Sejak zaman dahulu, pasukan khusus atau pasukan elit yang bergerak secara rahasia untuk melakukan tindakan espionase sudah pernah ada. Jika di Jepang ada yang disebut dengan ninja, maka di daerah Timur Tengah ada Hashashin.
Perpustakaan dan benteng milik Hashashin telah dihancurkan, sehingga informasi tentang kelompok ini hanya berasal dari lawan mereka dan bukan dari kelompok itu sendiri.
Istilah Hashasin atau Assassin sendiri digunakan untuk menyebut kelompok Nizari Ismailis abad pertengahan yang menganut Syiah terutama di daerah Persia dan Syria. Pendirinya adalah seorang pemuka agama yang bernama Hasan-i Sabbah.
Dengan menggunakan ketenarannya diantara kaum Ismaili, Sabbah mendirikan Order of the Assassins. Tidak diketahui apa motif utamanya membentuk pasukan elit atau orde ini, namun beberapa orang berpendapat bahwa tujuannya adalah untuk mendapatkan kekuatan politik serta membalas musuh-musuhnya termasuk pasukan Perang Salib.
Kelompok ini berdiri pada akhir abad 11 dan bertahan selama 150 tahun. Runtuhnya kelompok Hashashin adalah ketika kastil di pinggir tebing milik mereka ternyata berhasil ditembus oleh pasukan Mongol.
Setelah berhasil merebut kastil Alamut tanpa pertumpahan darah dan menggulingkan raja yang berkuasa di sana, Sabbah mengembangkan pasukan rahasia dan mematikan yang telah ia bentuk. Pasukan tersebut ia susun dalam sebuah struktur.
Di bawah Sabbah, ada Grand Headmaster of the Order atau kepala orde yang berperan sebagai tokoh propaganda besar. Di bawahnya lagi, ada propaganda normal, kemudian diikuti dengan Rafiq (rekan), dan Lasiq (penganut). Mereka yang ada dalam status Lasiq dilatih menjadi seorang assassin yang paling ditakuti.
Dengan senjata terbarunya ini, Sabbah mulai memerintahkan pembunuhan mulai dari politisi dan jenderal besar yang dianggap menyimpang. Meski begitu, Assassin tidak pernah menyerang masyarakat biasa dan tidak pernah bertindak kejam ataupun kasar pada mereka.
Meskipun Lasiq adalah peringkat terendah dalam urutan yang dibuat Sabbah dan hanya digunakan untuk merencanakan rencana yang lebih besar, ia menghabiskan banyak waktu dan biaya untuk melatih mereka. Para Assasin ini umumnya dipilih dari mereka yang masih berusia muda karena mereka memiliki kekuatan dan stamina yang dibutuhkan untuk menjalankan misi.
Tapi tidak hanya kekuatan fisik saja yang menjadi perhatian utama untuk menjadi seorang Lasiq, mereka harus punya kesabaran tinggi, dingin, dan penuh perhitungan. Mereka rata-rata memiliki kecerdasan tinggi karena mereka tidak hanya harus mengetahui seluk beluk musuh mereka, tapi juga budaya dan bahasa asli lawan.
Mereka dilatih menyamar dan menyusup ke wilayah musuh untuk melakukan pembunuhan. Jadi bukan dengan menyerang secara terang-terangan. Mereka juga akan dilatih menggunakan pisau serta pedang.
Para assassin adalah ahli dalam menyamar dan menyusup. Mereka juga sering menyamar sebagai tentara atau pelayan dan bekerja keras agar sampai di posisi dimana mereka menjadi orang kepercayaan. Tentu saja untuk mencapai posisi ini akan memakan waktu lama, bisa bulanan, bahkan tahunan. Begitu sampai di posisi ini, barulah mereka bisa membunuh korbannya dengan mudah.
Hampir setiap pembunuhan yang mereka lakukan dijalankan dengan senjata pisau. Mereka tidak suka dengan racun atau senjata yang bisa digunakan dari jauh karena dianggap sebagai tindakan pengecut.
Para assassin percaya mereka membantu masyarakat biasa yang ditekan oleh pemimpin mereka. Namun cara-cara kejam yang dilakukan justru membuat orang-orang tidak menyukai mereka. Tidak hanya itu saja, tindakan ini juga membuat banyak Ismaili yang tidak tahu apa-apa ditangkap dan disiksa karena dicurigai sebagai assassin.
Tahun 1219, pemimpin Khwarezem membunuh sekelompok pedagang Mongol di kotanya. hal ini membuat Genghis Khan marah dan memimpin pasukannya untuk menyerang Khwarezm. Saat itu, Assassin menjalin hubungan dengan Mongol dan mereka bebas bergerak pada masa Mongol yang berkuasa di Kwarezm. Mongol fokus pada daerah lain dan memimpin dengan ringan sehingga tidak menimbulkan masalah atau perpecahan bagi Assassin.
Namun, cucu Genghis Khan, Mongke Khan bersikeras untuk menaklukan tanah Muslim dengan mengambil alih Baghdad yang menjadi pusak kekalifahan. Karena itulah pemimpin Assassin kemudian mengirim sebuah tim untuk membunuh Mongke. Namun rencana ini gagal sehingga Mongke semakin yakin untuk memusnahkan Assassin.
Hulagu, saudara Mongke Khan, dikirim untuk menyerang Alamut dan Assassin sekarang dipimpin oleh seorang pemimpin yang lemah. Mongol mengerahkan seluruh pasukannya untuk menyerang Alamut, namun juga menawarkan pengampunan jika pemimpin Assassin menyerah.
19 November 1256, pemimpin Assasin menyerah dan Mongol kemudian menghancurkan kastil Alamut dan tempat lainnya agar Assassin tidak bisa berlindung atau membentuk kembali kelompok mereka. Keturunan Hasan-i Sabbah dibunuh dan Assassin yang selamat kabur ke Syria.
Pasukan elit tidaklah khas ada di era modern saja. Sejak zaman dahulu, pasukan elit atau pasukan khusus memang digunakan untuk menjalankan operasi yang lebih sulit dan berbahaya. Meski begitu, pembunuhan tentu tetap saja merupakan hal yang sebenarnya sulit dibenarkan. Apalagi jika untuk kepentingan politik.
Beberapa waktu lalu, viral sebuah video yang memperlihatkan seorang pengemis karena aksinya yang dianggap meresahkan.…
Masyarakat Indonesia sedang berbahagia dan bangga terhadap Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang baru saja menorehkan…
Media sosial kini menjadi tempat berbagi cerita dan mencari hiburan, tak heran banyak orang yang…
Jakarta banjir, sudah menjadi “acara” tahunan yang membuat banyak warga menjadi lebih “santuy” saat menghadapinya.…
Siapa sangka sebuah pijatan yang bisa merelaksasi dan menyembuhkan penyakit pada orang dewasa, bisa berujung…
Nama selebgram Chandrika Chika terseret pada kasus penyalahgunaan narkoba yang baru-baru ini terungkap. Tidak sendirian,…