Tak bisa dipungkiri jika penjajahan Belanda di Indonesia meninggalkan banyak warisan. Keberadaan bangsa kulit putih ini berdampak pada budaya, kebiasaan, hingga Bahasa yang digunakan di negara kita. Sebagai contoh konkret saja, di Depok bahkan ada sebutan khusus ‘Belanda-Depok’, yang dinisbatkan pada masyarakat pimpinan Cornelis Chastelein pada abad ke 17.
Masyarakat ‘Belanda Depok’ ini dibagi dalam 12 marga sebagai penghargaan yang diberikan oleh pemimpin mereka sebelum meninggal. Sayangnya, dari kedua belas marga tersebut, Zadokh sudah disebut sebagai marga yang hilang dikarenakan faktor keturunan. Untuk mengetahui mengenai jejak lengkap pemberian nama marga ini, simak ulasannya berikut.
Ketika Belanda masuk dan menguasai beberapa daerah di Batavia (sekarang Jakarta), Depok juga menjadi salah satu tempat persinggahan mereka. Pada abad ke 17 tepatnya, salah satu pemimpin Belanda yang tergabung dalam VOC, Cornelis Chastelein membeli wilayah (sekarang disebut Depok) untuk mengembangkan pertaniannya. Nah, penggarapan lahan pertanian tersebut membutuhkan banyak orang, sehingga Chastelein mempekerjakan 150 budak dari daerah Bali, Sulawesi serta Maluku.
Pada awal pemerintahan Cornelis Chastelein, agama Kristen adalah syarat untuk bisa menempati tanah Depok. Maka dari itu, para penduduk tersebut dibaptis dan diberikan marga pada akhir nama mereka. Marga yang berjumlah 12 itu adalah Jonathans, Bacas, Laurens, Leander, Loen, Soedira, Tholense, Zadokh, Isakh, Jacob, Samuel, dan Joseph.
Marga itu ternyata tidak hanya sekedar menjadi bagian dari nama saja, budaya bahkan kebiasaan mereka juga turut dipengaruhi oleh tradisi kebelanda-belandaan. Namun, ternyata hal ini bisa menjadi suatu masalah tersendiri bagi masyarakat ‘Belanda-Depok’. Ketika para anak yang memiliki 12 marga warisan Belanda ini keluar wilayah Depok mereka akan mendapat bully-an dari masyarakat lain.
Jika sudah berbicara tentang marga ‘Belanda-Depok’ terutama Zadokh yang telah menghilang, maka kita tidak bisa terpisahkan dari lembaga yang menjaga warisan Chastelein ini. Berdiri pada tahun 1952, YLCC punya misi mulia untuk mengenang jasa Chastelein terhadap leluhur warga Depok. Lembaga yang bermarkas di Jl. Pemuda, Depok ini merupakan institusi yang menaungi dan menjaga kelestarian masyarakat ‘Belanda-Depok’ yang masih tersisa 11 marga.
Sebagai kolonial yang sudah menancapkan kukunya selama berabad-abad di Indonesia, pastilah ada jejak budaya dan warisan yang ditinggalkan oleh Belanda. Masyarakat Depok adalah contoh nyata, satu lagi sisa sejarah yang harus kita jaga. Semoga ke depannya dalam naungan YLCC tak ada lagi marga yang terancam punah dan hilang.
Namanya juga penipu. Akan selalu ada cara untuk membuat korbannya tidak berkutik demi merampas harta…
Sunmori atau Sunday Morning Ride adalah salah satu hobi masyarakat Indonesia. Para pemilik kendaraan roda…
Makan Bergizi Gratis (MBG) nampaknya harus secepatnya melakukan penyempurnaan. Pasalnya, masih banyak ditemui beragam kasus…
Paus Fransiskus tutup usia pada hari Senin 21 April 2025. Berita yang cukup mengagetkan mengingat…
Sudah bukan rahasianya Donald Trump saja, seluruh dunia juga tahu kalau umat manusia sedang terancam…
Kasus pelecehan pasien yang melibatkan dokter saat ini marak menjadi buah bibir masyarakat. Kejadiannya nyaris…