Warganet Indonesia dikejutkan dengan kepergian Mbah Lindu, salah satu ikon kota Yogyakarta, yang dikabarkan meninggal dunia pada hari Minggu (12/7/2020). Semasa hidupnya, pemilik nama lengkap Biyem Setyo Utomo ini dikenal luas sebagai salah satu penjaja gudeg masyhur. Bahkan namanya makin melambung ketika Netflix menayangkan profil dirinya.
Hingga usianya mencapai hampir seabad, Mbah Lindu tetap setia berjualan makanan khas Yogyakarta tersebut. Tak pelak jualannya pun jadi salah satu incaran wajib banyak orang, terutama para turis jika menginjakkan kaki di kota sultan ini. Kini Mbah Lindu sudah berpulang, namun demikian sosoknya pasti akan tetap dikenang. Terutama ketika orang-orang menyebut Gudeg.
Dalam sebuah film dokumenter yang diunggah YouTube LumixIndonesia (19/2/2018) karya Michael Riswandi, Mbah Lindu digambarkan sebagai penjual gudeg legendaris yang telah berjualan sejak zaman penjajahan Belanda. Ia pun dikenal sebagai penjual gudeg tertua di Yogyakarta yang masih eksis berjualan hingga tutup usia pada umur sekitar 100 tahun.
Keberadaan Mbah Lindu yang terkenal dan legendaris di Yogyakarta, membuat dirinya dimasukkan dalam sebuah film dokumentasi oleh Netflix yang berjudul Street Food: Asia pada 2019 lalu. Tayangan tersebut secara tidak langsung juga memperkenalkan sosok Mbah Lindu sekaligus gudeg sebagai kuliner khas Yogyakarta pada dunia.
Sosok Mbah Lindu di mata anak-anaknya merupakan figur pekerja keras. Menurut putra keduanya yang bernama Lahono, sang ibu tak pernah mau melepaskan gudeg yang disajikan tanpa campur tangannya. Semangatnya dalam bekerja keras itulah yang hingga saat ini dikenang oleh anak-anaknya. Bahkan, Pakar Kuliner Indonesia, William Wongso pun mengagumi etos kerja yang dilakukan oleh Mbah Lindu.
Dalam tayangan yang diunggah oleh YouTube lumixindonesia (19/2/2018), Mbah Lindu sempat mengungkapkan rahasia dirinya awet berjualan hingga di usia 97 tahun. Menurutnya, ia berjualan dengan bersikap legowo, menerima semua pemberian Tuhan, tidak neko-neko dalam hidup, dan tidak merasa iri dengan kepemilikan orang lain. Kerja keras yang dilakukan Mbah Lindu semua demi anak-anaknya.
Mbah Lindu yang mengaku telah berjualan gudeg sejak usia 13 tahun, dihormati oleh banyak orang dan pelanggannya lantaran tetap berjualan gudeg dengan cara-cara tradisional. Makanan racikannya tak luntur meski digempur dengan banyaknya aneka jenis kuliner modern yang ada di Yogyakarta. Bahkan, resep dan teknik pengolahan gudeg yang digunakan akan tetap dipertahankan oleh anak-anaknya sebagai penerus usaha gudeg Mbah Lindu.
BACA JUGA: Kisah Mbah Lindu, Penjual Gudeg Tertua di Jogja yang Kisahnya Diabadikan oleh Netflix
Mbah Lindu kini telah tiada. Namun gudeg olahannya akan tetap dikenang oleh ratusan bahkan ribuan pelanggannya yang pernah mencicipinya. Kedispilinan dan etos kerja saat berjualan yang dimiliki oleh Mbah Lindu bahkan dikagumi oleh Pakar Kuliner Indonesia, William Wongso. Selamat jalan Mbah Lindu.
Patah hati tampaknya tengah dialami para fans juara ketiga Indonesian Idol musim ke-8 sekaligus vokalis…
Beberapa waktu lalu, viral sebuah video yang memperlihatkan seorang pengemis karena aksinya yang dianggap meresahkan.…
Masyarakat Indonesia sedang berbahagia dan bangga terhadap Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang baru saja menorehkan…
Media sosial kini menjadi tempat berbagi cerita dan mencari hiburan, tak heran banyak orang yang…
Jakarta banjir, sudah menjadi “acara” tahunan yang membuat banyak warga menjadi lebih “santuy” saat menghadapinya.…
Siapa sangka sebuah pijatan yang bisa merelaksasi dan menyembuhkan penyakit pada orang dewasa, bisa berujung…