Categories: Tips

Inilah Orang Jawa Terakhir yang Menjadi Saksi Hidup Migrasi Besar-besaran ke Suriname

Sekitar tahun 1890 hingga 1939, gelombang migrasi besar-besaran dari Jawa menuju Suriname dilakukan oleh Belanda. Banyak warga dari kawasan Jawa diambil untuk dipaksa bekerja di sana dengan upah yang sangat minim. Mereka diwajibkan untuk bekerja sesuai dengan kemauan pemilik kebun di Suriname dan kerap mendapatkan hukuman yang cukup berat hingga tidak dibayar sama sekali.

Salah satu imigran yang berangkat dari Jawa menuju Suriname adalah Sarijo Moeljoredjo. Seperti yang dilansir oleh website Agustinus Wibowo, Mbah Sarijo adalah satu-satu imigran terakhir yang menjadi saksi hidup migrasi puluhan tahun yang lalu. Beliau adalah pekerja perkebunan yang mampu bertahan hingga saat ini berusia 96 tahun dan masih sehat. Berikut kisah Mbah Sarijo yang telah lama pergi dari negeri Jawa yang dia kagumi.

Migrasi Mbah Sarijo ke Suriname

Sebelum Mbah Sarijo melakukan migrasi ke Suriname dengan ayah dan ibu angkatnya. Pekerja dari Jawa yang dikirim ke Suriname lebih banyak dipaksa daripada bekerja secara sukarela. Mereka dipaksa melakukan kontrak 5 tahunan sebelum akhirnya diberi 100 Gulden atau dipulangkan lagi kampung halamannya yang terletak ribuan kilometer melintasi lautan.

Migrasi Mbah Sarijo ke Suriname [image source]

Ayah dan Ibu Mbah Sarijo pergi ke sana sebagai pekerja sukarela. Dengan status itu, mereka tidak mendapatkan perlakuan yang buruk. Meski bekerja di bawah tekanan para pemilik tanah, gaji yang dijanjikan tetap diberikan dengan baik. Oh ya, saat Mbah Sarijo pergi ke Suriname tahun 1931, usianya baru 10 tahun dan belum bisa melakukan banyak hal untuk membantu ayahnya.

Pekerjaan Mbah Sarijo di Suriname

Sebagai seorang imigran, Mbah Sarijo hanya berusaha untuk membantu ayah dan ibu tirinya dalam bekerja. Meski usianya masih sangat muda atau sekitar 13 tahun, beliau sudah mau bekerja dengan mencari rumput. Setiap hari beliau melakukan hal itu agar bisa mendapatkan uang beberapa sen yang bisa digunakan untuk membantu keluarganya.

Pekerjaan Mbah Sarijo di Suriname [image source]
Saat usianya sudah mulai beranjak dewasa, Mbah Sarijo mulai bekerja di perkebunan Kopi. Beliau juga bekerja di perkebunan Tebu yang terletak di Alliance pada tahun 1940. Saat pendapatannya menurun karena produksi tebu anjlok, Mbah Sarijo pindah ke Moengo sebagai pembangunan jalan hingga akhirnya pensiun pada tahun 1981 setelah bekerja di tambang bauksit.

Kisah Ayah dan Keluarga di Jawa

Kisah Ayah dan Keluarga di Jawa

Setelah ayah dari Mbah Sarijo bekerja di Suriname, ibu yang sudah bercerai dengan ayahnya meninggal dunia. Keadaan ini membuat ayahnya yang bernama Moeljoredjo mengalami kesedihan yang mendalam. Dia takut kalau anak perempuannya tidak bisa hidup dengan baik setelah mantan istrinya meninggal dunia.

Kisah Ayah dan Keluarga di Jawa [image source]
Mengetahui keadaan ini, dia memberikan lagi uang sebesar 100 gulden kepada Belanda dengan maksud mendapatkan tumpangan untuk bisa kembali ke Jawa. Sayangnya, meski uang telah dikembalikan, mereka tidak juga dikembalikan ke Jawa. Uang 100 gulden sangatlah banyak di kala itu di mana gaji harian yang diterima pekerja hanya beberapa ratus sen saja.

Tetap Tinggal di Suriname Meski Sebatang Kara

Setelah ayah dan ibunya meninggal dunia, Mbah Sarijo sempat menikah meski tidak dikaruniai anak. Setelah istrinya meninggal 20 tahun yang lalu, praktis beliau sama sekali tidak memiliki siapa-siapa. Beliau hidup sebatang kara sendirian di Moengo di usianya yang sudah semakin senja pada angka 96 tahun.

Tetap Tinggal di Suriname Meski Sebatang Kara [image source]
Meski hidup sendirian dan setiap hari harus mengelola kebun pisang di dekat rumahnya, Mbah Sarijo hidup dengan bahagia. Beliau mengaku kalau tidak mau kembali lagi ke Jawa meski ada kesempatan. Keluarga yang ada di Jawa sudah pasti tidak mengenalnya sehingga lebih baik tetap di Suriname hingga kelak Tuhan memanggilnya untuk menghadap.

Demikianlah kisah tentang Mbah Sarijo yang menjadi saksi hidup terakhir dari gelombang migrasi ke Suriname. Saat ini beliau hidup dengan bahagia meski sebatang kara di negeri lain yang jauh dari Jawa dan Indonesia.

Share
Published by
Adi Nugroho

Recent Posts

Kasus Pernikahan Anak di NTB, Usai Hari Bahagia Polisi Panggil Keluarga

Sedang viral di media sosial, pernikahan sepasang pengantin dari Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Pengantin…

2 weeks ago

#JusticeforArgo, Pelaku Kini Jadi Tersangka Tapi Belum Ditahan

Meninggalnya Argo Ericko Achfandi, mahasiswa Fakultas Hukum UGM yang tewas dalam tabrakan, Sabtu (24/5/2025) dini…

2 weeks ago

Pegawai Bank Indonesia Terjun dari Helipad, Diduga Bunuh Diri

Indonesia digegerkan dengan berita tentang tewasnya seorang pegawai Bank Indonesia yang diduga melompat jatuh dari…

2 weeks ago

Pencari Kerja Membludak, Job Fair di Cikarang Berlangsung Rusuh

Job Fair Expo di Cikarang diwarnai dengan kegaduhan. Bukannya dapat kemudahan cari lowongan, untuk bisa…

2 weeks ago

Pro-Kontra Pasang Lift di Borobudur demi Kedatangan Prabowo dan Macron

Yang lagi viral di media sosial dan media massa, kontroversi yang muncul belakangan ini gara-gara…

3 weeks ago

Puluhan Tahun Jadi Langganan Warga, Ternyata Ayam Goreng Widuran Non-Halal

Warga Solo digemparkan dengan kuliner ayam goreng non-halal. Pasalnya, menu makanan ini ternyata sudah menjadi…

3 weeks ago