Tragedi penyerangan yang menewaskan banyak jiwa membuat kebanyakan orang ingin bersatu dan mengekspresikan solidaritas dan kepedulian kepada para korbannya. Karena bagaimanapun juga, pembunuhan bukanlah hal yang dapat dibenarkan.
Meski begitu, ada juga beberapa pihak yang justru memanfaatkan tragedi yang terjadi dengan menyebarkan kebohongan yang justru berpotensi merusak ketenangan. Berikut ini kebohongan yang tersebar di dunia maya setelah terjadinya penyerangan oleh teroris beberapa waktu terakhir ini.
Setelah terjadinya penyerangan yang terjadi di Paris pada 13 November 2015 lalu, sebuah video yang menyebutkan tentang umat muslim UK merayakan penyerangan Paris tersebar di sosial media. Kenyataannya, video tersebut sebenarnya adalah perayaan kemenangan Pakistan dalam pertandingan kriket tahun 2009.
Video tersebut sebenarnya dengan gamblang menunjukkan bendera Pakistan dan orang-orang di dalamnya meneriakkan kata Pakistan. Namun hal ini tidak menghentikan orang yang tidak bertanggung jawab untuk menggunakan video tersebut sebagai bukti bahwa umat muslim adalah orang yang ganas.
Cerita tentang seorang sekuriti Muslim bernama Zouheir yang menghalangi seorang bom bunuh diri di Stade de France juga beredar pasca penyerangan di Perancis. Karena sekuriti tersebut muslim, maka media menolak melaporkannya.
Kebenaran tentang cerita ini sebenarnya sangat diragukan. Memang benar seorang pengebom berhasil dihentikan sebelum masuk ke stadion, dan benar pula bahwa ia meledakkan rompinya. Memang benar pula ada seorang sekuriti bernama Zouheir bekerja di sana di malam hari, namun apakah ia ada di lokasi saat rompi tersebut meledak atau apakah Zouheir seorang muslim sebenarnya tidak diketahui.
Setelah terjadinya penyerangan di Paris, muncul catatan yang beredar luas bahwa Jepang mengontrol umat muslim di sana sehingga tidak pernah terjadi serangan terorisme. Menurut teks tersebut, Jepang menolak memberikan ijin tinggal pada Muslim, melarang impor Quran dalam bahasa Arab, tidak punya duta besar di negara Islam, penyebaran Islam dilarang, dan muslim dilarang menyewa rumah.
Tentu saja catatan tersebut hanyalah kebohongan belaka. Tidak ada yang menghentikan muslim mendapatkan ijin tinggal di Jepang. Di Jepang juga terdapat banyak banyak masjid dan menyebarkan islam atau mengimpor Quran dalam bahasa Arab adalah hal yang legal.
Muslim bisa menyewa properti, dan Jepang punya kedutaan besar di Afganistan, Bahrain, Iran, Irak, Yordania, Kuwait, Lebanon, Oman, Qatar, Saudi Arabia, Siria, Turki, Arab Saudi, dan Yaman. Bahkan ada juga kelas Bahasa Arab yang ditawarkan di Tokyo. Jepang memiliki angka terorisme yang rendah karena negara tersebut sejak awal memang memiliki tingkat kejahatan yang rendah, tidak ada hubungannya dengan Muslim.
Selang beberapa jam sebelum terjadinya pengeboman di Paris, dua bom bunuh diri meledak di Beirut dan menewaskan 43 orang. Dengan banyaknya simpati yang mengalir untuk Paris, di sosial media beredar pertanyaan kenapa tidak ada simpati dan pemberitaan yang serupa untuk tragedi pengeboman di Beirut.
Banyak situs media besar sebenarnya memberitakan berita tersebut, mulai dari CNN, Washington Post, Associated Press, The New York Times, The Economist, BBC, The Guardian, Daily Mail, dan banyak lagi. Kebanyakan media lain paling tidak menyebutkan tentang tragedi di Beirut, sementara media lain seperti Daily Mail memberitakan secara detail. Alasan mengapa tidak muncul di timeline atau news feed sosial media adalah karena pembaca tidak membagikan berita tersebut.
Setelah terjadinya serangan paris, ditemukannya paspor pengungsi Siria mengejutkan seluruh Eropa. Gara-gara hal ini, Polandia menarik tawaran rumah untuk 7 ribu pengungsi Siria dan Gubernur di Amerika mengatakan mereka tidak akan pernah menerima warga Siria.
