Categories: Tips

Tippi Degre, ‘Tarzan’ Sungguhan yang Hidup di Hutan Afrika

Miris rasanya melihat perilaku tidak manusiawi beberapa orang terhadap binatang langka. Yang bikin makin miris, mereka bahkan tanpa segan atau takut langsung memposting foto hasil ‘buruan’ mereka tersebut di media sosial. Padahal binatang-binatang yang mereka bantai tersebut termasuk binatang-binatang langka yang dilindungi.

Baca Juga : 5 Tragedi Genosida Paling Mengerikan yang Pernah Terjadi di Indonesia!

Memang ada orang-orang tidak bertanggung jawab yang tidak terlalu menganggap penting kehidupan satwa. Namun di sisi lain, ada juga orang-orang yang dalam hidupnya mendedikasikan diri untuk makhluk liar dan memperkenalkan anggota keluarganya pada kehidupan liar sejak kecil. Salah satunya adalah Tippi Degré.

Wanita bernama lengkap Tippi Benjamine Okanti Degré ini menghabiskan masa kanak-kanaknya di Namibia bersama binatang liar dan penduduk suku Bushmen. Kedua orang tuanya yang bekerja sebagai fotografer dan pembuat film alam liar membuatnya terbiasa berhubungan langsung dengan kehidupan yang bisa dibilang liar. Persahabatannya dengan binatang-binatang ini sepertinya pantas membuatnya disebut sebagai Tarzan masa kini. Namanya mulai dikenal pada tahun 2002-2003 ketika ia menjadi presenter acara dokumenter, Around The World with Tippi.

Bermain-main dengan bayi macan tutul [Image Source]
Selama tinggal di Namibia, ia menjalin hubungan yang dekat dengan gajah berusia 28 tahun yang bernama Abu, macan tutul bernama J&B, buaya, anak singa, jerapah, dan masih banyak lagi. Foto-foto masa kecil Tippi yang bermain dengan binatang-binatang tersebut membuat dunia tercengang. Bukan hanya karena foto-foto indah yang menampilkan anak kecil yang bermain atau terbuai bersama binatang, tapi juga cerita-cerita yang ada di baliknya, tentang keinginan manusia untuk bisa hidup dekat dengan para satwa.

Hidupnya diwarnai dengan gambaran-gambaran menakjubkan yang hanya bisa dibayangkan oleh kebanyakan orang. Tentang bagaimana mereka bisa membelai singa, bermain bersama macan tutul, menaiki burung bangau, dan masih banyak lagi. “Saudaranya” adalah gajah, sahabatnya adalah macan tutul, dan taman bermainnya adalah semak-semak Afrika.

Tippi naik burung unta dan menikmati angin [Image Source]
Sebuah kehidupan bebas bersama alam yang sebenarnya banyak diimpikan manusia. Coba saja lihat banyaknya acara petualangan atau mengenal binatang yang sekarang banyak ada di televisi. Bukankah ini membuktikan bahwa manusia sebenarnya juga ingin dekat dengan alam?

Mulai dari duduk di punggung burung unta, hingga berbaring bersantai dengan seekor macan tutul muda atau duduk di gading gajah, gambaran ini menunjukkan hubungan dan kedamaian tidak biasa antara manusia dan binatang. Tippi selalu berkata bahwa setiap orang memiliki anugerah, dan bisa hidup dan bersahabat dengan para binatang ini adalah anugerah yang ia miliki.

Tidak takut dengan binatang yang jauh lebih besar darinya [Image Source]
Dalam kepalanya, ia berpikir dengan pola pikir yang sama dengan para binatang ini. Ia percaya bahwa para binatang tersebut seukuran dengannya dan mereka adalah sahabatnya. Imajinasi dan keluguannya membuat Tippi mampu hidup di kondisi yang seperti ini. Bukti bahwa sebenarnya manusia terlahir dan tidak memiliki sikap membeda-bedakan. Bahwa kita bisa bersahabat dan bersikap baik dengan siapa saja.

Tippi tidak memiliki rasa takut, ia bahkan tidak sadar bahwa dirinya tidak berukuran sama dengan Abu si gajah. Tapi ia akan memandang lurus ke mata Abu dan bicara dengannya. Padahal ia baru berusia satu setengah tahun saat baru pertama kali bertemu Abu, tapi ia memiliki rasa percaya diri. Hingga beberapa binatang lainnya begitu lengket dengan Tippi kecil.

Tippi tidur bersama bayi singa yang menghisap jarinya [Image Source]
Tippi kini telah dewasa dan tinggal di Paris. Impiannya adalah bekerja di perlindungan alam liar dan juga menjadi sutradara film. Ia pun akhirnya mempelajari film dan audiovisual di Prancis. Gadis berusia 25 tahun ini kini telah menjadi pengarah ‘El Petit FICMA’, yaitu bagian anak-anak festival FICMA.

Baca Juga : Kisah Perjuangan Relawan Asap yang ‘Tak Terdengar’ di Tengah Keributan Netizen dan

Kisah Tippi membuktikan bahwa sebenarnya di dalam hati setiap orang memiliki rasa simpati dan peduli terhadap makhluk bumi lainnya. Tapi entah karena trend atau pergaulan yang salah membuat beberapa orang menjadi sadis dan tega memburu binatang-binatang yang dilindungi. Jika anak-anak saja bisa belajar menyayangi binatang dan kehidupan alam, mengapa justru sulit sekali bagi orang dewasa untuk melakukan hal yang sama?

Share
Published by
Tetalogi

Recent Posts

Skandal Sister Hong, Pura-pura Jadi Wanita Demi Perdayai Kaum Pria dan Harta

Sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat Negeri Tirai Bambu, China, seorang pria yang ditangkap gara-gara menyamar…

1 day ago

Bruce Willis Demensia, Tak Ingat Dirinya Aktor Dunia

Bagi aktor kelas dunia, Bruce Willis, dunia terus berputar dan waktu akan terus berjalan. Umur…

2 days ago

Dijuluki ‘Thomas Alva Edisound,’ Inikah Sang Penemu Sound Horeg?

Di balik fenomena dan polemik Sound Horeg yang menggemakan Indonesia, muncul sosok yang kini ramai…

3 days ago

Tom Lembong Siap Banding, Tak Mau Dianggap Penjarah Negara

Babak baru perjuangan Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong dalam menghadapi putusan majelis hakim dalam…

3 days ago

Fenomena Joki Strava, Jasa Lari bagi yang Ingin Mengais Validasi?

Di media sosialnya setiap minggu selalu pamer mampu lari 5 kilometer, tapi saat di kantor…

1 week ago

Sabarnya Damkar, Laporan Minta Bantuan Hadapi Ular Gaib pun Didengar

Satuan Pemadam Kebakaran (Damkar) bagaikan pelita di dalam kegelapan. Selalu yang terdepan dalam mendengarkan dan…

1 week ago