Nama pak Sakera mungkin belum familiar sebagai pahlawan nasional. Dalam buku-buku sejarah yang dipelajari di sekolah, namanya pun tak pernah disebutkan. Meski demikian, nama Sakera cukup dikenal di kalangan masyarakat Jawa Timur dan Madura.
Kisah Sakera bahkan pernah mengisi layar kaca nasional dalam tayangan ludruk dan juga film di tahun 80-an. Tak heran, kisah hidupnya yang penuh liku memang dramatis jika diangkat menjadi sebuah film. Berikut ini adalah ringkasan tentang siapa itu sosok Sakera dan apa saja yang membuatnya dicap sebagai pahlawan legendaris.
Sakera sebenarnya terlahir dengan nama Sadirman. Ia merupakan salah satu keturunan ningrat dari kelas MAS, di kelurahan Raci, Kota Bangil Pasuruan, Jawa Timur. Sakera tumbuh menjadi seorang pemberani dan jagoan di daerahnya. Ia bekerja sebagai mandor di perkebunan tebu milik pabrik Gula Kancil Mas Bangil.
Sosok Sakera digambarkan memiliki kumis lebat dan penampilan sangar. Meski demikian, ia tetaplah mandor yang baik. Hingga akhirnya ia dijuluki dengan nama Sakera yang memiliki arti ringan tangan.
Sakera menjalani kehidupannya dengan bahagia. Ia bahkan memiliki dua istri. Yang bertama bernama Ginten, sementara yang kedua bernama Marlena. Ia juga merawat keponakannya yang bernama Brodin.
Namun kehidupannya yang bahagia itu berubah drastis saat ia dituding sebagai pembunuh dan menjadi buronan para kompeni. Hal itu berawal dari keberanian Sakera yang melakukan perlawanan pada pihak Belanda.
Setelah musim giling selesai, pabrik gula sangat membutuhkan banyak lahan untuk menanam tebu. Orang Belanda dengan liciknya berniat membeli lahan warga dengan harga sangat murah demi memperluas area kebun mereka. Belanda pun meminta pada carik Rembang untuk menyiapkan lahan dengan harga murah tersebut dalam waktu singkat. Carik tersebut diiming-imingi imbalan yang akhirnya membuat si carik sepakat.
Si Carik menggunakan cara kekerasan untuk memaksa para warga menjual lahan mereka. Tidak terima melihat hal tersebut, Sakera pun membela para rakyat dan membuat upaya si carik gagal. Tindakan Sakera pun dilaporkan pada pemimpin perusahaan. Akhirnya, orang perusahaan pun berencana untuk membunuh Sakera.
Markus, sang wakil pemimpin perusahaan datang ke menantang Sakera. Hal itu membuat ia marah dan tak segan membunuh Markus dan juga para pengawalnya. Sejak saat itulah Sakera menjadi buronan para polisi pemerintah Hindia Belanda. Suatu hari, saat Sakera berkunjung ke rumah ibunya, ternyata mereka mengancam akan membunuh ibunya jika Sakera tidak menyerah. Sakera akhirnya pun kalah dan dipenjara di Bangil. Sakera disiksa bertubi-tubi.
Tak hanya itu, ternyata keponakannya yang bernama Brodin justru main serong dengan istrinya yang kedua, Marlena. Mendengar kabar tersebut, Sakera marah besar dan kabur dari penjara. Ia pun membunuh Brodin, dilanjutkan pada carik Rembang dan semua petinggi perkebunan yang memeras rakyat. Bahkan polisi Bangil pun menjadi korban tebasan celuritnya saat hendak menangkap Sakera.
Para polisi Belanda kerepotan menghadapi ulah Sakera. Terlebih Sakera sangat kuat, bisa dibilang sakti. Akhirnya Belanda pun mencoba mencari tahu kelemahannya. Mereka mendatangi seorang teman seperguruan Sakera bernama Aziz untuk mendapatkan informasi. Tergiur oleh iming-iming tersebut, Aziz pun bersedia menjebak Sakera dengan mengadakan tayuban.
Sakera sangat menyukai tayuban, ia pun muncul dan hendak ikut menari, namun ternyata saat itu ilmunya dilumpuhkan menggunakan bambu apus yang merupakan kelemahannya. Sakera pun dihukum gantung. Ia dimakamkan di Bekacak, Kelurahan Kolursari, daerah paling selatan Kota Bangil.
Keberanian Sakera dalam memperjuangkan rakyat kecil memang patut diacungi jempol. Sayangnya, kisah heroik sang ahli celurit ini jarang diketahui apalagi didokumentasikan. Walaupun demikian, nama Sakera tetap terukir dan menjadi panutan bagi masyarakat Jawa Timur.
Patah hati tampaknya tengah dialami para fans juara ketiga Indonesian Idol musim ke-8 sekaligus vokalis…
Beberapa waktu lalu, viral sebuah video yang memperlihatkan seorang pengemis karena aksinya yang dianggap meresahkan.…
Masyarakat Indonesia sedang berbahagia dan bangga terhadap Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang baru saja menorehkan…
Media sosial kini menjadi tempat berbagi cerita dan mencari hiburan, tak heran banyak orang yang…
Jakarta banjir, sudah menjadi “acara” tahunan yang membuat banyak warga menjadi lebih “santuy” saat menghadapinya.…
Siapa sangka sebuah pijatan yang bisa merelaksasi dan menyembuhkan penyakit pada orang dewasa, bisa berujung…