in

4 Hal di Laga Arema Vs Persebaya Ini Jadi Bukti Perdamaian Suporter adalah ‘Keniscayaan’

Niscaya atau tidak mungkin agaknya bukanlah kata berlebihan untuk melabeli sebuah perdamaian suporter di Indonesia. Apalagi jika hal itu menyangkut rivalitas antar pendukung yang bertahun-tahun menjadi musuh bebuyutan, macam Aremania dengan Bonek, The Jak vs Bobotoh dan lain sebagiannya. Layaknya menambang garam di lautan, perseteruan mereka sepertinya tidak akan ada habisnya. Motif saling balas dendam menjadi penyebab masalah ini terus saja mengalir.

Masih berbicara mengenai perdamaian fans bola tanah air, baru-baru ini di laga Arema Vs Persebaya Sabtu (6/10) kita kembali ditunjukkan betapa impossible-nya hal ini dilakukan. Pasalnya, dalam laga bertajuk Derby Jatim itu banyak sekali perilaku negatif yang mencederai nilai sportivitas. Kendati banyak berujar ini adalah bentuk teror, namun rasisme dan intimidasi tetap merupakan hal yang melanggar nilai sportif. Dan berikut aksi tidak terpuji fans bola di laga Arema Vs Persebaya yang membuktikan perdamaian adalah ‘keniscayaan’.

Banyak suporter yang melantukan lagu-lagu rasis

Aremania [Sumber Gambar]
Seperti menjadi budaya yang mengakar kuat lagu-lagu rasis macam ‘dibunuh saja’ terus saja didengungkan oleh sebagian fans bola tanah air. Begitu juga di laga Arema melawan Persebaya kemarin, ribuan atau bahkan semua suporter di Stadion Kanjuruan menyanyikan chants tersebut. Sebuah perilaku yang amatlah tidak terpuji, dan menggambarkan bagaimana tidak kreativnya fans bola tanah air. Selain itu, lagu tersebut juga memupuk benih-benih perseteruan kepada generasi muda yang banyak datang ke stadion. Kalau sudah begini agaknya perdamaian memang hanya sebuah keniscayaan.

Melakukan intimidasi dengan mendatangi pemain kala pemanasan

Intimidasi suporter [Sumber Gambar]
Dalam sepak bola teror atau intimidasi tentu bukan hal yang asing. Bahkan fans bola di luar negeri sana juga banyak yang melakukannya di pertandingan-pertandingan besar. Meski diperbolehkan, namun bukan berarti bisa menggunakan sebebas-bebasnya tanpa aturan. Seperti apa yang dilakukan Aremania yang dengan sengaja mendatangi pemain Persebaya melakukan pemanasan babak kedua. Mereka melakukan aksi menyawer dan hampir saja terlibat baku hantam dengan punggawa Bajol Ijo. Sebuah kondisi yang sangat bisa mendoktrin siapa saja ke depan untuk melakukan hal yang sama. Kalau menurutmu bagaimana sobat olahragaku.

Salah satu suporter merobek bendera lawan

Bendera dirobek [Sumber Gambar]
Selain beberapa hal tadi, ulah negatif suporter di laga Arema Vs Persebaya juga dilakukan dalam bentuk pelecehan lambang klub lawan. Mereka (baca: oknum Aremania) sepanjang pertandingan membalik logo tim kebanggaan orang Surabaya tersebut. Tidak hanya itu, di akhir pertandingan kala para pemain berjabat tangan ada salah satu suporter Tim Singo Edan masuk ke lapangan dan merobek lambang Persebaya. Berkaca dari hal ini agaknya pantas jika mulai detik ini suporter mulai diedukasi tentang pentingnya rivalitas hanya 90 menit. Jangan sampai sesama orang Indonesia terpecah lantaran urusan bola. Kalau aku sih ya mending pulang istirahat, tenaga kok dihabiskan untuk hal tidak penting. Toh pertandingan juga sudah usai.

Terjadi pengeroyokan dalam stadion

Pengeroyokan suporter [Sumber Gambar]
Lucu agaknya menjadi kata yang pas untuk menggambarkan insiden pengeroyokan Bonek di pertandingan Arema Vs Persebaya. Pasalnya, hanya butuh berapa minggu saja untuk mereka melupakan sebuah ikrar damai yang sudah dibuat. Melihat hal ini mungkin kalian akan dibuat bertanya-tanya kapan hal ini bisa berakhir? Kalau benar itu yang kalian pikirkan, tentu jawabannya jika liga Indonesia dibubarkan. Entahlah apakah itu cara terbaik atau tidak, tapi yang pasti tanpa sebuah saksi atau regulasi yang tepat agaknya perseteruan antar fans bola tanah air akan terus belanjut. Jadi jangan heran kalau ke depan akan muncul lagi Haringga-Haringga selanjutnya.

Beberapa hal negatif di ulasan tadi adalah bukti jika damai adalah kata semu yang tidak ada di kamus mereka. Kendati apa yang dilakukan oleh fans Arema merupakan bentuk balas dendam, tapi apabila tidak sekarang memutus tali perseteruan mau kapan lagi. Apa harus menunggu kasuh Haringga, Haringga selanjutnya.

Written by Galih

Galih R Prasetyo,Lahir di Kediri, Anak pertama dari dua bersaudara. Bergabung dengan Boombastis.com pada tahun 2017,Merupakan salah satu Penulis Konten di sana. Lulusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Malang. Awalnya ingin menjadi pemain Sepak Bola tapi waktu dan ruang justru mengantarkan Ke Profesinya sekarang. Mencintai sepak
bola dan semua isinya. Tukang analisis Receh dari pergolakan masyarakat Indonesia.

Leave a Reply

6 Hal di Opening Ceremony Asian Para Games 2018 yang Bikin Termehek-mehek

4 Fakta Sutopo, Tetap Bertugas Ketika Bencana Tsunami Palu Meski Terkena Kanker