Olahraga

Lupakan Sejenak Derby Jatim, Inilah 4 Kisah Pahit di Balik Laga Panas Arema Vs Persebaya

Derby Jawa Timur jilid satu beberapa waktu lalu telah berakhir. Di mana kedua kesebelasan masing-masing tidak ada yang menjadi pemenang. Baik Persebaya Surabaya dan Arema FC harus puas bermain imbang-imbang 2-2. Seperti halnya laga big match pada umumnya, pertemuan Bajol Ijo dengan Singo Edan di Final Piala Presiden kali berjalan dengan seru. Selain mempertontonkan laga menghibur dan seru, antusias penonton juga tergolong ugal-ugalan.

Hampir sekitar 50.000 ribu orang memadati Stadion Gelora Bung Tumo. Walaupun manis, namun di balik itu pertandingan Persebaya Vs Arema pada Selasa (9/4/2019) juga menuliskan kisah pahit. Bahkan kata nestapa tidak berlebihan untuk menggambarkannya. Pasalnya, anarkisme dan kematian lagi-lagi terjadi. Seperti apakah itu? Mari simak ulasan berikut untuk mengetahuinya.

Chant rasisme menggema di markas Persebaya Surabaya

Salah satu kisah pahit yang paling terlihat di laga Persebaya kontra Arema FC adalah perilaku rasisme. Yaa, meski tidak 90 menit terjadi, namun perilaku yang sangat dilarang ini beberapa kali menggema di stadion. Bahkan menurut laporan JawaPos, sebelum pertandingan derby tersebut chant bernada rasisme sudah dilantunkan oleh hampir seluruh penonton. Sampai-sampai membuat MC laga tersebut harus turun tangan mengingatkan. Tidak hanya bentuk nyanyian, logo Arema FC di papan skor juga dibalik oleh salah satu oknum pendukung Persebaya Surabaya.

Aksi ‘anarkisme’ muncul setelah usia laga 90 menit

Selain hal tadi, pertandingan akbar Jawa Timur itu juga mengukir sebuah kisah tentang anarkisme. Di mana setelah laga Persebaya Vs Arema usai, banyak pelemparan botol yang dilakukan suporter. Bahkan sampai-sampai membuat punggawa Singo Edan harus mendapatkan perlindungan ekstra ketika masuk ruang ganti. Kejadian anarkis ini, seperti mengulang pertemuan kedua tim di Liga 1 pada 5 Juni 2018, kala itu para punggawa Arema juga mendapatkan perlakuan serupa setelah pertandingan usai. Hal negatif yang bisa memicu bibit-bibit perseteruan diantara kedua belah pendukung.

Satu suporter Bonek harus berpulang setelah pertandingan

Bonek meninggal dunia di Jember [Sumber Gambar]
Masih tentang kisah pilu di balik laga Persebaya Vs Arema di final leg 1 Piala Presiden 2019. Sebelum laga mereka berlangsung, kabarnya ada satu pendukung tim berjuluk Bajul Ijo yang berpulang. Dilansir Boombastis dari Detik.com, korban yang berasal dari wilayah Ambulu, Jember itu, alami kecelakaan dengan terlindas truk trailer sesaat akan berangkat menonton pertandingan Derby Jawa Timur tersebut. Berkaca dari kasus tersebut budaya Bonek yang kerap lakukan estafet memang bisa dilabeli sebuah hal penuh resiko. Apalagi, tragedi ini bukanlah yang pertama.

Penyerangan terhadap pemain-pemain Persebaya

Kritik pedas Miswar [Sumber Gambar]
Dari penelusuran yang dilakukan oleh penulis, ternyata kekecewaan para pendukung kesebelasan identik warna hijau itu tidak hanya berupa pelemparan botol atau membalikkan bendera Arema FC saja. Lebih dari itu, diam-diam mereka yang juga melakukan penyerangan kepada sejumlah pemain yang dinilainya bermain buruk. Tapi penyerangan dimaksud bukanlah tindakan fisik, melainkan meneror dan menghujat lewat kolom komentar sosial media pemain dan akun resmi Persebaya. Apakah hal itu diperbolehkan? Pastinya kalian mempunyai jawabannya sendiri.

BACA JUGA: Mendobrak Rivalitas, Inilah 5 Pesepakbola yang Pernah Berseragam Persebaya dan Arema

Kisah pahit yang ada di laga Persebaya Vs Arema (anarkisme dan rasisme) sebaiknya menjadi sebuah hal yang harus disingkirkan. Selain mencoreng nilai sportivitas, juga bisa menumbuhkan bibit perseteruan antar suporter. Dan bila ada kekecewaan terhadap hasil atau performa pemain, seharusnya bisa disampaikan lebih baik. Toh, pesepakbola tidak ada yang sempurna. Terlepas, dari itu laga kedua tim memang sangat luar biasa.

Share
Published by
Galih

Recent Posts

Skandal Sister Hong, Pura-pura Jadi Wanita Demi Perdayai Kaum Pria dan Harta

Sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat Negeri Tirai Bambu, China, seorang pria yang ditangkap gara-gara menyamar…

1 day ago

Bruce Willis Demensia, Tak Ingat Dirinya Aktor Dunia

Bagi aktor kelas dunia, Bruce Willis, dunia terus berputar dan waktu akan terus berjalan. Umur…

2 days ago

Dijuluki ‘Thomas Alva Edisound,’ Inikah Sang Penemu Sound Horeg?

Di balik fenomena dan polemik Sound Horeg yang menggemakan Indonesia, muncul sosok yang kini ramai…

3 days ago

Tom Lembong Siap Banding, Tak Mau Dianggap Penjarah Negara

Babak baru perjuangan Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong dalam menghadapi putusan majelis hakim dalam…

3 days ago

Fenomena Joki Strava, Jasa Lari bagi yang Ingin Mengais Validasi?

Di media sosialnya setiap minggu selalu pamer mampu lari 5 kilometer, tapi saat di kantor…

1 week ago

Sabarnya Damkar, Laporan Minta Bantuan Hadapi Ular Gaib pun Didengar

Satuan Pemadam Kebakaran (Damkar) bagaikan pelita di dalam kegelapan. Selalu yang terdepan dalam mendengarkan dan…

1 week ago