Kekaguman atas pengabdian, sekaligus rasa miris akan perhatian pemerintah terhadap pengabdi negara di pelosok, menyelimuti kepergian petugas medis bernama Patra Marinna Jauhari. Dilansir dari regional.kompas.com, PNS dari Dinas Kesehatan Teluk Wondama ini wafat saat menjalankan tugas di daerah pedalaman Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat.
Bertugas di pedalaman Naikere yang terpencil dan terisolasi, membuat Patra yang saat itu tengah jatuh sakit, tak memiliki pilihan selain bertahan di sana. Helikopter yang mestinya menjemput tak kunjung tiba, hingga sempat terselip di hatinya sebuah rasa kecewa. Patra pun menghembuskan nafas terakhirnya dalam kesendirian, tanpa ditemani oleh rekan, saudara, maupun teman-temannya. Kematian Patra yang terbilang tragis menjadi keprihatinan banyak pihak.
Dengan semangat ingin melayani di bidang kesehatan pada mereka di Papua, Patra Marina Jauhari mendapat tugasnya di Kampung Oya, pedalaman Teluk Wondana sejak Februari 2019. Laman regional.kompas.com menuliskan, wilayah Oya merupakan salah satu kampung di pedalaman distrik Naikere yang masih terpencil dan terisolasi.
Tak sendirian, Patra bersama seorang rekan diantar dengan helikopter ke Kampung Oya. Mereka dijadwalkan bertugas selama tiga bulan dari Februari hingga Mei. Setelah masa pengabdian itu, ia nanti akan dijemput kembali untuk diganti dengan petugas lainnya. Sayang, hingga bulan Mei 2019 berakhir, tak ada helikopter yang datang untuk membawa penggantinya.
Untuk mengusir jenuh, pria asal Palopo, Sulawesi Selatan ini mengisi hari-harinya berinteraksi dengan warga setempat, dari berkunjung ke rumah warga, bermain bersama pemuda setempat, hingga ikut berkebun bersama warga. Hari terus berlalu, namun helikopter yang ditunggu-tunggu oleh dirinya tak kunjung datang. Meski demikian, semangatnya untuk mengabdi tak pupus.
Kepergian Patra karena menderita sakit dan terlambat ditangani, meninggalkan duka bagi masyarakat di Naikere. Tomas Waropen, Kepala Puskesmas Naikere, menganggap pria kelahiran 1988 tersebut sebagai pahlawan kemanusiaan karena telah mendedikasikan hidupnya untuk kebaikan masyarakat tanpa banyak mengeluh dan menuntut. Tokoh pemekaran Teluk Wondama, Hendrik Mambor, juga turut menyampaikan rasa duka mendalam atas kepergian almarhum.
Seperti yang dikutip dari regional.kompas.com lewat akun Facebook miliknya, mantan Kepala Bappeda Wondama ini memberikan penghargaan dan rasa terima kasih yang tinggi atas pengabdian Patra selama hidup. “Mewakili Lembaga Masyarakat Adat Teluk Wondama dan seluruh pejuang pemekaran Kabupaten Teluk Wondama, kami hanya bisa mengucapkan penghargaan atas dedikasimu dan jerih lelahmu bagi masyarakat, khususnya masyarakat di pedalaman Udik Simo, Kampung Oya. Kami tidak mampu membalas jasa baikmu,” tulis Mambor.
BACA JUGA: Kisah Haru Mereka yang Rela Tinggalkan Keluarga demi Pengabdiannya Pada Kemanusiaan
Dedikasi dan jasa-jasa Patra Marinna Jauhari di atas, akan terus diingat sebagai bentuk keikhlasan dari mereka yang mau membantu sesama tanpa pamrih. Namun nasib tragisnya tentu jadi pengingat yang menggetarkan baik bagi rekan sejawat yang juga mengabdi ke pelosok, maupun bagi pemerintah untuk kembali mengevaluasi sarana prasarana agar kejadian serupa tak perlu terulang. Selamat jalan, Patra.
Kontroversi tambang nikel di kawasan Raja Ampat kini menemui titik terang. Usai jadi perdebatan di…
Konflik Palestina-Israel menemui babak baru. Aktivis lingkungan kondang, Greta Thunberg, memutuskan turun gunung untuk membantu…
Kebiasaan netizen Indonesia, selalu ingin mencoba sesuatu yang viral, termasuk saat menyerbu Dusun Garung untuk…
Hari Raya Kurban atau Idul Adha tahun ini sudah di depan mata. Momen yang sangat…
Presiden RI Prabowo Subianto bikin kaget rakyat Indonesia. Hal ini berhubungan dengan pernyataannya, yaitu bahwa…
Belum apa-apa, Danantara sudah kena gosip miring. Salah satu orang yang diharapkan segera bergabung dengannya…