Mengikuti pelajaran secara online telah menjadi sebuah kebiasaan baru bagi para siswa dan mahasiswa di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini. Namun, tak semuanya beruntung bisa mengakses pelajaran daring tersebut dengan mudah karena buruknya kualitas sinyal internet.
Beberapa siswa maupun mahasiswa di daerah-daerah terpaksa harus berusaha keras hanya untuk belajar secara daring. Mulai dari naik pohon yang lebih tinggi atau berjalan naik turun bukit buat cari sinyal, bahkan hingga berutang demi membeli kuota internet. Seperti apa kisah mereka? Simak ulasan berikut ini.
Siswa-siswi SD yang berada di pedesaan adalah pihak yang cukup kerepotan dengan sistem belajar secara online. Seperti yang dialami oleh mereka yang tinggal di Desa Suwatu, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Untuk mendapatkan jaringan sinyal yang memadai, anak-anak SD tersebut harus naik turun perbukitan bersama orang tua mereka.
Kisah miris demi mencari sinyal terjadi pada seorang mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar bernama Rudi Salam. Pria asal Tana Ejaya, Kecamatan Tellulimpoe, Kabupaten Sinjai itu terjatuh dari menara masjid saat mencari sinyal internet pada Rabu, (6/5/2020) malam. Koneksi tersebut dibutuhkannya untuk mengirim tugas kuliah yang diselenggarakan secara online.
Memanjat pohon demi mendapatkan sinyal internet juga dilakukan oleh Mahasiswi Universitas Cokroaminoto Palopo asal Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, yang bernama Sartika. Demi mendapatkan sinyal internet yang memadai, ia bersama rekan-rekannya yang lain harus menempuh perjalanan selama dua jam dan memanjat pohon. Dengan posisi tersebut, dirinya mengikuti perkuliahan secara online.
Perjuangan berat demi mengikuti pelajaran secara online juga dirasakan oleh Ida, seorang ibu yang sehari-harinya menjadi pemulung barang bekas. Agar sang anak bisa belajar, ia bahkan rela berutang untuk membeli pulsa kuota internet. Handphone pun pinjam milik teman sang anak. Terlebih dengan penghasilan Ida yang hanya sebesar Rp20.000 per hari, membuat dirinya harus berjuang keras agar sang anak tetap bisa belajar secara online.
Perlombaan Menulis Surat untuk Mendikbud yang diselenggarakan pada 11-17 Mei 2020 lalu, menjadi ajang bagi para siswa di Indonesia untuk curhat soal kondisinya pada Nadiem Makarim. Ada lima surat yang terpilih dari 6.689 yang dikirimkan. Salah satunya adalah kisah Alfiatus Sholehah, siswi kelas VB SDN Pademawu Barat, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Dirinya mengaku bahwa kedua orang tuanya berprofesi sebagai buruh tani mencari utangan demi membeli pulsa kuota internet agar dirinya bisa belajar.
BACA JUGA: Curhatan Para Murid yang Belajar Online Akibat Corona, Tak Sedikit yang Stres karena Tugas
Mengikuti pelajaran secara online sejatinya memudahkan proses belajar bagi para siswa dan mahasiswa di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini. Hanya saja, tak semua punya kemudahan berupa kuota maupun mengakses internet dengan lancar lantaran terganjal masalah koneksi dan lokasi yang terpencil. Mudah-mudahan pemerintah bisa memberikan solusi terkait permasalahan ini.
Beberapa waktu lalu, viral sebuah video yang memperlihatkan seorang pengemis karena aksinya yang dianggap meresahkan.…
Masyarakat Indonesia sedang berbahagia dan bangga terhadap Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang baru saja menorehkan…
Media sosial kini menjadi tempat berbagi cerita dan mencari hiburan, tak heran banyak orang yang…
Jakarta banjir, sudah menjadi “acara” tahunan yang membuat banyak warga menjadi lebih “santuy” saat menghadapinya.…
Siapa sangka sebuah pijatan yang bisa merelaksasi dan menyembuhkan penyakit pada orang dewasa, bisa berujung…
Nama selebgram Chandrika Chika terseret pada kasus penyalahgunaan narkoba yang baru-baru ini terungkap. Tidak sendirian,…