Fenomena gempa bumi yang sempat menggoyang Banten hingga terasa sampai DKI Jakarta dan sebagian Pulau Jawa beberapa waktu lalu, sempat membuat merasa khawatir. Terlebih, beredar adanya berita soal akumulasi energi Patahan Sunda hampir Kritis yang ternyata adalah bohong belaka alias hoaks. Dilansir dari Sains.kompas.com, Kabar tersebut mengatakan bahwa jarak antar gempa yang semakin pendek dan aktifnya gunung Tangkuban Parahu akhir-akhir ini merupakan indikasi akumulasi energi Sunda Megathrust sudah hampir kritis.
Alhasil, hal tersebut langsung dibantah oleh Daryono selaku Kabid Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan ahli gempa ITB Irwan Meilano yang juga menyanggahnya. “Hoaks itu. Siapa bisa tahu itu kritis,” ujar Daryono yang dikutip dari Sains.kompas.com. Memang, Sunda megathrust sewaktu-waktu bisa menjadi ancaman yang mematikan. Meski demikian, belum ada prediksi pasti mengenai kapan dan datangnya bencana besar tersebut.
Dengan sesar yang memiliki luasan sekitar 5.500 km, Sunda megathrust yang juga disebut sebagai Zona subduksi selat sunda (patahan Sunda), terbentang dari Myanmar di utara, menuju ke barat daya wilayah Sumatra, dan berlanjut ke selatan Jawa dan Bali sebelum berakhir dekat Australia. Karena merupakan zona pertemuan antara Lempeng eurasia yang dihujam oleh Lempeng indo-australia, keberadaannya pun kerap memunculkan gempa.
Fenomena alam yang terjadi seperti gempa, memang menjadi incaran bagi orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan berita bohong (hoaks). Seperti yang sempat terjadi baru-baru ini, beredar kabar bohong atau hoaks yang mengklaim berasal dari grup geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) mengenai akumulasi energi patahan Sunda yang hampir kritis.
Meski tidak bisa diprediksi sebelumnya, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono di kantor BMKG mengatakan, bahwa ancaman Sunda megathrust memang riil dan bisa terjadi kapan saja. “Itu adalah ancaman riil. Ancaman nyata yang bisa terjadi,” ujarnya yang dikutip dari Viva.co.id. Lebih lanjut, ia juga menjelaskan Sunda megathrust menjadi ancaman nyata di sepanjang Pantai Barat Sumatera, yang jaraknya sekitar 200-250 km di laut lepas.
Senada dengan Rahmat Triyono, Kabid Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono menegaskan, bahwa hingga saat ini peristiwa gempa belum dapat diprediksi oleh siapa pun. Baik dari sisi kapan terjadinya, waktu dan kondisi gempa, juga teknologi yang ada, masih belum bisa memprediksi secara akurat.
BACA JUGA: Mengenal Megathrust, Gempa Maha Dahsyat yang Mampu Hapus Indonesia dari Peta Dalam Semalam
Gempa dan fenomena alam lain yang sering terjadi, kerap dibuat menjadi sebuah isu atau kabar bohong (hoaks) yang beredar di tengah-tengah masyarakat. Alhasil, Daryono pun menghimbau masyarakat agar tetap tenang, tetapi waspada dan tidak percaya kepada isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarnya. Maka dari itu, penting bagi masyarakat untuk melakukan persiapan sedari dini, sebelum, saat dan setelah terjadi gempa bumi. Bentuknya bisa dengan menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, jalur evakuasi dan titik berkumpul saat bencana terjadi.
Namanya juga penipu. Akan selalu ada cara untuk membuat korbannya tidak berkutik demi merampas harta…
Sunmori atau Sunday Morning Ride adalah salah satu hobi masyarakat Indonesia. Para pemilik kendaraan roda…
Makan Bergizi Gratis (MBG) nampaknya harus secepatnya melakukan penyempurnaan. Pasalnya, masih banyak ditemui beragam kasus…
Paus Fransiskus tutup usia pada hari Senin 21 April 2025. Berita yang cukup mengagetkan mengingat…
Sudah bukan rahasianya Donald Trump saja, seluruh dunia juga tahu kalau umat manusia sedang terancam…
Kasus pelecehan pasien yang melibatkan dokter saat ini marak menjadi buah bibir masyarakat. Kejadiannya nyaris…