Keluarga Kadek Artaya [image source]
Masalah ekonomi memang kerap menjadi salah satu alasan kuat bagi seseorang untuk mengakhiri hidup. Tak bisa dipungkiri jika kebanyakan kasus bunuh diri kerap terjadi dengan alasan serupa, yaitu terlilit utang. Dianggap sebagai jalan pintas menyelesaikan masalah, sebagian orang memang menganggap jika mati adalah cara paling tepat untuk melarikan diri dari himpitan ekonomi.
Setelah mati, seseorang beranggapan jika ia tidak perlu memikirkan kebutuhan hidup dan segala tetek bengeknya. Di Indonesia sendiri, sudah begitu banyak kasus pilu mengakhiri hidup, bukan hanya sendiri, namun melibatkan keluarga. Berikut ini adalah lima keluarga yang lebih memilih mati ngenes karena tak kuat dengan beban ekonomi yang melilih kehidupan mereka.
Desa Dinas Jero Kute, Bondalem, Kabupaten Buleleng, Bali dibuat gempar dengan berita tentang meninggalnya satu keluarga akibat bunuh diri. Korban tersebut adalah Kadek Artaya, Kadek Suciani dan kedua buah hati mereka yang masih berusia 6 dan 3 tahun. Tindakan tersebut baru diketahui Made Suardana, yang merupakan orang tua dari Artaya pada hari Kamis, sekitar pukul 04.00 pagi. Namun sayangnya, saat ditemui keluarga tersebut sudah lemas.
Kasus pilu selanjutnya dari keluarga Pak Hartono asal Kecamatan Keras, Kabupaten Kediri. Sebelum tindakan nekat tersebut, sama sekali tidak ada tanda-tanda adanya masalah di kehidupan Pak Hartono. Para tetangga mengaku shock mendapati korban bersama istrinya, Bu Is ditemukan tak bernyawa di pekarangan salah satu warga. Saat ditemukan, posisi mereka sedang berpelukan. Tak jauh dari posisi mayat mereka, ditemukan botol air mineral yang sudah dicampur dengan racun serangga.
Perumahan Duta Bahagia, Pekalongan, Jawa Tengah juga digegerkan dengan hal serupa pada tahun 2014 silam. Di mana, warga dikejutkan dengan penemuan jasad tanpa nyawa dari Lina (41) dan Dani (11) kematian mereka juga dikarenakan menenggak racun serangga.
Nasib nahas juga menimpa David Nugroho, di usianya yang masih 30 tahun, ia mencoba mengakhiri hidupnya pada November 2016 silam. Warga Jomblang Perbalan, RT 7 RW 2, Kelurahan Candi, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, Jateng tersebut sontak membuat masyarakat geger. Pasalnya, David melakukan percobaan bunuh diri tidak sendiri, melainkan bersama dengan kedua anaknya yang masih berusia 7 tahun dan 3 tahun.
Kasus tak kalah mengenaskan juga menimpa satu keluarga dari Klungkung. Keluarga beranggotakan lima orang tersebut ditemukan hangus terbakar. Kelima orang tersebut terdiri atas I Gusti Bagus Karpica, I Gusti Ayu Eka (istri), i Gusti Ngurah Narendra (anak), I Gusti Ngurah Satria (anak), I Gusti Ayu (anak). Semua anggota keluarga ditemukan tewas di atas kasur.
Bunuh diri memang dianggap bisa menyelesaikan masalah dengan cepat. Namun, sangat disayangkan jika tindakan nekat tersebut sampai terealisasi. Semua tentu tahu jika semua agama menganggap bunuh diri adalah dosa besar. Terlebih, jika bunuh diri tersebut melibatkan orang lain, terlebih anak-anak yang belum tahu apapun juga turut diajak.
Namanya juga penipu. Akan selalu ada cara untuk membuat korbannya tidak berkutik demi merampas harta…
Sunmori atau Sunday Morning Ride adalah salah satu hobi masyarakat Indonesia. Para pemilik kendaraan roda…
Makan Bergizi Gratis (MBG) nampaknya harus secepatnya melakukan penyempurnaan. Pasalnya, masih banyak ditemui beragam kasus…
Paus Fransiskus tutup usia pada hari Senin 21 April 2025. Berita yang cukup mengagetkan mengingat…
Sudah bukan rahasianya Donald Trump saja, seluruh dunia juga tahu kalau umat manusia sedang terancam…
Kasus pelecehan pasien yang melibatkan dokter saat ini marak menjadi buah bibir masyarakat. Kejadiannya nyaris…