Biasanya, setelah menyatakan kemerdekaan, sebuah negara lebih mudah menyejahterakan rakyatnya. Namun hal ini tidak berlaku bagi Republik Sudan Selatan. Setelah merdeka dari Sudan pada tahun 2011, negara yang berada di Afrika Timur ini malah mengalami kemunduran. Konflik terjadi terus menerus tanpa henti sejak tahun 2013 akibat perebutan kekuasaan. Rakyat pun menjadi korban. Seperti pepatah yang terkenal di sana, jika dua gajah berkelahi, maka rumput-rumputlah yang menderita.
Ratusan ribu warga Sudan Selatan mencoba kembali ke Sudan. Sebagian lainnya bertahan di kamp pengungsian di perbatasan negara. Mereka yang mengungsi hidup jauh dari sejahtera. Tidak adanya pekerjaan membuat mereka tidak mampu membeli makanan dan tinggal di rumah yang layak. Akibatnya, mereka menderita berbagai penyakit.
Beberapa pengamat mengatakan Sudan Selatan memiliki potensi sebagai negara maju. Bukan hanya karena hasil pertanian yang melimpah, namun juga dari pariwisata yang mereka kelola. Sudan Selatan memiliki sabana yang cukup luas yang merupakan habitat alami binatang. Para pelancong bisa melakukan safari di sana dengan puas dan bersedia membayar biaya yang cukup tinggi. Jika saja perang saudara tidak terjadi, seluruh rakyat Sudan Selatan bisa menjalani hidup yang jauh lebih baik dari sekarang.
Kekuatan rakyat dunia maya memang sangat luar biasa. Seperti angin yang berhembus di celah-celah sempit,…
Ada yang baru dari masyarakat untuk bangsa Indonesia. Setelah sekian lama cuma bisa menggerutu, kini…
Senin, (29/9/2025) menjadi hari yang memilukan bagi keluarga besar Pondok Pesantren Al Khoziny, Desa Buduran,…
Sedang ramai di media sosial dan media massa tentang aksi nekat Biro Pers, Media, dan…
Sudah sembilan bulan berjalan, program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi mega proyek yang penuh tanda…
Nama Glory Lamria kini menjadi sorotan warganet. Paras cantik diaspora yang tinggal di Amerika Serikat…