congklak [image source]
Seiring dengan majunya teknologi, kini banyak anak-anak zaman sekarang yang tidak mengenal namanya mainan tradisional. Selain karena ogah bila harus kotor atau berpanas-panasan, godaan gagdet juga sangat menggiurkan. Kini, congklak, egrang, engklek, seolah sudah terganti dengan segala permainan game di komputer maupun hp. Bagi mereka mungkin hal biasa, namun bagi kita yang pernah merasakannya, seolah ada yang hilang dari anak-anak generasi ini.
Ternyata kita beruntung bisa merasakan permainan itu, pasalnya jika diamati ada falsafah yang diajarkan oleh orang tua dahulu di dalamnya. Tanpa kita sadari, nilai-nilai tersebut sudah tertanam dalam diri kita sehingga membentuk pribadi yang baik. Dan berikut ini adalah hal baik yang terkandung dalam permainan tradisional.
Permainan semacam ini hampir tidak ditemukan lagi di zaman sekarang. Ya, permainan yang dimainkan 3-5 orang ini, butuh ketangkasan dan strategi yang cepat untuk menerobos pertahanan lawan. Namun ketika diamati, inti dari permainan itu bukan hanya melatih fisik dan pikiran, namun juga kepribadian. Nilai yang terkandung dalam permainan ini adalah kebersamaan dan kontrol diri, terutama tim yang bertahan. Satu sama lain harus kompak agar tim penyerang tidak sampai lolos dari penjagaan mereka.
Permainan tradisional ini biasanya dilakukan oleh anak perempuan. Namun tidak jarang banyak anak laki-laki pun ikut bermain untuk menunjukkan seberapa hebat mereka. Mungkin jika dilihat, lompat tali ini adalah permainan yang sepele. Namun ternyata ada nilai yang terkandung di dalamnya yang tidak sesimpel itu. Kita pasti ingat saat bermain lompat tali, semakin kita bisa melompati suatu level, tentunya akan ada tingkatan yang lebih sulit yang menanti.
Permainan yang satu ini sepertinya hampir ditemui di seluruh Indonesia. Ya, permainan yang menggunakan media kayu dan biji ini, intinya adalah membuat pemain satu sama lain berlomba paling banyak lubang induk yang terisi. Masih ingat berapa biji yang ada dalam permainan itu? Ya, masing-masing lubang diisi dengan 7 biji. Sadar atau tidak, angka tersebut mewakilkan jumlah hari dari dalam satu minggu. Setiap satu biji diambil, nantinya akan mengisi lubang lain termasuk yang induk. Itu artinya setiap hari berganti, pastinya apa yang kita lakukan akan berpengaruh pada esok hingga kemudian.
Saat ini biasanya permainan yang satu ini hanya dimainkan saat acara Agustusan tiba. Dengan bermodal sebuah bambu, para pemainnya harus bisa berjalan degan mengandalkan keseimbangan dan kekuatan. Mungkin kelihatannya sepele, namun ternyata sarat akan makna. Untuk menaiki sebuah egrang bukanlah hal yang mudah, harus berkali-kali berlatih dan terjatuh.
Masih ingatkan sebelum melakukan permainan kita selalu mengundi pemain dengan kalimat “Hompimpa Alaium gambreng”. Sudah sering dilakukan tapi sadarkah kita makna kalimat tersebut? Ternyata kata itu diambil dari bahasa sang sekerta yang kurang lebih artinya “Dari Tuhan kembali ke Tuhan, Marilah kita bermain”.
Mungkin dulu kita hanya asal main permainan seperti itu, namun saat mengetahui ternyata syarat makna, kamu pasti melongo. Orang tua terdahulu memang mesti diacungi jempol pemikirannya, mereka punya cara sendiri untuk mengajarkan sebuah nilai pada anaknya. Mungkin saatnya permainan macam itu hidup kembali, agar moral generasi muda bisa menjadi baik.
Kontroversi tambang nikel di kawasan Raja Ampat kini menemui titik terang. Usai jadi perdebatan di…
Konflik Palestina-Israel menemui babak baru. Aktivis lingkungan kondang, Greta Thunberg, memutuskan turun gunung untuk membantu…
Kebiasaan netizen Indonesia, selalu ingin mencoba sesuatu yang viral, termasuk saat menyerbu Dusun Garung untuk…
Hari Raya Kurban atau Idul Adha tahun ini sudah di depan mata. Momen yang sangat…
Presiden RI Prabowo Subianto bikin kaget rakyat Indonesia. Hal ini berhubungan dengan pernyataannya, yaitu bahwa…
Belum apa-apa, Danantara sudah kena gosip miring. Salah satu orang yang diharapkan segera bergabung dengannya…