Unik Aneh

Pasutri Pilih Tinggal di Hutan Selama Puluhan Tahun, Padahal Sarjana dan Mantan Pengusaha

Banyak orang ingin tinggal di daerah perkotaan, lantaran berbagai macam fasilitas tersedia di area kota. Mulai dari rumah sakit, sekolah, hingga tempat hiburan. Namun, berbeda dengan pasangan suami istri ini.

Mereka lebih memilih tinggal di hutan. Menjauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Bukan hanya beberapa bulan atau tahun saja, mereka bahkan betah tinggal di hutan selama puluhan tahun. Apa alasan mereka betah tinggal di hutan? Simak kisah mereka berikut ini.

Puluhan tahun tinggal di hutan

Nyonya Aas [sumber gambar]
Di kanal YouTube milik Alman Mulyana, terungkap kisah sepasang suami istri yang sengaja membangun rumah di hutan. Alman mewawancarai sang istri yang bernama Nyonya Aas. Ia menceritakan bahwa dirinya dan sang suami menikah di tahun 1993. Mereka sudah tinggal di hutan dalam waktu yang cukup lama, selama 23 tahun.

Mantan pengusaha berpendidikan tinggi

Nyonya Aas [sumber gambar]
Meski tinggal di hutan, sepasang suami istri ini ternyata berpendidikan tinggi. Mereka adalah lulusan sarjana. Nyonya Aas mengatakan suaminya bergelar sarjana kehutanan. Menurut Aas, tak semua orang sanggup hidup di hutan seperti mereka, apalagi memiliki gelar sarjana. Tak hanya itu, sang suami sempat menjadi pengusaha.

Hidup di hutan demi hijrah

Rumah hutan [sumber gambar]
Saat ditanya alasan mengapa dirinya tinggal di dalam hutan, Aas menjawab sambil tersenyum. Ia mengatakan bahwa itu memang menjadi jalur hidupnya. Nyonya Aas menambahkan bahwa tujuan hidupnya adalah berhijrah, sehingga ia memilih membangun rumah di tengah hutan yang sepi dan damai.

Tinggal di gubug kecil nan sederhana

Rumah milik keluarga Aas ini jauh dari kata mewah. Sebaliknya, rumah mereka terbuat dari kayu dengan atap dari daun-daun kering. Ada beberapa gubug dengan bentuk segitiga. Keluarga Aas juga membuat beberapa tempat duduk persis di depan saung. Mereka menggunakan tempat duduk itu untuk berkumpul bersama dan bercengkrama.

Gubug keluarga Aas [sumber gambar]
Suasana sejuk dan udara yang segar langsung terasa saat memasuki halaman gubug keluarga Aas. Mereka menyambut tamu yang datang dengan ramah. Tak ada suara bising kendaraan yang harus mereka dengarkan setiap hari, seperti di area perkotaan. Mereka juga tak perlu khawatir terjebak kemacetan lalu lintas.

BACA JUGA: Andrew Kalaweit Dijuluki Tarzan Modern, Hidup di Tengah Hutan Kalimantan Bersama Keluarga

Setiap orang mempunyai definisi kebahagiannya masing-masing. Kebahagiaan tak melulu soal harta, mobil mewah, atau rumah mewah. Kebahagiaan ternyata bisa ditemukan dari tempat yang sederhana dan dekat dengan alam.

Share
Published by
F A Agustina

Recent Posts

Akun IG Cabinet Couture, Soroti Barang Mahal Pejabat

Kekuatan rakyat dunia maya memang sangat luar biasa. Seperti angin yang berhembus di celah-celah sempit,…

2 weeks ago

Gerakan Stop Tot Tot Wuk Wuk, Kritik pada Patwal Arogan di Jalan

Ada yang baru dari masyarakat untuk bangsa Indonesia. Setelah sekian lama cuma bisa menggerutu, kini…

3 weeks ago

Musala di Ponpes Ambruk, Timpa Santri yang Habis Salat Asar

Senin, (29/9/2025) menjadi hari yang memilukan bagi keluarga besar Pondok Pesantren Al Khoziny, Desa Buduran,…

3 weeks ago

Habis Dikritik, BPMI Kembalikan ID Pers Istana Jurnalis CNN yang Tanya Soal MBG

Sedang ramai di media sosial dan media massa tentang aksi nekat Biro Pers, Media, dan…

3 weeks ago

Ribuan Murid Keracunan, MBG Didesak Evaluasi

Sudah sembilan bulan berjalan, program Makan Bergizi Gratis (MBG)  menjadi mega proyek yang penuh tanda…

3 weeks ago

Sosok Glory Lamria, Diaspora yang Disorot Pasca Sambut Prabowo dan Berenang di Hotel Mahal

Nama Glory Lamria kini menjadi sorotan warganet. Paras cantik diaspora yang tinggal di Amerika Serikat…

3 weeks ago