Eksekusi hukuman mati di Indonesia bukanlah sebuah hal baru. Masyarakatnya pun telah awam dan sering kali hukuman jenis ini menjadi topik perbincangan sehari-hari mereka. Hukuman yang telah disahkan semenjak Presiden Soekarno menjabat ini telah memakan sedikitnya 50 terpidana kasus yang berbeda-beda hingga saat ini. Tidak heran juga kalau eksekusi hukuman mati menuai banyak pro dan kontra dari banyak pihak.
Kontra yang dinyatakan oleh sebagian masyarakat Indonesia ternyata bukan hanya soal rasa kemanusiaan, melainkan ada fakta sadis dibalik itu semua yang mungkin bisa membuat netizen geleng-geleng kepala. Dilansir dari Kejaksaan Agung, biaya untuk sekali eksekusi satu terpidana mati ternyata tidak sedikit. Baiknya, kita simak dulu lah ke mana kira-kira nominal ini lari untuk satu terpidana mati.
Tertulis pada rincian dana untuk eksekusi satu terpidana mati bahwa poin pertama merupakan rapat koordinasi. Rapat tersebut dihadiri oleh Kapolda dan Kejaksaan setempat. Berkisar tiga kali rapat koordinasi, biaya yang dikeluarkan sebanyak Rp. 1.000.000 tiap kali rapat.
Bisa dibayangkan hanya untuk rapat dan memutuskan bagaimana kelanjutan eksekusi mati sudah terbuang nominal sebanyak itu. Belum lagi jika tiga kali rapat belum menghasilkan sebuah kesepakatan alias harus menambah jumlah rapat koordinasi. Bisa-bisa anggaran pun ikut membengkak sebelum eksekusi mati dilaksanakan.
Esekutor terpidana mati yang merupakan Jaksa serta beberapa orang dari regu pendukung dan penembak juga diberi fasilitas yang masuk dalam rincian anggaran untuk satu kali eksekusi terpidana mati. Mereka diberi fasilitas seperti konsumsi, transportasi, penginapan, dan fee untuk masing-masing orang. Regu tembak biasanya terdiri dari 10 hingga 12 orang, dengan fee Rp. 1.000.000/orang.
Tidak hanya fee yang telah dirincikan oleh Kejaksaan Agung, namun biaya seperti yang sudah disebutkan di atas juga tertulis jelas rinciannya. Konsumsi seharga Rp. 27.000 untuk tim eksekutor yang berjumlah 40 orang selama 4 hari. Biaya penginapan dengan total Rp. 60.000.000 selama tiga hari. Serta transportasi yang dihitung-hitung bisa mencapai Rp. 40.000.000. Melihat angka sebanyak itu sudah puyeng ya! Netizen silahkan hitung sendiri deh totalnya berapa untuk fasilitas eksekutor ini.
Saking banyaknya pihak yang tergabung dalam pemakaman satu terpidana mati, nominal yang dikeluarkan juga berbanding lurus. Tidak menutup kemungkinan mereka akan diberi nafkah per kepala sesuai dengan perjanjian. Dihitung per kepala dan dinafkahi sebanyak Rp. 1.000.000. Total Rp. 10.000.000 hanya untuk memakamkan satu terpidana mati.
Berbeda dengan pemakaman orang biasa yang dibantu oleh sanak saudara sehingga tidak butuh ongkos sepeser pun untuk membantu proses pemakaman. Seandainya terpidana mati yang telah dieksekusi itu langsung diserahkan kepada keluarga yang bersangkutan, kira-kira apa anggaran akan terkurangi juga, ya?
Mendengar kata eksekusi mati yang terpikir hanyalah para algojo dan polisi, serta tentara. Namun, tidak banyak yang tahu jika terpidana mati didampingi oleh beberapa profesi seperti penerjemah, rohaniawan, dan petugas kesehatan yang mana mereka berada di sisi terpidana mati sebelum dan sesudah dieksekusi. Orang-orang ini pun tentu saja juga dibayar.
Anggaran untuk ketiga profesi tersebut setara dengan nominal yang dikeluarkan untuk orang-orang dari regu penembak. Bedanya, satu regu penembak berisi 10 orang, sedangkan penerjemah dan rohaniawan hanya terdiri dari masing-masing satu orang. Beda halnya dengan petugas kesehatan yang menelan nominal Rp. 10.000.000 untuk mengevakuasi satu terpidana mati tersebut.
Kira-kira sebanyak ini anggaran negara yang keluar hanya untuk sekali eksekusi satu terpidana mati. Ini pun belum termasuk printilan-printilan lain yang kalau dijumlah keseluruhannya bisa mencapai sekitar Rp. 200.000.000. Sekarang coba bayangkan, jika ada lima orang saja yang dieksekusi, maka setidaknya negara harus mengeluarkan semilyar. Luar biasa, bukan?
Patah hati tampaknya tengah dialami para fans juara ketiga Indonesian Idol musim ke-8 sekaligus vokalis…
Beberapa waktu lalu, viral sebuah video yang memperlihatkan seorang pengemis karena aksinya yang dianggap meresahkan.…
Masyarakat Indonesia sedang berbahagia dan bangga terhadap Tim Nasional (Timnas) Indonesia yang baru saja menorehkan…
Media sosial kini menjadi tempat berbagi cerita dan mencari hiburan, tak heran banyak orang yang…
Jakarta banjir, sudah menjadi “acara” tahunan yang membuat banyak warga menjadi lebih “santuy” saat menghadapinya.…
Siapa sangka sebuah pijatan yang bisa merelaksasi dan menyembuhkan penyakit pada orang dewasa, bisa berujung…