Dalam kultur masyarakat, profesi pengemis selalu identik dengan sosok yang tampil lusuh, berwajah memelas dengan pakaian yang apa adanya. Para peminta-minta ini juga kerap kali terlihat di sudut-sudut jalan perkotaan yang ramai. Yang menarik, pekerjaan ini ternyata banyak yang disalahgunakan oleh kawanan pengemis profesional yang “nyamar” menjadi wisatawan berbekal paspor dan visa kunjungan.
Tak disangka, para turis yang sering bepergian ini menjadikan pengemis sebagai profesi harian mereka. Mengumpulkan materi berupa uang merupakan tujuan utama untuk memperkaya diri. Tak sembarang lokasi yang bisa di jadikan “sasaran” untuk meminta-minta. Bahkan, mereka juga punya “daftar tujuan” di negara tertentu yang diyakini dapat membuat mereka “kaya mendadak” dengan mudah.
Kemegahan dan kemewahan para “syeikh” di Timur Tengah menjadi semcam “magnet” tersendiri bagi kaum pengemis. Selain kehidupan para warganya yang rata-rata “tajir melintir”, orang-orang kaya disana tak segan dalam memberikan uang dalam jumlah besar kepada para pengemis. Ada banyak kota di timteng yang jadi langganan pengemis, dan salah satu yang paling diminati mereka adalah Dubai
Semakin banyaknya populasi pengemis di Australia, tepatnya di Kota Melbourne, mengusik perhatian sebuah lembaga untuk diteliti. Menurut laporan jurnal mereka, studi yang dilakukan pada 135 pengemis, ditemukan 9 diantaranya merupakan pengemis kategori “profesional”. Profesi tersebut sengaja digeluti karena tergiur dengan besarnya pendapatan yang mereka terima.
Simbol Negara maju dan modern rupanya banyak “menggoda” para pengemis untuk beraksi di negeri Hollywood tersebut. Amerika Serikat menjadi tujuan utama para peminta-minta tersebut karena banyaknya lokasi keramaian yang cukup untuk dijadikan sebagai “target operasi”. Yang miris, banyak dari warga Amerika Serikat sendiri ikut terjun menjadi pengemis.
Sebagai Negara bekas kejayaan Uni Soviet di masa lalu, Rusia juga ternyata banyak menjadi tujuan para pengemis professional. Tak heran, para peminta-minta di negara tersebut tergolong “Kaya” untuk ukuran profesinya. Tempat favorit mereka untuk “beraksi” adalah kawasan rumah sakit umum dan tempat penampungan di kota Moskow.
Selain tergiur dengan hasilnya, menjalani profesi sebagai “peminta belas kasihan” di Inggris tergolong pekerjaan yang ringan. Tak salah bila banyak imigran yang datang berduyun-duyun ke negeri kerajaan tersebut untuk mengemis. Meski sempat dilarang dan ditangkap karena kedapatan sedang mengemis, toh hal tersebut tak membuat para peminta-minta tersebut kapok.
Meski “terlihat” menggiurkan, menjadi seorang pengemis termasuk profesi terlarang yang dapat menggagu ketertiban umum. Terlebih jika pengemis tersebut masih dalam usia produktif kerja. Meski kebutuhan hidup menjadi alasan utama untuk mengemis, dengan do’a dan usaha keras yang tepat, tentu dapat membantu untuk mendapatkan pekerjaan yang halal dan layak daripada harus meminta belas kasihan orang di jalanan.
Kontroversi tambang nikel di kawasan Raja Ampat kini menemui titik terang. Usai jadi perdebatan di…
Konflik Palestina-Israel menemui babak baru. Aktivis lingkungan kondang, Greta Thunberg, memutuskan turun gunung untuk membantu…
Kebiasaan netizen Indonesia, selalu ingin mencoba sesuatu yang viral, termasuk saat menyerbu Dusun Garung untuk…
Hari Raya Kurban atau Idul Adha tahun ini sudah di depan mata. Momen yang sangat…
Presiden RI Prabowo Subianto bikin kaget rakyat Indonesia. Hal ini berhubungan dengan pernyataannya, yaitu bahwa…
Belum apa-apa, Danantara sudah kena gosip miring. Salah satu orang yang diharapkan segera bergabung dengannya…