Menjadi pembicara [image source]
Bicara mengenai tentara republik Indonesia, pastinya tidak lepas dari kepemimpinan Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI. Selain dikenal sebagai sosok yang sholeh, beliau juga dinilai tegas mengambil keputusan. Misalnya saja saat keputusan beliau memutuskan hubungan militer dengan Australia dulu, keberaniannya bikin asing jadi ketar-ketir. Itu bukti kepedulian panglima TNI pada Indonesia.
Namun beberapa waktu yang lalu, lagi-lagi panglima TNI menunjukkan kepeduliannya pada bangsa. Di sebuah rapat terbuka, beliau membacakan sebuah puisi menampar bagi rakyat Indonesia. Meskipun menuai banyak kritikan, namun semua dilakukan untuk kemajuan negeri ini. Bagaimana cerita lengkapnya? Simak ulasan berikut.
Beberapa waktu yang lalu, panglima TNI Gatot Nurmantyo diundang oleh partai Golkar untuk datang dan menjadi pembicara di rapat rapirnas Golkar. Di sana beliau sempat berpesan pada para anggota partai dan masyarakat Indonesia mengenai keadaan di Indonesia ini. Menurut beliau keadaan Indonesia sangat ini sedang rawan dengan bahaya imigrasi yang mulai menyebar.
Di akhir pidato Panglima TNI itu, beliau sempat membacakan sebuah puisi yang menurutnya cukup menggelitik dan menggambarkan keadaan saat ini. Puisi tersebut bercerita mengenai “Jaka” yang mulai menyadari sebuah kenyataan pahit di negeri ini. Di mata sosok “Jaka” tersebut, Indonesia memiliki banyak kekayaan baik alam atau sumber daya manusia.
Namun sayang semua itu bukan kita sendiri yang memilikinya melainkan lebih banyak milik pihak asing. Melalui puisi tersebut, panglima TNI berharap agar bangsa Indonesia sadar baik para petinggi dan rakyat biasa saling gotong royong untuk bertahan dari serangan “migrasi” yang sempat beliau ceritakan. Agar negeri ini benar-benar kaya dengan hasil alamnya sendiri.
Ternyata puisi yang dibacakan itu bukan karangan dari Panglima TNI Gatot Nurmantyo sendiri. Puisi tersebut adalah karangan dari seorang sastrawan bernama Deny JA. Beliau adalah salah satu sastrawan terkemuka di Indonesia yang karyanya bahkan pernah menjadi nomor satu sebagai penjualan terbanyak di situs Amazon.
Meskipun niatan dari pembacaan puisi tersebut memang bagus, namun juga banyak kontra dari beberapa kalangan. Mereka yang tidak setuju dengan pembacaan puisi “Tapi bukan milik kita” menganggap hal itu adalah kritik terhadap pemerintahan saat ini. Beberapa ahli politik menganggap hal tersebut tidak terlalu baik dilakukan oleh seorang panglima TNI, karena seharusnya beliau bicara langsung saja pada Presiden atau para Dewan.
Terlepas dari pro dan kontra, kita mesti mengacungi jempol pada panglima TNI di Indonesia. Pasalnya upayanya dalam memperingatkan bangsa ini agar waspada pada yang akan mengancam kestabilan nasional. Mau setuju atau tidak, itu kembali pada keputusan masing-masing yang jelas semua punya alasan yang sama benarnya.
Namanya juga penipu. Akan selalu ada cara untuk membuat korbannya tidak berkutik demi merampas harta…
Sunmori atau Sunday Morning Ride adalah salah satu hobi masyarakat Indonesia. Para pemilik kendaraan roda…
Makan Bergizi Gratis (MBG) nampaknya harus secepatnya melakukan penyempurnaan. Pasalnya, masih banyak ditemui beragam kasus…
Paus Fransiskus tutup usia pada hari Senin 21 April 2025. Berita yang cukup mengagetkan mengingat…
Sudah bukan rahasianya Donald Trump saja, seluruh dunia juga tahu kalau umat manusia sedang terancam…
Kasus pelecehan pasien yang melibatkan dokter saat ini marak menjadi buah bibir masyarakat. Kejadiannya nyaris…