ke-8 sekaligus vokalis…
Beberapa waktu lalu, viral sebuah video yang memperlihatkan seorang pengemis karena aksinya yang dianggap meresahkan.…
Masyarakat Indonesia sedang berbahagia dan bangga terhadap Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang baru saja menorehkan…
Media sosial kini menjadi tempat berbagi cerita dan mencari hiburan, tak heran banyak orang yang…
Jakarta banjir, sudah menjadi “acara” tahunan yang membuat banyak warga menjadi lebih “santuy” saat menghadapinya.…
Siapa sangka sebuah pijatan yang bisa merelaksasi dan menyembuhkan penyakit pada orang dewasa, bisa berujung…