Musik keroncong [Image Source]
Tahukah Anda jika penjajah itu selain meninggalkan bangunan-bangunan kuno untuk Bangsa Indonesia, ternyata mereka juga turut meninggalkan kebudayaan asing yang nyatanya dilestarikan oleh bangsa kita, Indonesia. Ya, meskipun bangsa Indonesia secara tegas mengutuk segala bentuk penjajahan, masih ada saja budaya-budaya penjajah yang kita rasakan sampai saat ini.
Dalam dunia pendidikan misalnya, ternyata banyak konsep penjajah yang kita gunakan sampai sekarang. Tak hanya itu, struktur masyarakat, bahasa, nama dan perkampungan ternyata juga turut dipengaruhi oleh bangsa asing. Nah, kira-kira seperti apa saja pengaruh-pengaruh tersebut? Untuk mengetahuinya, berikut akan kami ulas 5 kebudayaan penjajah yang dilestarikan bangsa Indonesia sampai saat ini.
Sadar atau tidak sadar, ternyata Belanda juga ikut mewariskan kebudayaan penjajah dalam sistem pendidikan Indonesia. Jika kita memperhatikan, mengapa dalam setiap sekolah peserta didik duduk dalam formasi berbanjar menghadap ke depan dan seorang guru berdiri di depan kelas, maka itu adalah sistem yang diwariskan oleh Belanda. Sistem seperti ini serupa dengan struktur kelas di era skolastik Eropa.
Menurut Victor Ganap, musik keroncong pada awalnya berasal dari wilayah Portugis di abad ke-16 dengan nama Fado. Menurut sejarahnya, musik ini dibawa oleh budak negro dari Cape Verde, Afrika Barat ke Portugis pada abad ke-15. Kemudian, Fado lambat laun berkembang dengan iringan tarian yang dinamakan Moresco. Pada perkembangan selanjutnya, tarian Moresco turut diiringi lagi dengan irama gitar kecil yang dinamakan Cavaquinho.
Awalnya struktur pemerintahan terkecil di Indonesia adalah desa atau dukuh. Hal ini berubah ketika Jepang datang menjajah Indonesia. Sebagai upaya untuk mengawasi masyarakat jajahannya di Indonesia, Jepang membagi lagi struktur desa dengan satuan yang lebih kecil dengan nama Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT). Di Jepang sendiri, sistem ini sudah dijalankan lebih dahulu dengan nama Tonarigumi.
Pola interaksi langsung yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia dengan bangsa penjajah, secara tidak sadar memang mengenalkan bahasa komunikasi baru kepada rakyat Indonesia. Paling tidak, salah satunya adalah berpengaruh bagi kekayaan kosakata Bahasa Indonesia saat ini. Dewasa ini, ada banyak kosakata yang asal mulanya merupakan kata serapan dari bahasa asing, baik itu dari Bahasa Portugis, Bahasa Belanda, Bahasa Inggris dan Bahasa Jepang.
Jika Anda menemukan nama keluarga seperti da Costa, Dias, de Fretas, Gonsalves, Mendoza, Rodrigues dan da Silva, maka nama-nama keluarga tersebut sebenarnya adalah kebudayaan Bangsa Portugis yang diwarisi Bangsa Indonesia. Nama-nama semacam ini banyak ditemukan di Indonesia bagian timur yang memang dulunya bekas jajahan bangsa Portugis.
Nah, itulah 5 kebudayaan penjajah yang dilestarikan Bangsa Indonesia hingga sekarang. Ternyata sikap kita melawan penjajah selama ini tidak mutlak benar-benar sebagai sebuah perlawanan. Karena ada juga sisa-sisa bekas penjajahan bangsa asing yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.
Kontroversi tambang nikel di kawasan Raja Ampat kini menemui titik terang. Usai jadi perdebatan di…
Konflik Palestina-Israel menemui babak baru. Aktivis lingkungan kondang, Greta Thunberg, memutuskan turun gunung untuk membantu…
Kebiasaan netizen Indonesia, selalu ingin mencoba sesuatu yang viral, termasuk saat menyerbu Dusun Garung untuk…
Hari Raya Kurban atau Idul Adha tahun ini sudah di depan mata. Momen yang sangat…
Presiden RI Prabowo Subianto bikin kaget rakyat Indonesia. Hal ini berhubungan dengan pernyataannya, yaitu bahwa…
Belum apa-apa, Danantara sudah kena gosip miring. Salah satu orang yang diharapkan segera bergabung dengannya…