Lucu

Mengenal Dukha, Suku di Daratan Mongol yang Mampu Menjinakkan Rusa Hingga Serigala

Kita mungkin mengenal suku-suku penjinak binatang buas di film-film fiksi saja. Ya, mulai dari singa, macan hingga burung elang, semua bisa dibuat patuh atas perintah mereka. Namun kenyataannya binatang buas memang hampir tidak mungkin untuk dijinakkan, mengingat insting alami mereka yang tak mau tunduk pada makhluk lain.

Namun siapa sangka kalau Suku Dukha seolah mematahkan teori tersebut. Bagaimana tidak, pasalnya mulai dari rusa bertanduk hingga serigala pun dibuat patuh layaknya seekor anjing. Bahkan sampai sekarang, kegiatan menjinakkan binatang buas itu masih dilakukan. Lalu apa sih rahasia dari suku ini sendiri? Simak ulasan berikut.

Rusa adalah sahabat sekaligus tunggangan sejati dari suku Dukha

Jika umumnya kita melihat para penunggang rusa di film-film fiksi, siapa sangka di dunia nyata pun mereka ada. Ya, dialah suku Dukha sebuah etnis di daerah Mongolia yang memiliki kedekatan dengan binatang bertanduk pemakan rumput itu. Kegiatan menjinakkan rusa sebagai tunggangan memang sudah diwariskan secara turun-temurun bahkan jadi pendapatan mereka karena digunakan untuk pertunjukkan pariwisata.

Dukha dan Rusa [sumber gambar]
Para rusa yang biasanya terlihat liar dan enggan berinteraksi dengan manusia pun terlihat patuh dan tunduk pada suku Dukha. Bahkan mereka juga sering membawa rusa-rusanya untuk melakukan perburuan demi mendapatkan makanan buat mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Tidak hanya rusa, mereka melatih serigala hingga elang untuk berburu

Uniknya suku yang satu ini seolah memiliki ikatan batin dengan segala binatang yang ada di sekitarnya. Bahkan binatang liar seperti serigala dan elang pun dibuat jinak saat berhadapan dengan suku Dukha. Biasanya mereka menggunakan binatang itu untuk membantunya berburu di saat membutuhkan makanan. Tidak hanya itu, untuk binatang besar seperti beruang pun dibuat tunduk pada suku Dukha.

Saat dukha akan berburu [sumber gambar]
Alhasil jadilah kebiasaan menjinakkan binatang ini jadi sebuah tradisi turun-temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi. Lantaran kehidupan mereka yang nomaden, membuat binatang yang dijinakkan tadi juga diajak ikut berpindah ke manapun Dukha akan pergi.

Peraturan baru dan tambang emas membuat mereka hampir punah

Meskipun memiliki tradisi yang sangat unik, siapa sangka kalau suku ini sejatinya sedang mengalami kepunahan. Ya hal itu disebabkannya adanya tambang emas di dekat salah satu tempat tinggal mereka dan mengakibatkan sebagian darinya pindah profesi. Belum lagi godaan untuk hidup modern semakin mendorong beberapa anggota suku untuk meninggalkan tradisi hidup kuno.

Menjinakkan serigala [sumber gambar]
Hal lain yang tak kalah fatal adalah adanya aturan baru yang melarang mereka dalam melakukan perburuan  di hutan yang kini dilindungi, sehingga wilayah mereka mencari makan jadi semakin menipis. Pun demikian pemerintah setempat sudah memberikan kompensasi dana sebesar US$ 150 per keluarga per bulannya, namun sayang hal itu dirasa sangat tidak cukup.

Bertahan hidup di tengah kepunahan dengan menyuguhkan pariwisata

Seperti yang diketahui kalau suku ini dulunya hanya mengandalkan berburu untuk hidup. Namun semenjak aturan baru diterapkan membuat mereka jarang berburu binatang besar. Umumnya sekarang hanya kelinci dan binatang kecil lainnya yang jadi incaran mereka. Belum lagi jumlah rusa sahabat mereka populasinya juga terus menurun. Alhasil mereka menggunakan jasa pariwisata sebagai pendapatan tambahan.

Terancam kepunahan [sumber gambar]
Ya dengan mengajak turis merasakan hidup seperti suku Dukha. Belum lagi setiap turis dengan sukarela membayarkan uang sekitar US$ 2.5 setiap kali foto dengan anggota suku bersama rusa kesayangannya. Alhasil paling tidak setiap hari kira-kira ada sekitar US$ 200 yang masuk ke kantong suku Dukha.

Memang benar kalau suku ini sangat dekat dengan alam, bahkan bisa menjinakkan binatang buas. Namun demikian sepetinya modernisasi menjadi momok bagi mereka. Kurangnya keinginan generasi muda menjaga tradisi leluhur menjadi alasan kemungkinan punah adat di suku ini. Mungkin Indonesia juga bisa berkaca agar tidak sampai terjadi yang demikian.

Share
Published by
Arief

Recent Posts

Kontroversi Tambang Nikel Raja Ampat, Presiden Akhirnya Cabut Izin Tambang

Kontroversi tambang nikel di kawasan Raja Ampat kini menemui titik terang. Usai jadi perdebatan di…

5 days ago

Perjalanan Kapal Madleen Bawa Bantuan ke Gaza Hingga Dirampas Israel

Konflik Palestina-Israel menemui babak baru. Aktivis lingkungan kondang, Greta Thunberg, memutuskan turun gunung untuk membantu…

6 days ago

Demi Salat Ied Berlatar Gunung Sumbing dan Sindoro, Jamaah Rusak Kebun Tembakau

Kebiasaan netizen Indonesia, selalu ingin mencoba sesuatu yang viral, termasuk saat menyerbu Dusun Garung untuk…

1 week ago

Tips Cegah Kolesterol Naik Saat Konsumsi Daging di Momen Idul Adha

Hari Raya Kurban atau Idul Adha tahun ini sudah di depan mata. Momen yang sangat…

2 weeks ago

Pernyataan Two-State Solution oleh Prabowo tentang Palestina, Masuk atau Nggak?

Presiden RI Prabowo Subianto bikin kaget rakyat Indonesia. Hal ini berhubungan dengan pernyataannya, yaitu bahwa…

2 weeks ago

Profil Ray Dalio yang Diisukan Mundur sebagai Penasehat Danantara

Belum apa-apa, Danantara sudah kena gosip miring. Salah satu orang yang diharapkan segera bergabung dengannya…

2 weeks ago