shunga
Untuk hal-hal yang aneh, unik, dan menjijikkan, Jepang adalah jagonya. Banyak hal yang tak bisa diterima di negara lain namun dianggap biasa di masyarakat Jepang. Sebut saja festival yang mempertontonkan alat vital pria dalam berbagai jenis. Lalu ada love hotel yang merupakan hotel khusus untuk berbuat aneh-aneh.
Selain dua hal di atas, Jepang juga memiliki kebudayaan gambar-gambar panas yang saat ini marak menyebar. Sebelum gambar bernama hentai menyebar, di masa lalu Jepang sudah ada apa yang namanya Shunga. Buku yang berisi ilustrasi esek-esek ini disebut sebagai majalah panas pertama Jepang yang sangat melegenda. Berikut penjelasan selengkapnya.
Shunga pertama kali muncul di zaman Edo sekitar abad ke-17 hingga ke-19. Di masa itu, tidak memakai pakaian di pemandian campur adalah hal yang biasa. Pria dan wanita bisa memandang satu sama lain tanpa dilarang. Itulah mengapa hal-hal berbau dengan erotisme semakin menyebar dan salah satu bentuk produknya adalah shunga.
Shunga sebenarnya sudah ada beberapa puluh tahun sebelum zaman Edo datang. Lukisan yang ada pada kertas pun terinspirasi dari pelukis yang berasal dari dataran Tiongkok jauh. Bahkan ada yang menyebut jika lukisan yang ada pada Shunga terinspirasi dari buku manual pengobatan Tiongkok yang mempertontonkan lukisan polos manusia beserta anatominya.
Shunga yang beredar di masyarakat Jepang merupakan seni lukisan dengan gaya ukiyo-e. Biasanya gambar akan dicetak dengan papan kayu secara manual satu per satu. Gambar yang ditampilkan pun berisi seputaran adegan ranjang dari para pribumi atau pun wanita penghibur. Biasanya Shunga yang beredar di masyarakat memiliki tiga jenis isi sesuai dengan permintaan.
Shunga memiliki fungsi yang berbeda-beda di zaman itu. Bagi para pria dewasa, shunga adalah hiburan yang bisa mengusir penat setelah bekerja seharian. Selanjutnya bagi para pria muda, Shunga adalah alat untuk belajar hal-hal berbau hubungan ranjang. Para gadis bangsawan pun juga menggunakan shunga untuk tahu anatomi dan cara berhubungan badan yang benar.
Memasuki abad ke-20, kepopuleran dari Shunga mulai habis karena kalah dengan potret yang lebih realistis. Teknologi membuat mereka tak bisa bertahan di tengah masyarakat. Meski punah dan tak diproduksi lagi, shunga akhirnya bertransformasi menjadi manga yang saat ini banyak kita nikmati bersama-sama. Gambar-gambar dalam kertas akhirnya memiliki cerita yang lebih baik hingga akhirnya dibuat menjadi anime.
Inilah fakta panas tentang Shunga yang merupakan majalah esek-esek pertama Jepang. Meski akhirnya punah, Shunga justru bertransformasi menjadi manga dan anime yang kerap kita lihat setiap hari. Indonesia ada enggak ya majalah seperti ini di zaman kerajaan, Majapahit mungkin?
Di tengah gejolak politik terus menerus yang dipicu oleh presidennya, Amerika Serikat memberi kejutan baru…
Baru di Indonesia, ketika teror mengguncang sebuah institusi pendidikan. Di tengah-tengah pelaksanaan salat Jumat (7/11/2025)…
Ada yang terbang sampai lupa pulang. Seperti itulah harga emas akhir-akhir ini. Terus melambung tinggi…
Kabar gembira untuk warga Arab Saudi, atau mungkin Warga Negara Indonesia yang bermukim di sana.…
Sedang ramai di media sosial tentang di-blacklist-nya Indonesia dalam daftar kandidat tuan rumah Olimpiade oleh…
Tiada hari tanpa netizen mencari keadilan untuk orang-orang yang teraniaya. Kali ini kejadian yang tidak…