Trending

Pembunuhan Massal di Pusat Penitipan Anak Thailand Tewaskan 37 Orang, Pelakunya Mantan Polisi

Pembunuhan massal terjadi di pusat penitipan anak di Thailand pada Kamis (6/10/2022). Pelaku pembunuhan massal adalah seorang mantan polisi. Ia menggunakan pistol dan pisau yang menewaskan 37 orang dan 10 orang lainnya luka-luka. Kejadian mengerikan tersebut menjadi pembunuhan massal terburuk di Thailand.

Sebelumnya pernah terjadi pembunuhan massal pada 2020 yang dilakukan oleh oknum tentara yang mengakibatkan 29 orang meninggal dunia. Kala itu, pelaku pun ditembak mati 18 jam setelah ia melakukan kejahatan. Lantas siapa pelaku pembunuhan massal di pusat penitipan anak kali ini dan apa motifnya? Bagaimana kronologi kejadian tersebut? Simak ulasan selengkapnya berikut.

Pembunuhan terjadi saat anak-anak tidur siang

Pusat penitipan anak usai pembunuhan massal. [Sumber Gambar]
Pelaku pembunuhan massal di pusat penitipan anak di Thailand bernama Panya Khamrab, seorang sersan polisi yang sudah diberhentikan pada Juni 2022 karena kepemilikan narkoba. Kejadian naas yang menggemparkan Thailand dan dunia tersebut terjadi pada Kamis sekitar pukul 12.10 waktu setempat. Panya pergi ke pusat penitipan anak yang berlokasi tidak jauh dari rumahnya, tepatnya di Provinsi Nong Bua Lam Phu. Saat itu jam makan siang sehingga anak-anak kebanyakan sedang tidur, sedangkan staf sedang makan siang.

Tewaskan 37 orang, kebanyakan anak-anak

Panya memarkirkan mobilnya kemudian menembak 4 staf yang sedang makan siang di luar ruang penitipan anak. Ia kemudian mendobrak pintu penitipan dan mulai mengayunkan pisaunya. Sebanyak 37 orang meninggal, 22 di antaranya adalah anak-anak. Sementara itu, 10 orang luka-luka, 6 orang di antaranya mengalami luka serius.

Keluarga dari korban meninggal pembunuhan massal. [Sumber Gambar]
Setelah meninggalkan pusat penitipan anak, Panya menembak dan mengayunkan pisaunya kepada orang-orang di jalan. Sampai akhirnya ia tiba di rumahnya dan dikepung oleh polisi. Di dalam rumah, Panya membunuh istrinya dan anak lelakinya yang berusia 3 tahun. Ia kemudian mengakhiri hidupnya sendiri.

Pelaku diduga terpengaruh narkotika

Sampai saat ini motif pelaku masih belum diketahui tetapi ia diduga mengalami stres karena baru saja diadili. Sebelumnya, Panya diketahui memiliki narkoba sampai akhirnya ia dikeluarkan secara tidak hormat dari kepolisian pada Juni 2022. Pada Kamis pagi, Panya diadili di pengadilan Nong Bua Lam Phu karena didakwa memiliki satu pil metamfetamin (sabu-sabu). Pengadilan meminta Panya untuk kembali pada Jumat untuk mendengarkan putusan.

Pelaku pembunuhan massal di pusat penitipan anak Thailand. [Sumber Gambar]
Kepala polisi nasional Thailand Pol Damrongsak Kittiprapas menyampaikan bahwa Panya mungkin stres dan sedang berada di bawah pengaruh narkotika sehingga melakukan pembunuhan massal. Ibu dari pelaku mengatakan bahwa Panya mengonsumsi obat sepulang dari pengadilan. Ia kemudian mulai merasa paranoid sampai akhirnya pergi ke pusat penitipan anak.

Duka menyelimuti Thailand

Keluarga korban begitu merasa kehilangan terutama orang tua yang anaknya meninggal. Bahkan, seorang ibu terlihat memegang selimut dan botol sang anak. Keluarga kerajaan Thailand meminta pemasangan bendera setengah tiang untuk mengenang peristiwa tragis itu. Mereka juga melakukan upacara kecil dan meletakkan karangan bunga di depan pintu pusat penitipan anak.

Penyerahan karangan bunga dari keluarga Kerajaan Thailand. [Sumber Gambar]
Di samping itu, Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengunjungi pusat penitipan anak pada Jumat. Sementara, Raja Thailand Maha Vajiralongkorn dan Ratu Suthida diperkirakan mengunjungi korban luka yang sedang dirawat di rumah sakit.

BACA JUGA: Jangan Gegabah! Lakukan Hal Ini Seandainya Terjebak di Lokasi Penembakan

Warga Thailand ikut berduka atas pembunuhan massal tersebut. Mereka mengunggah ucapan duka melalui media sosial dengan hashtag berbahasa Thailand yang artinya #MassShootingNongBuaLamphu. Semoga peristiwa serupa tidak terjadi lagi dan keluarga korban diberi ketabahan.

Share
Published by
Hayu

Recent Posts

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 days ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

4 days ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

7 days ago

Risiko Bencana Tinggi, Anggaran BNPB Kena Efisiensi

Masih teringat dahsyatnya bencana alam di Sumatera bagian Utara. Aceh, Medan, Tapanuli, Sibolga, hingga sebagian…

1 week ago

Insiden Tumblr Hilang di KRL Berujung Pemecatan Karyawan Sana Sini

Jangan remehkan kekuatan tumbler. Tak hanya tahan pecah, hilang dikit, dua-tiga orang bisa kena pecat…

2 weeks ago

Mau Blokir Cloudflare dan Larang Thrifting di Medsos, Komdigi Tuai Kritik

Sedang ramai rakyat lawan penguasa dimana salah satunya terjadi di Indonesia. Entah siapa yang salah,…

2 weeks ago