emansipasi
Seorang Hendri Rotinsulu pernah mengatakan bahwa “wanita dijajah pria sejak dulu” dalam lagunya berjudul Sabda Alam. Berdasarkan lagu ini, wanita hanyalah perhiasan dan pria ditakdirkan berkuasa kepadanya. Wanita hanyalah makhluk lemah yang tak bisa apa-apa tanpa pria yang memilikinya.
Benarkah demikian? Well, bicara posisi pria dan wanita dalam eksistensinya di dunia ini memang sedikit pelik. Di satu sisi, wanita dianggap makhluk minor yang harus mengabdi pada pria. Bahkan dalam beberapa keyakinan, ada aturan yang mangharuskan wanita tunduk dengan jaminan surga. Di sini selanjutnya, Kartini sudah mencuatkan emansipasi sejak lampau meski beliau sendiri dipoligami oleh suaminya lalu mati muda.
Di Indonesia sendiri, pasca munculnya emansipasi ala Kartini, wanita-wanita mulai bergerak untuk menunjukkan eksistensinya. Organisasi-organisasi yang digawangi oleh wanita juga tidak sedikit dan memberikan kontribusi yang besar. Bahkan, Indonesia pernah memiliki presiden wanita.
Pertama kita lihat secara fisik. Sebagian besar wanita memiliki tubuh yang cenderung lebih lemah daripada pria. Untuk pekerjaan berat, wanita selalu membutuhkan bantuan pria. Sisi feminin pada wanita dianggap sebagai kelemahan hingga membuat mereka lemah dan merasa lemah. Ya, pada dasarnya banyak wanita yang selalu merasa dirinya lemah hingga selalu menggantungkan hidupnya pada pria. Padahal, mereka mampu dan bisa untuk melakukannya, bahkan bisa mengungguli pria. Jika sudah seperti ini, siapa yang harus disalahkan?
Kedua adalah pola pikir. Banyak wanita muda di kawasan desa enggan sekolah tinggi dan bekerja dengan alasan: “Ah, nanti punya suami. Mereka pasti menghidupi kita meski cuma dengan nasi dan garam.” Pola pikir yang seperti ini membuat mereka melemahkan diri sendiri. Sementara itu pria akan merasa berkuasa dan punya pikiran: “Kan aku yang ngasih makan. Mau aku perlakukan dengan kasar ya wajar saja.” Untunglah zaman sekarang sudah banyak wanita yang punya pemikiran terbuka dan mau membuang jauh-jauh pemikiran di atas.
Budaya menjadi penyebab ketiga mengapa wanita tampak begitu lemah. Wanita yang hidup di kebudayaan patrilineal selalu dianggap lemah dan tidak memiliki hak untuk melakukan tindakan yang berpengaruh. Wanita adalah manusia pelengkap yang tak bisa melakukan apa-apa. Budaya patrilineal mengakar kuat di banyak masyarakat dunia, tak terkecuali sebagian besar Indonesia.
Pria-pria yang berpandangan bahwa wanita itu lemah pun juga tak sepenuhnya bisa disalahkan. Mengapa demikian? Karena wanita juga ikut menjaga kebudayaan patrilineal itu terus mengakar. Mereka selalu berusaha membuat dirinya sebagai pihak-pihak yang tersakiti, pihak lemah, dan pihak yang harus dilindungi. Jika saja semua wanita mau berontak, maka situasi tak akan sepelik sekarang.
Jadi, apakah wanita memang harus di bawah pria? Anda pasti sudah tahu jawabannya, kan?
Namanya juga penipu. Akan selalu ada cara untuk membuat korbannya tidak berkutik demi merampas harta…
Sunmori atau Sunday Morning Ride adalah salah satu hobi masyarakat Indonesia. Para pemilik kendaraan roda…
Makan Bergizi Gratis (MBG) nampaknya harus secepatnya melakukan penyempurnaan. Pasalnya, masih banyak ditemui beragam kasus…
Paus Fransiskus tutup usia pada hari Senin 21 April 2025. Berita yang cukup mengagetkan mengingat…
Sudah bukan rahasianya Donald Trump saja, seluruh dunia juga tahu kalau umat manusia sedang terancam…
Kasus pelecehan pasien yang melibatkan dokter saat ini marak menjadi buah bibir masyarakat. Kejadiannya nyaris…