Bagi yang pernah mempelajari sejarah Tiongkok, aksi Demonstrasi Tiananmen mungkin bukan hal yang asing lagi. Ya, demo satu ini bisa dikatakan sebagai aksi terbesar yang pernah terjadi sepanjang sejarah Negeri Panda. Tak hanya terbesar, aksi protes tersebut juga dianggap sebagai salah satu insiden paling berdarah selain kependudukan Jepang.
Bagaimana tidak, dalam demo yang awalnya damai itu, ribuan orang demonstran tewas dengan kondisi mengenaskan. Mereka diduga dibantai oleh pihak militer yang sebelumnya telah ditugaskan pemerintah. Tiongkok sendiri selama ini selalu berusaha untuk mengaburkan peristiwa tersebut, meskipun tiap tahunnya selalu ada aksi-aksi peringatan untuk mengenang tragedi berdarah yang memilukan itu.
Lebih dalam soal peristiwa sadis itu, berikut ini adalah beberapa fakta soal demo Tiananmen yang mungkin belum banyak diketahui orang.
Sebuah tragedi tentu takkan terjadi melainkan tanpa sebab yang melatarbelakanginya, demo Tiananmen pun seperti itu. Awalnya, demo ini dilakukan sebagai aksi protes mahasiswa dan para aktivis atas hebatnya ketidakstabilan ekonomi di sana, serta kasus-kasus korupsi edan para politiknya. Belakangan, aksi ini juga diduga sebagai bentuk dukungan untuk menegakkan demokrasi di negara itu yang selama ini begitu sangat terlarang.
Tak hanya itu saja, penyebab lain munculnya aksi massa ini adalah kematian seorang politisi penting beraliran liberal bernama Hu Yaobang. Pria tersebut diketahui disingkirkan dengan sengaja karena pahamnya dianggap melenceng oleh pemerintah, meskipun menurut banyak orang tidaklah seperti itu. Tak sampai situ saja, munculnya demo besar-besaran itu juga ditengarai karena media pro pemerintah membuat sebuah headline di koran yang intinya memojokkan mahasiswa.
Peristiwa ini dimulai pada tanggal 4 Mei 1989 lewat sebuah parade berkeliling Beijing yang diikuti oleh sekitar 100 ribu mahasiswa dan aktivis. Mereka kemudian berkumpul di lapangan Tiananmen untuk berorasi. Intinya, para mahasiswa dan aktivis ini menginginkan dialog dan reformasi media yang bebas. Namun, permintaan ini tak dipenuhi. Lalu massa pun lanjut dengan aksi mogok makan.
Puncaknya adalah muncul perintah dari negara kepada militer untuk meredam para demonstran. Entah kenapa, amanat tersebut kemudian seolah terdengar seperti perintah pembantaian kepada massa. Pasalnya, ketika itu pihak militer begitu keras. Tak hanya menurunkan tank-tank, mereka katanya juga menembaki secara brutal para pendemo.
Kerumunan massa benar-benar porak-poranda ketika militer bertindak represif. Seperti membakar semut di sebuah pohon, para tentara begitu trengginas menghajar para demonstran dengan peluru-peluru tajam mereka. Tak pelak hal ini membuat banyak orang tewas. Jumlahnya sendiri diperkirakan mencapai 3000 orang!
Dalam tragedi itu, ada saksi mata yang mengatakan jika para tentara begitu gembira ketika menembaki para pendemo. Tanpa merasa bersalah, mereka dengan entengnya menembus dada-dada dan kepala-kepala para demonstran dengan peluru runcing mematikan itu. Aksi ini pun mendapat kutukan dunia.
Lazimnya, sebuah pengorbanan besar seyogyanya mendapatkan hasil yang besar pula. Tapi, yang semacam ini tidak didapati pada peristiwa nahas tersebut. Ribuan orang meninggal ternyata tak membuat segalanya berubah. Begitu demo berdarah ini usai, tetap tak ada yang benar-benar berubah.
Demonstrasi tak pernah terjadi, kebebasan media juga tak pernah tercipta. Benar-benar tak ada bedanya dari sebelum demo berdarah ini terjadi. Makanya, kemudian sejarah mencatat aksi ini sebagai demo paling gagal, walaupun pengorbanannya tak main-main.
Fakta menggelikan dari demo ini adalah sebagian masyarakat Tiongkok sekarang, khususnya yang muda-muda, tak banyak tahu tentang tragedi Tiananmen. Pemerintah sana diketahui memang sengaja menyembunyikan itu rapat-rapat. Termasuk memanipulasi hasil pencarian di internet tentang tragedi ini. Namun, serapat-rapatnya bangkai disembunyikan baunya pasti akan selalu tercium juga.
Ya, kini mulai banyak orang yang mengetahui perihal tragedi Tiananmen. Bahkan di Hongkong ada perayaan khusus tentang itu dan diikuti oleh ribuan orang. Di Tiongkok sendiri peringatan Tiananmen sangat dilarang. Bahkan para ibu yang anaknya tewas dalam peristiwa penuh nestapa itu juga dilarang keluar setiap 4 Mei. Bahkan ada yang sampai disogok dengan uang namun tentu saja ditolak mentah-mentah.
Yang seperti ini sendiri tak hanya terjadi di Tiongkok. Di beberapa negara juga pernah ada dan bahkan jumlah korbannya lebih banyak. Bahkan kalau kita berkaca pada peristiwa 98 dulu, kurang lebih ya seperti ini kronologinya meskipun nyawa yang melayang hanya sedikit. Demo yang anarkis memang buruk, tapi lebih buruk lagi kalau sampai pemerintah menanggapinya dengan menurunkan tentara dan kemudian mengizinkan mereka meletuskan senapan-senapannya.
Beberapa waktu lalu, viral sebuah video yang memperlihatkan seorang pengemis karena aksinya yang dianggap meresahkan.…
Masyarakat Indonesia sedang berbahagia dan bangga terhadap Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang baru saja menorehkan…
Media sosial kini menjadi tempat berbagi cerita dan mencari hiburan, tak heran banyak orang yang…
Jakarta banjir, sudah menjadi “acara” tahunan yang membuat banyak warga menjadi lebih “santuy” saat menghadapinya.…
Siapa sangka sebuah pijatan yang bisa merelaksasi dan menyembuhkan penyakit pada orang dewasa, bisa berujung…
Nama selebgram Chandrika Chika terseret pada kasus penyalahgunaan narkoba yang baru-baru ini terungkap. Tidak sendirian,…