Paspor tersebut sebenarnya palsu, pria yang teridentifikasi dalam paspor tersebut, Ahmad Almohammad adalah seorang tentara pro-Assad yang meninggal beberapa bulan sebelumnya. Menteri dalam negeri Jerman percaya bahwa paspor tersebut sengaja diletakkan untuk menimbulkan perpecahan. Dari 9 orang tersangka yang diidentifikasi, 7 orang lahir di Perancis atau Belgia, dan satu orang adalah orang Maroko yang kemudian menjadi warga negara Belgia.
Setelah penyerangan Charlie Hebdo, Fox News menghadirkan dialog dengan seorang “ahli teroris” Steve Emerson. Dalam dialog tersebut, Steve Emerson mengatakan bahwa UK dan Prancis memiliki beberapa kota yang menerapkan hukum sharia dan non Muslim tidak bisa ke sana.
Ia juga menyebutkan bahwa Birmingham sebagai sangat Muslim. Tentu saja hal ini salah dan sangat menghina hingga Perdana Menteri Inggris menyebut Emerson sebagai idiot. Emerson kemudian harus meminta maaf kepada masyarakat Birmingham atas ucapannya ini.
Entah orang macam apa yang menggunakan hal tragis semacam serangan di Paris untuk mendongkrak kampanye presiden, namun hal inilah yang dilakukan Donald Trump. Hanya berselang beberapa hari setelah penyerangan, ia berpidato dan menyalahkan tragedi tersebut karena undang-undang kontrol peredaran senjata.
Donald Trump juga menyalahkan hukum peredaran senjata yang ketat di Perancis sebagai penyebab penembakan Charlie Hebdo. Aksi terorisme tidak ada hubungannya dengan kontrol atas senjata. Buktinya di Norwegia yang kebanyakan penduduknya punya senjata, Anders Breivik bisa melakukan aksi terorisme tanpa diketahui. Banyak negara bagian di Amerika yang mengizinkan kepemilikan senjata, tapi di negara tersebut justru lebih banyak terjadi penembakan massal.
22 Juli 2011, Anders Breivik yang menganut supremasi kulit putih meledakkan bom di Oslo dan menembaki orang-orang di pulau Utoya. Kejadian tersebut menewaskan 77 orang yang mayoritas anak muda dan merupakan aksi terorisme terburuk di Eropa sebelum terjadinya penyerangan di Paris.
Penyerangan tersebut adalah aksi tunggal, namun media langsung menyimpulkan kejadian ini adalah kesalahan Muslim. The Weekly Standard menulis artikel sebelum fakta terkumpul jelas dan menyebutkan bahwa otak penyerangan ini adalah Irak Kurdi. Washington Post kemudian menggunakan berita ini untuk menyerang rencana Obama untuk menarik pasukan dari Afganistan.
Setelah fakta terungkap bahwa sebenarnya penyerangan ini tidak ada hubungannya dengan Islam, maka Washington Post kemudian menerbitkan artikel baru untuk mengoreksi berita sebelumnya dan meminta maaf atas tuduhannya.
Terjadinya sebuah tragedi seperti ini tentu membuat setiap orang merasa sedih sekaligus ngeri. Meski begitu seharusnya masyarakat tetap bersikap positif dan menghindari perbuatan yang bersifat provokasi apalagi sampai menyebarkan kebohongan. Hal seperti ini justru menimbulkan perpecahan dan tidak akan bisa menyelesaikan masalah.
Patah hati tampaknya tengah dialami para fans juara ketiga Indonesian Idol musim ke-8 sekaligus vokalis…
Beberapa waktu lalu, viral sebuah video yang memperlihatkan seorang pengemis karena aksinya yang dianggap meresahkan.…
Masyarakat Indonesia sedang berbahagia dan bangga terhadap Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang baru saja menorehkan…
Media sosial kini menjadi tempat berbagi cerita dan mencari hiburan, tak heran banyak orang yang…
Jakarta banjir, sudah menjadi “acara” tahunan yang membuat banyak warga menjadi lebih “santuy” saat menghadapinya.…
Siapa sangka sebuah pijatan yang bisa merelaksasi dan menyembuhkan penyakit pada orang dewasa, bisa berujung…