Nggak ada yang menyenangkan dari sebuah penjajahan. Masa-masa kelam tersebut pasti membawa derita bagi seluruh rakyat. Penguasaan penjajah akan rakyat dalam suatu wilayah negara, cuma menyisakan cerita pedih bagi siapa saja yang mendengarnya.
Namun, tak akan ada terang tanpa kegelapan. Di tengah dera penjajahan, masih ada orang yang berhati mulia. Ia adalah Meester Cornelis Senen. Ia adalah keturunan Portugis yang datang dari Banda pada abad ke-17. Kepeduliannya pada pribumi saat itu sangat menyentuh.
Meskipun bukan keturunan Belanda murni, Meester Cornelis Senen masih mendapat hak istimewa dari VOC. Hak istimewa tersebut berupa sebuah ijin untuk menebang tanah yang berisikan pohon jati. Luas tanah tersebut kira-kira 5 kilometer persegi.
Ia mengerjakan penebangan tersebut dengan para penduduk. Tanah tersebut sedianya akan dijadikan sebuah kawasan perdagangan. Pada tahun 1875 kawasan tersebut berkembang pesat. Akhirnya dibukalah jalur kereta yang menghubungkan antara wilayah Meester Cornelis dan Kota Tua.
Embel-embel ‘meester’ pada nama Cornelis Senen nggak begitu saja disematkan. Ia mendapat gelar tersebut karena tindakannya yang terpuji. Pada tahun 1635 ia mendirikan sekolah untuk para pribumi. Karena kebaikannya tersebut, gelar meester disematkan pada namanya. Gelar meester sendiri berarti tuan guru.
Meester Cornelis Senen juga merangkap sebagai pendeta di wilayahnya. Ia melakukan pembaptisan, mendidik dan menguji calon guru. Meester Cornelis Senen juga rajin menerjemahkan kitab-kitab keagamaan dari Bahasa Belanda ke Melayu.
Sebuah tindakan baik belum tentu mendapat balasan yang setimpal. Karena itu, mendingan kita ikhlas aja deh dalam melakukan apa pun. Seperti Meester Cornelis Senen ini. Dari banyak kepeduliannya pada masyarakat dan agama ia tak kunjung diangkat menjadi pendeta hingga tutup usia.
Banyak sebab yang membuat Meester Cornelis Senen tak diangkat menjadi pendeta. Salah satunya adalah pendidikannya yang dianggap kurang memadai. Ia sendiri belum pernah mengenyam pendidikan teologi barat, karena itu pengangkatannya menjadi pendeta harus diurungkan. Rumor lain menyebutkan banyak pendeta VOC iri akan kecakapannya.
Meester Cornelis yang tak mengenal pamrih dan seorang yang pekerja keras memang patut untuk dikenang. Sosok Meester Sornelis Senen tetap abadi sebagai nama sebuah daerah di Jakarta,” Meester Senen” yang kini adalah Jatinegara.
Perubahan nama tersebut dilakukan pada masa Jepang. Namun, masih banyak masyarakat setempat yang menyebut daerah tersebut sebagai Mester.
Penjajahan memanglah sebuah hal yang menyedihkan dan tak seharusnya dilakukan. Namun, di dalamnya tentu ada sesuatu yang bisa dipetik. Salah satu contohnya adalah sosok Meester Cornelis Senen yang sangat menginspirasi ini.
Jakarta banjir, sudah menjadi “acara” tahunan yang membuat banyak warga menjadi lebih “santuy” saat menghadapinya.…
Siapa sangka sebuah pijatan yang bisa merelaksasi dan menyembuhkan penyakit pada orang dewasa, bisa berujung…
Nama selebgram Chandrika Chika terseret pada kasus penyalahgunaan narkoba yang baru-baru ini terungkap. Tidak sendirian,…
Mendapat tunjangan hari raya (THR) dari perusahaan atau tempat kita bekerja, memang sudah biasa. THR…
Kabar duka datang dari keluarga besar Stand Up Comedy Indonesia. Priya Prayoga Pratama atau lebih…
Kecelakaan maut terjadi di Tol Jakarta-Cikampek, Karawang, Jawa Barat, tepatnya pada Km 58, pada hari…