Putusan dari pemerintah Indonesia mengenai ‘agama’ memang menuai banyak pro dan kontra. Seperti penutupan warung makan di bulan puasa. Banyak yang setuju untuk menutup warung tapi juga tak sedikit yang menolak. Untungnya Indonesia adalah negara demokratis yang tidak akan mudah memutuskan sesuatu dengan sebuah kekerasan dan tekanan.
Berbeda dengan umat muslim Uighur yang berada di kawasan Xinjiang, Tiongkok. Mereka mengalami masa sulit bertahun-tahun dengan pemerintah setempat. Berikut ini Boombastis hadirkan ketidakadilan yang dialami para muslim Uighur yang mirisnya, merupakan buah tangan pemimpinnya sendiri.
Uighur adalah umat muslim yang berada di kawasan Xinjian barat laut. Muslim Uighur merupakan orang minoritas yang tinggal bersama dengan agama lain yang ada di Tiongkok. Menurut beberapa sumber, Muslim Uighur ini sering menerima tindak kekerasan dari pemerintah setempat.
Sayangnya, tindak kekerasan ini tidak memiliki banyak bukti. Media China banyak menutup berita yang berhubungan dengan muslim Uighur. Sehingga banyak dari mereka yang beranggapan pemerintah setempat akan mengapus identitas dan budaya Muslim Uighur.
Berita terbaru dari muslim satu ini adalah larangan dari pemerintah untuk berpuasa. Anggota partai, pegawai negeri, siswa, mahasiswa dan juga guru dipertegas untuk tidak melaksanakan ibadah puasa.
Larangan pemerintah ini bertujuan untuk mengontrol agama yang dianut warganya. Tapi, bagaimana bisa pemerintah mencampuri hak asasi yang dimiliki warganya? Bahkan ada pula wacana yang mengharuskan adanya jaminan agar anggota keluarganya tidak ada yang menjalankan puasa.
Tentunya larangan untuk menjalankan ibadah wajib ini mendapatkan reaksi keras dari warga Muslim Uighur. Banyak yang menolak mentah-mentah meskipun nyawa taruhannya. Tapi pemerintah setempat makin keras menanggapi reaksi Muslim Uighur.
Pemerintah membuat kebijakan baru bagi restoran halal untuk tetap buka di jam-jam puasa Ramadhan. Bagi mereka yang merupakan Muslim Uighur dan menjalankan kebijakan pemerintah ini akan diberikan imbalan dan tidak akan diperiksa oleh petugas keamanan. Mungkin saking banyaknya orang yang kontra terhadap larangan berpuasa tersebut, sehingga aturan kontroversial ini makin menjadi-jadi.
Tidak berhenti disini, ketidakadilan lain juga muncul menghiasi bulan ramadan tahun ini. Pemerintah meminta kepada Muslim Uighur untuk mengucapakan secara verbal maupun tertulis bahwa mereka tidak memiliki keyakinan agama dan tidak akan menghadiri kegiatan religi.
Bukan hanya toko atau restoran biasa yang diharuskan menjual rokok dan alkohol. Tapi penduduk muslimpun juga sama. Jika mereka menolak, maka tempat usahanya akan ditutup paksa.
Sungguh miris nasib Muslim Uighur ini, selain sebagai penduduk minoritas juga menerima perlakuan tidak adil dari pemerintah setempat. Kita mungkin lebih beruntung hidup di Indonesia dengan menjunjung tinggi nilai demokratis.
Meski ada putusan yang mengalami pro dan kontra, tapi tetap saja kita lebih beruntung dari mereka. Doakan saja semoga ada jalan yang baik bagi saudara muslim kita di manapun, agar bisa mendapatkan kemerdekaan dalam menjalankan ibadahnya.
Patah hati tampaknya tengah dialami para fans juara ketiga Indonesian Idol musim ke-8 sekaligus vokalis…
Beberapa waktu lalu, viral sebuah video yang memperlihatkan seorang pengemis karena aksinya yang dianggap meresahkan.…
Masyarakat Indonesia sedang berbahagia dan bangga terhadap Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang baru saja menorehkan…
Media sosial kini menjadi tempat berbagi cerita dan mencari hiburan, tak heran banyak orang yang…
Jakarta banjir, sudah menjadi “acara” tahunan yang membuat banyak warga menjadi lebih “santuy” saat menghadapinya.…
Siapa sangka sebuah pijatan yang bisa merelaksasi dan menyembuhkan penyakit pada orang dewasa, bisa berujung…