Categories: Trending

5 Fakta Kehidupan Anak-Anak di Zaman Kerajaan yang Mungkin Tak Pernah Kamu Ketahui

Bahasan tentang sejarah seringnya adalah tentang kehidupan raja-raja atau perang. Hampir jarang atau mungkin tak ada ulasan yang membahas secara spesifik tentang kehidupan anak-anak di masa lalu. Kira-kira apa sih yang mereka lakukan ketika itu? Apakah mereka juga bermain? Atau kah mereka justru merasakan kehidupan yang tak menyenangkan? Hal-hal seperti ini tentunya mengundang rasa penasaran.

Namanya juga anak-anak, sampai kapan pun kehidupan mereka juga akan selalu sama di setiap zaman. Menikmati masa bermain dan berteman dengan yang lainnya. Tapi, tentu ada satu dua perbedaan tentang kehidupan anak-anak di masing-masing zaman. Kira-kira seperti apa, ya?

Nah, berikut ini adalah fakta-fakta kehidupan anak-anak di masa kerajaan dulu. Membaca ini mungkin akan membuat pengetahuanmu tentang masa lalu makin kompleks lagi. Simak ulasannya berikut.

1. Soal Nama, Bapak Selalu Menyematkan Nama Anak

Kalau di masa sekarang, nama ayah ya independen alias berdiri sendiri. Misalnya namanya Joko ya dipanggilnya Pak Joko. Jika sekarang seperti itu, dulu ternyata tidak demikian. Nama ayah selalu gabung jadi satu dengan anak. Misalnya Rama Bapaknya Si Susilo, Budi Bapaknya Si Ni Ayu dan semacamnya. Selalu seperti ini.

Prasasti Mantyasih [Image Source]
Hal penyematan nama ayah dan anak yang digabung ini tertulis dalam beberapa prasasti. Misalnya Jurungan, Mantyasih III, Taji Panggumulan, dan masih banyak lain. Terlihat unik ya nama ayah yang seperti ini, dan ini juga jadi bukti kalau keberadaan anak bagi keluarga di masa kerajaan dulu itu sangat penting.

2. Anak-Anak Dulu Paling Suka Melihat Akrobat

Kalau di masa sekarang ini hiburan anak-anak itu sangat luas. Mulai dari game sampai pertunjukkan, entah sirkus atau pun yang ada di Seaworld itu. Anak-anak zaman dulu ternyata juga sama, mereka juga menikmati hiburan-hiburan menyenangkan meskipun tak sekompleks zaman sekarang tentu saja.

Relief pasar di Candi Borobudur [Image Source]
Terpahat dalam relief Candi Borobudur, ternyata anak-anak di masa lalu gemar menonton akrobat di pasar-pasar. Ya, zaman dulu pasar adalah tempat satu-satunya orang-orang melakukan interaksi sosial yang massal. Tak hanya jual beli saja, di sini juga terdapat banyak hiburan. Salah satunya ya akrobat itu tadi yang bikin anak-anak bungah alias senang.

3. Pakaian Anak-Anak Tergantung Dari Derajat Orangtuanya

Soal pakaian, seperti yang kamu bayangkan kalau anak-anak dulu tidak punya banyak pilihan baju. Mungkin hanya memiliki satu atau dua potong ditambah kain. Nah, hal unik lain dari pakaian anak-anak ini biasanya juga tergantung dari derajat orangtuanya. Maksudnya soal kekayaan.

Ilustrasi pakaian anak zaman dulu [Image Source]
Makin kaya biasanya pakaian anak pun bakal semakin bagus. Setidaknya, mereka takkan telanjang dan pakai pakaian lengkap. Berbeda dengan anak-anak dari keluarga miskin, mereka biasanya pakai baju minimalis bahkan telanjang. Biasanya anak-anak dari keluarga miskin ini juga mengenakan semacam kalung penanda di lehernya.

4. Kematian Anak-Anak dan Perlindungan Dewi Hariti

Zaman dulu tepatnya sebelum masa Islam mulai masuk, orang-orang sangat percaya akan dewa dan dewi. Masing-masing hal biasanya selalu ada Tuhannya sendiri. Termasuk khusus untuk anak yang bernama Dewi Hariti. Dewi satu ini dikatakan sebagai pelindung serta pengusir kejahatan bagi anak-anak.

Anak-Anak dan Dewi Hariti [Image Source]
Karena dikatakan sebagai pelindung anak-anak, Dewi Hariti ini juga dianggap sebagai pengasuh anak-anak ketika mereka meninggal. Salah satu buktinya adalah pahatan di beberapa candi yang menggambarkan Dewi Hariti tengah bermain dengan anak-anak.

5. Anak-Anak Zaman Kerajaan Juga Pergi ke Sekolah

Pendidikan yang benar-benar terstruktur ada di Indonesia setelah Belanda datang. Sebelumnya, tentu saja tak pernah ada yang seperti itu. Meskipun demikian, tapi bukan berarti anak-anak zaman dulu tak pernah sekolah. Mereka ternyata mengenyam pendidikan, meskipun tentu sangat sederhana.

Ilustrasi kitab Jawa kuno [Image Source]
Soal pendidikan anak-anak, hal ini dituliskan dalam dua naskah kuno zaman Majapahit, bernama Nitisastra dan juga Sarasamuccaya. Di dua naskah ini dijelaskan jika anak-anak ternyata belajar membaca dan menulis Sansekerta. Mereka kadang ditemani orangtua dan khusus untuk belajar ini anak-anak mendapatkan pakaian-pakaian yang pantas.

BACA JUGA: 7 Geng Penjara Paling Berbahaya Yang Ditakuti Oleh Polisi Di Dunia

Kira-kira seperti inilah kehidupan anak-anak di masa kerajaan dulu. Ternyata tak seburuk seperti yang kita pikir, ya. Mereka juga bermain dan bersenang-senang, bahkan juga mendapatkan pendidikan yang sangat layak, setidaknya untuk saat itu.

Share
Published by
Rizal

Recent Posts

Keluarga Pasien Paksa Dokter Buka Masker, Begini Klarifikasinya

Beberapa hari lalu sempat viral sebuah kasus keluarga pasien yang memaksa seorang dokter untuk membuka…

2 months ago

Polemik Tunjangan Rumah Anggota DPR, Gaji Bulanan Capai 100 Juta

Sudah makan hari ini? Hari-hari memang terasa bikin sakit hati. Yang jualan dagangan sepi, yang…

2 months ago

Gaduh Ritual Umi Cinta yang Janjikan Masuk Surga, Ini Pengakuan Pemiliknya

Dengan duit sejuta bisa masuk surga? Wah, siapa yang nggak mau? Lebih baik bayar demi…

2 months ago

Polemik ‘Merah Putih: One for All,’ Film Tema Nasionalisme yang Panen Hujatan

Biasanya, film bertema nasionalisme yang diputar di bioskop-bioskop Tanah Air akan mendapatkan respon positif hingga…

2 months ago

Pro Kontra Pernyataan Menkeu Sri Mulyani tentang Gaji Guru

Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani sedang naik daun. Jadi perbincangan banyak orang gara-gara pernyataannya…

2 months ago

Kronologi Demo Pati, Tantangan Bupati Pada Rakyat Berujung Tuntutan Mundur dari Jabatan

Pati bergolak! Kebijakan kenaikan tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) sampai 250%…

2 months ago