Raut kebahagiaan Brett Marie Christian saat akan berdansa [image source]
Semua orang di dunia ini memang ditakdirkan untuk kembali pada sang pencipta. Datangnya ajal juga tak bisa diduga. Namun, berkat kecanggihan teknologi medis, seseorang dokter dapat memprediksi jika keadaan tubuh pasien tidak akan bertahan hidup lebih lama.
Begitu banyak orang terlahir dengan penyakit bawaan. Hal itu membuat mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit daripada kebebasan. Banyak kisah yang bisa jadi cermin bahwa kesehatan adalah anugerah Tuhan yang tak ternilai. Dan lima kisah mengharu biru ini akan menyadarkan kita bahwa kebahagiaan bisa didapat dengan cara yang sederhana.
Brett Marie Christian adalah seorang gadis 15 tahun yang menderita leukemia dan prognosis. Kondisinya sangat buruk saat menyatakan ingin pergi ke pesta dansa bersama temannya. Tidak tega melihat Marie bersedih, teman-teman sekolahnya pun memutuskan untuk ‘membawakan pesta dansa’ pada Marie. Mereka sepakat untuk mempercepat pesta dansa yang biasanya rutin dilakukan di sekolah Palmyra. Menjelang pesta, Marie juga melakukan manicure dan pedicure.
Semua perempuan di dunia ini tentu memiliki impian untuk menjadi pengantin. Berdandan cantik, mengenakan gaun putih, dan mengucap janji dengan orang yang paling dicintai. Adanya prosesi pernikahan tersebut juga harus menunggu waktu yang tepat. Namun, Jayla Cooper tidak punya cukup waktu untuk menunggu. Dokter mengatakan jika waktu yang tersisa bagi gadis berusia 9 tahun tersebut tinggal beberapa minggu.
Nathan Garcia memang terlahir tak sempurna. Ia salah satu anak yang mengidap kanker ganas dan membuat harinya habis di rumah sakit. Meski dinyatakan sulit sembuh, dia tetap rajin menjalani kemoterapi. Dengan tubuh kurang sehat tersebut, Nathan juga masih melakukan hal yang mulia. Sesaat sebelum meninggal, Nathan membagikan semua mainannya pada anak-anak yang ada di rumah sakit.
Seorang bocah kelahiran 4 Oktober 1997 bernama Brenden Foster dikenal sebagai anak berhati malaikat. Pada tahun 2005, dia divonis menderita leukemia akut. Saat itu, Brenden masih berusia 8 tahun. Jika vonis tersebut dijatuhkan pada anak lain, mungkin dia akan menangis dan tak memiliki semangat lagi. Namun Brenden berbeda, ia mengatakan pada ibunya ingin menjadi malaikat yang bisa membantu orang lain.
Elena Desserich mulai menulis surat cinta sejak dia divonis menderita kanker otak. Dia menyembunyikan surat-suratnya di seluruh penjuru rumah, berharap kedua orangtuanya bisa menemukan surat cinta tersebut. Sebelumnya, dokter mengatakan jika Elena diperkirakan hanya memiliki waktu 135 hari. Namun, sepertinya gadis kecil tersebut berjuang keras agar bisa bersama kedua orangtuanya lebih lama, Elena bertahan hingga 225 hari. Namun, dia akhirnya kalah oleh penyakitnya pada tahun 2007.
Lima kisah mengharukan tersebut kiranya bisa menginspirasi dan juga mengingatkan kita bahwa kesehatan adalah yang patut disyukuri. Meski divonis memiliki usia yang pendek, mereka tau cara mendapatkan kebahagiaan hidup sebelum kembali pada sang pencipta.
Kontroversi tambang nikel di kawasan Raja Ampat kini menemui titik terang. Usai jadi perdebatan di…
Konflik Palestina-Israel menemui babak baru. Aktivis lingkungan kondang, Greta Thunberg, memutuskan turun gunung untuk membantu…
Kebiasaan netizen Indonesia, selalu ingin mencoba sesuatu yang viral, termasuk saat menyerbu Dusun Garung untuk…
Hari Raya Kurban atau Idul Adha tahun ini sudah di depan mata. Momen yang sangat…
Presiden RI Prabowo Subianto bikin kaget rakyat Indonesia. Hal ini berhubungan dengan pernyataannya, yaitu bahwa…
Belum apa-apa, Danantara sudah kena gosip miring. Salah satu orang yang diharapkan segera bergabung dengannya…