Sudah biasa jika orang-orang kaya bersifat dermawan dan mempergunakan sebagian hartanya untuk menolong sesama. Tapi kalau orang miskin yang tak banyak harta, malah mati-matian menolong sesamanya, ini yang istimewa. Padahal kita tahu, orang yang sudah kaya pun kadang enggan peduli pada orang lain.
Namun beberapa orang tak berada ini, dianugerahi Tuhan hati yang baik, hingga dalam keadaan susah pun masih bersedia meringankan beban orang lain. Tak hanya itu, meski penghasilan mereka tak cukup untuk makan enak, sebagian masih disisihkan untuk menolong yang membutuhkan. Nah, inilah deretan kaum papah yang peduli pada orang lain dan lingkungan sekitarnya hingga membuat netizen ternganga heran.
Meski memulung tak menghasilkan banyak uang, Sadiyo Cipto Wiyono tetap menabung sebagian uangnya. Uang tabungannya bukan untuk membeli kepentingan pribadi, tapi untuk memboyong bahan guna menambal jalan berlubang. Lelaki yang dipanggil Mbah Sadiyo itu sehari-hari mengangkut rongsokan.
Kakek berusia 77 tahun itu biasa dipanggil Mbah Aboe. Sehari-hari warga Kelurahan Tanjungrejo Kecamatan Sukun kota Malang ini bekerja sebagai tukang becak. Setiap hari lelaki bernama lengkap Ratemat Aboe ini menyisihkan waktu luangnya untuk memberikan pelajaran tambahan (bimbingan belajar) bagi anak-anak gelandangan, pemulung, dan pengemis di Kampung Tanjung Putrayudha. Dan jasa bimbingan belajar ini gratis, tanpa pamrih apapun. Kegiatan memberikan bimbingan belajar ini diberikan Aboe sejak tahun 2012, namun makin ramai didatangi anak-anak di tahun 2014.
Meski lahir dari keluarga yang hidup prihatin, sejak kecil Kiswanti selalu diajarkan cinta membaca oleh sang ayah. Namun karena keterbatasan biaya, wanita kelahiran Bantul itu pun hanya sekolah hingga SD. Meski begitu, ayahnya yang bekerja sebagai tukang becak masih sering meminjamkan buku SMP dan SMA untuknya. Saat sang ibu meninggal, Kiswanti pun meneruskan berjualan jamu untuk membiayai keempat adiknya. Lucunya, Kiswanti berjualan sambil membawa buku-buku untuk dibaca pelanggan atau anak-anak. Suatu saat Kiswanti diminta menjadi pembantu di rumah keluarga orang Filipina. Uangnya pun sering dibelikan buku untuk melengkapi koleksinya.
Namanya Abdul Sukur, kakek yang memiliki delapan cucu yang sehari-hari bekerja mengayuh becak. Menemui kakek 65 tahun ini cukup mudah, biasanya ia berada di pangkalan becak sekitar pusat perbelanjaan Plasa ITC di jalan Gembong Surabaya. Sama seperti Mbah Sadiyo, Mbah Dul juga hobi menambal jalan di sekitar rumahnya tanpa pamrih.
Di dalam situasi hidup yang amat prihatin pun orang-orang di atas masih sanggup menunjukkan kepeduliannya pada sesama. Mereka adalah contoh orang-orang yang memang tidak kaya harta, tapi mereka dianugerahi hati yang luar biasa. Karenanya tak heran jika masyarakat menaruh simpati bahkan tergugah oleh ketulusan mereka.
Kontroversi tambang nikel di kawasan Raja Ampat kini menemui titik terang. Usai jadi perdebatan di…
Konflik Palestina-Israel menemui babak baru. Aktivis lingkungan kondang, Greta Thunberg, memutuskan turun gunung untuk membantu…
Kebiasaan netizen Indonesia, selalu ingin mencoba sesuatu yang viral, termasuk saat menyerbu Dusun Garung untuk…
Hari Raya Kurban atau Idul Adha tahun ini sudah di depan mata. Momen yang sangat…
Presiden RI Prabowo Subianto bikin kaget rakyat Indonesia. Hal ini berhubungan dengan pernyataannya, yaitu bahwa…
Belum apa-apa, Danantara sudah kena gosip miring. Salah satu orang yang diharapkan segera bergabung dengannya…