Ditinggal orang yang dicintai pergi menghadap Sang Pencita tentu sedihnya bukan main. Oleh sebab itu, sering diadakan tradisi atau acara untuk mengenang kepergiannya. Ada yang berupa acara adat atau didoakan macam tahlilan. Namun semua itu dilakukan atas dasar penghormatan pada yang telah tiada.
Di Madagaskar, rupanya ada pula tradisi penghormatan jenazah yang berbeda. Bagaimana tidak, pasalnya mereka menggotong jasad sambil bernyanyi dan menari suka cita. Dan itu dilakukan rutin di sana setiap beberapa tahun sekali. Lalu benarkah hal itu? Biar gak penasaran simak ulasan di bawah ini.
Setiap suku di dunia ini memang punya cara tersendiri untuk memperlakukan anggota keluarga yang sudah mati. Begitu pula dengan suku di Madagaskar ini yang ternyata setelah bertahun-tahun akan tetap mengarak jenazah yang telah dikuburkan. Dilansir dari laman Merdeka, ada sebuah festival khusus yang diadakan pada Juli hingga Sepetember.
Usut punya usut, adanya ritual tak biasa ini adalah untuk penggantian kafan dari sang jenazah. Dilansir dari laman Merdeka, lambas (sejenis kafan) yang membalut jenazah, harus rutin diganti selama tubuh belum benar-benar busuk. Pasalnya mereka percaya bila tubuh belum hancur maka roh tak bisa masuk ke alam sana.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, banyak keluarga bahkan yang dari jauh pun ikut dalam upacara adat ini. Dilansir dari laman Kumparan, tidak setiap tahun tradisi ini diadakan melainkan lima, tujuh, atau sembilan tahun setelah meninggalanya si jenazah.
Meskipun jadi sebuah tradisi yang telah ada sejak zaman dulu, tak semerta-merta semua orang setuju akan hal itu. Beberapa ahli di sana bahkan mengkhawatirkan bakal timbul masalah besar. Pasalnya, sanak keluarga yang membongkar kafan dan mengarak jasad ternyata tak memakai pelindungan sama sekali.
BACA JUGA: Pallbearers Dance, ‘Goyang’ Peti Mati Penghibur Duka yang Belakangan Viral Dipakai Meme
Ternyata ada juga tradisi seperti ini ya, mirip dengan yang ada di Toraja. Namun bedanya di Madagaskar ini mereka membawa jenazah dengan kafan sedangkan di Toraja diajak berjalan. Tapi kembali lagi, tujuan utama dari tradisi itu adalah penghormatan untuk mendiang yang telah tiada.
Kekuatan rakyat dunia maya memang sangat luar biasa. Seperti angin yang berhembus di celah-celah sempit,…
Ada yang baru dari masyarakat untuk bangsa Indonesia. Setelah sekian lama cuma bisa menggerutu, kini…
Senin, (29/9/2025) menjadi hari yang memilukan bagi keluarga besar Pondok Pesantren Al Khoziny, Desa Buduran,…
Sedang ramai di media sosial dan media massa tentang aksi nekat Biro Pers, Media, dan…
Sudah sembilan bulan berjalan, program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi mega proyek yang penuh tanda…
Nama Glory Lamria kini menjadi sorotan warganet. Paras cantik diaspora yang tinggal di Amerika Serikat…