Kalau di Indonesia belut mungkin menjadi makanan yang tak terlalu diminati, berbeda halnya dengan Spanyol. Di negara ini, belut menjadi makanan yang kelas raja yang harganya sangat mahal dan melangit. Padahal ketika di masak juga belum tentu bisa menghilangkan rasa lapar bukan?
Nah, ternyata bukan tanpa alasan mengapa bayi-bayi mungil berlendir ini dibanderol dengan harga fantastis. Bahkan menjadi hal yang agak aneh dan unik, mengingat di Spanyol sendiri makanan ini tidak termasuk kategori yang sangat enak. Alasan lainnya mari simak dalam uraian berikut ini.
Anak-anak belut yang menyerupai cacing kecil ini dulunya bukanlah makan bergengsi. Lebih tepatnya, makanan ini lebih sering diberikan kepada binatang ternak seperti ayam dan babi. Selain itu, sajian yang disebut Angulas ini juga santapan pekerja kelas rendahan di bagian utara Spanyol. Namun, karena permintaan yang terus meningkat, hal tersebut menjadi susah dicari sehingga harganya melonjak drastis. Belut yang dianggap rendahan tiba-tiba saja menjadi makanan cukup digemari.
Makanan ini bukan hanya mahal saat sudah dimasak, tetapi juga berlaku ketika masih mentah. Dilansir dari BBC, belut kecil bisa dihargai 17 juta rupiah per kilonya. Faktor lain adalah karena cara memasak menggunakan menu tradisional yang disebut a la bilbaína, di mana belut dimasak dengan menggoreng bawang putih serta irisan paprika ke dalam minyak zaitun dan lemak angsa dalam jumlah yang banyak. FYI, angsa juga merupakan makanan yang tak kalah mahal di negara ini, harga yang dibanderol per kilonya hampir menyamai harga bayi belut (kisaran 16 juta rupiah).
Di Spanyol, belut termasuk hewan yang dianggap hebat. Meskipun hewan air tawar ini terlihat kecil namun mereka sanggup berenang sampai menempuh jarak jauh. Untuk menetaskan semua telurnya juga memakan waktu hampir 2 tahun kemudian agar bisa ditangkap. Ditambah lagi, karena degradasi dan kondisi lingkungan, populasi dan keberadaan para belut semakin terancam. Penangkapan berlebih juga membuat siapapun yang bisa menangkapnya mendapat bayaran yang mahal.
Musim penangkapan biasanya diawali pada bulan November, penjual yang bisa menjual hasil mereka pertama kali akan mendapat 10 kali lipat harga dari biasanya. Bahkan pada 2016 lalu, seorang nelayan yang pertama kali memberi hasil tangkapannya bisa menjual 1,25 Kg anak belut dengan harga 92 juta rupiah. Luar biasa bukan? Sedangkan tangkapan kedua dibeli dengan harga normal. Hal tersebut ditujukan untuk menghormati kerja keras para nelayan, karena menangkap anak-anak belut ini perlu perjuangan dan dilakukan tengah saat malam, menunggu hujan deras dan air keruh terlebih dahulu.
Itulah faktor yang menyebabkan mahalnya harga makanan Angulas ini. Selain proses penangkapan yang susah, bahan yang digunakan juga fantastis, pembeli tentu menghargai jerih payah nelayan yang berjuang menangkap anak-anak belut tengah malam buta, melawan hujan terkadang ombak besar. Bisa dikatakan mempertaruhkan nyawa. Apakah ada di antara Saboom (Saboom Boombastis) semua yang mau mencoba makanan ini?
Media sosial kini menjadi tempat berbagi cerita dan mencari hiburan, tak heran banyak orang yang…
Jakarta banjir, sudah menjadi “acara” tahunan yang membuat banyak warga menjadi lebih “santuy” saat menghadapinya.…
Siapa sangka sebuah pijatan yang bisa merelaksasi dan menyembuhkan penyakit pada orang dewasa, bisa berujung…
Nama selebgram Chandrika Chika terseret pada kasus penyalahgunaan narkoba yang baru-baru ini terungkap. Tidak sendirian,…
Mendapat tunjangan hari raya (THR) dari perusahaan atau tempat kita bekerja, memang sudah biasa. THR…
Kabar duka datang dari keluarga besar Stand Up Comedy Indonesia. Priya Prayoga Pratama atau lebih…