Trending

Tak Semuanya Mulus, Begini Kisah Miris yang Mewarnai Ujian di Tahun 2019 Ini

Mulai Hari Senin kemarin tepatnya di 1 April, murid-murid kelas 12 SMA dan sederajat sedang melakukan ujian nasional. Ya bisa kita bayangkan bagaimana perasaan mereka. Tentunya ada rasa cemas serta ketakutan tersendiri jika soal yang dijawab membawa mereka ke tahap tidak lulus.

Namun, di samping itu semua, ada beberapa siswa yang merasakan ketakutan lebih dari itu. Bahkan, untuk melaksanakan ujiannya saja mereka membutuhkan usaha yang lebih daripada anak-anak pada umumnya. Contohnya seperti siswa-siswa tangguh di bawah ini.

Jarak tempat ujian jauh, 23 siswa rela menginap di sekolah

Sejumlah 23 siswa SMA di Ciamis terpaksa menginap di sekolah supaya tidak terlambat mengikuti ujian. Sebab, jika mereka pulang pergi dari rumah ke tempat ujian, waktu yang ditempuh adalah sekitar dua jam. Selain itu, biaya transportasi untuk pulang pergi dari rumah ke tempat ujian sangatlah mahal.

Menginap di sekolah [Sumber Gambar]
Mungkin Sahabat Boombastis berpikir, mengapa tempat ujian mereka bisa sangat jauh. Padahal untuk sekolah sehari-hari, mereka tidak mengeluhkan sama sekali. Nah, jawabannya adalah para siswa SMA Riyadul Hidayah Al Munawaroh dan SMA Terpadu Cikanyere, ujiannya digabung menjadi satu di SMA Informatika. Ini dikarenakan dua SMA tersebut belum memiliki Nomor Induk Siswa Nasional (NISN). Jadi, mau tak mau, 23 siswa dari SMA Riyadul Hidayah Al Munawaroh dan SMA Terpadu Cikanyere harus rela untuk menginap di sekolah selama menjalani ujian.

Sekolah kekurangan komputer, siswa terpaksa meminjam laptop guru dan tempat belajar lain

Pelaksanaan ujian nasional di SMAN 2 Martapura, Kalimantan Selatan memang berjalan lancar. Namun, di balik itu semua, ada hal miris yang perlu kita ketahui. Di mana sekolah tersebut ternyata hanya mempunyai 40 komputer untuk ujian, sedangkan jumlah muridnya sekitar 258 orang.

Pinjam laptop guru dan sekolah lain [Sumber Gambar]
Ayu Herlina Rustam selaku Ketua Panitia Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tidak tinggal diam melihat hal ini. Ia berinisiatif untuk meminjam laptop milik guru dan sekolah lain agar murid-murid bisa ujian. Tapi sayangnya, usaha tersebut tetap saja membuat ujian dibagi menjadi tiga sesi. Dari pukul 07.30 hingga 16.00 WITA. Dari sini, Ayu berharap bahwa peristiwa seperti ini bisa menjadi perhatian dari pemerintah daerah hingga provinsi. Tentu saja supaya tidak ada kendala seperti ini kembali.

Tak diperbolehkan izin dari pekerjaan, 10 siswa tidak bisa mengikuti ujian

Beberapa murid di SMAN 6 Garut, Jawa Barat memang sudah memiliki pekerjaan. Tapi hal ini lah yang membuat para siswa jadi terganggu saat mengikuti ujian. Seperti 10 siswa dari SMAN 6 Garut ini yang ternyata tidak bisa mengikuti ujian nasional di sekolahnya karena tak diizinkan dari tempat mereka bekerja.

10 Siswa ikut ujian susulan karena harus kerja [Sumber Gambar]
Sumpena selaku Kepala dari SMAN 6 Garut membenarkan hal ini. Namun menurutnya ini bukan masalah besar lantaran mereka bisa didata agar mengikuti ujian susulan. Pihak sekolah tak bisa memaksakan murid-murid yang sudah bekerja ini untuk mengikuti ujian nasional saat itu juga.

Sekolah sewa genset agar tidak ada pemadaman secara tiba-tiba saat ujian

Berbeda dengan ujian zaman dulu yang menggunakan kertas. Kini para siswa SMA sederajat harus bergantung dengan internet dan listrik. Hal ini membuat kekhawatiran beberapa sekolah, salah satunya seperti SMAN 1 Mimika, Papua. Di mana kota tersebut masih sering dilanda pemadaman listrik bergilir akibat mesin disel mengalami kerusakan.

Pinjam genset agar listrik tidak padam [Sumber Gambar]
Maka dari itu, Kepala SMAN 1 Mimika, Soro Bato Sao berusaha agar ujian tidak terhenti di tengah jalan. Dengan cara menyewa genset yang harganya tidak murah. Sekitar Rp3 juta setiap minggunya. Namun itu tak begitu berarti, karena ini semua dilakukan demi kelancaran ujian para siswa.

BACA JUGA : Inilah Alasan Mengapa Nilai Ujian Nasional Pantas Menjadi Syarat Utama Masuk Universitas

Itulah beberapa kisah miris yang mewarnai ujian SMA sederajat di tahun 2019 ini. Namun itu tak membuat para siswa di sekolah tersebut patah semangat. Mereka terus berusaha untuk mengikuti ujian demi bisa lulus dari jenjang pendidikan SMA. Semoga tidak ada lagi kendala dan pemerintah setempat bisa lebih memperhatikan kasus di atas agar tak terulang lagi ke depannya.

Share
Published by
Firdha

Recent Posts

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 days ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

4 days ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

7 days ago

Risiko Bencana Tinggi, Anggaran BNPB Kena Efisiensi

Masih teringat dahsyatnya bencana alam di Sumatera bagian Utara. Aceh, Medan, Tapanuli, Sibolga, hingga sebagian…

1 week ago

Insiden Tumblr Hilang di KRL Berujung Pemecatan Karyawan Sana Sini

Jangan remehkan kekuatan tumbler. Tak hanya tahan pecah, hilang dikit, dua-tiga orang bisa kena pecat…

2 weeks ago

Mau Blokir Cloudflare dan Larang Thrifting di Medsos, Komdigi Tuai Kritik

Sedang ramai rakyat lawan penguasa dimana salah satunya terjadi di Indonesia. Entah siapa yang salah,…

2 weeks ago