permberontakan pelaut Indonesia
Rakyat Indonesia tidak pernah berhenti berjuang saat Belanda mulai menguasai negeri ini secara utuh di 25 tahun terakhir. Gerakan demi gerakan terus dilakukan untuk membuat negeri ini bebas dari kolonialisme Belanda yang sangat kejam. Gerakan di darat sudah dimulai sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Sementara itu gerakan di lautan baru dimulai sekitar tahun 1933 oleh para pelaut Indonesia.
Inilah sekelumit fakta singkat pemberontakan anti kolonialisme pertama pelaut Indonesia. Gerakan ini akhirnya menjadi penyulut pergerakan pemuda di Indonesia untuk terus berjuang dan tak gampang menyerah sesulit apa pun keadaannya.
Pada tahun 1933, pemerintah Belanda mulai mengalami kesulitan anggaran belanja. Akibatnya anggaran selalu defisit hingga mereka mau tidak mau memotong gaji para pelautnya sebesar 17%. Pengumuman pemotongan gaji ini dilakukan pada 1 Januari 1933 saat De Jonge menjadi gubernur Jendral Belanda.
Berita pemogokan yang terjadi di Surabaya awalnya selalu ditutupi. Namun akhirnya berita pemogokan itu sampai ke ABK Seven Provincien (Tujuh Provinsi) yang sedang berlabuh di Aceh. Kejadian ini sontak membuat seorang bernama Maud Boshart yang merupakan korporal Belanda tertantang untuk melakukan pemberontakan juga.
Berita mogoknya ABK kapal di Surabaya akhirnya membuat ABK di kapal Tujuh Provinsi bersatu untuk melakukan mogok. Mereka kompak untuk tidak mau melakukan kerja yang diperintah oleh atasan. Mogok kerja ini dilakukan oleh ABK pribumi dan juga ABK yang berasal dari warga Belanda.
Saat kapal mulai dikuasai oleh pelaut Indonesia dan Belanda, dua perwira Belanda bernama Vels dan Bolhouwer lari dengan menjebol kaca. Mereka tercebur ke lautan dan akhirnya berenang hingga sampai ke tepian. Akhirnya kapal ini benar-benar resmi jadi milik ABK yang mulai melakukan pemberontakan kepada Belanda.
Kejadian yang dialami oleh kapal Tujuh Provinsi menjadi sebuah tamparan keras bagi Belanda. Akhirnya mereka mengirim kapal untuk menyerang. Mereka mengirimkan kapal perang Java yang dan dikawal dua kapal dengan torpedo. Pemberontakan ini harus segera dihancurkan agar tidak meresahkan dan memicu konflik lainnya.
Akibat pemberontakan ini koran lokal di Surabaya diberedel oleh Belanda. Mereka tidak ingin berita pemberontakan ini sampai tersebar luas. Selain itu Belanda juga mengkambinghitamkan partai lokal PNI sebagai dalang aksi ini. Mereka dituduh melakukan penghasutan agar banyak ABK melakukan pemberontakan.
Demikianlah sekelumit fakta tentang perjuangan melawan kolonialisme yang dilakukan oleh para pelaut Indonesia. Dari fakta ini kita akan tahu jika perjuangan untuk mendapatkan kebebasan sangatlah sulit. Bahkan nyawa bisa jadi taruhannya. Itulah mengapa saat ini kita harus mampu menjaga negeri yang kemerdekaanya di dapat dengan susah payah.
Kekuatan rakyat dunia maya memang sangat luar biasa. Seperti angin yang berhembus di celah-celah sempit,…
Ada yang baru dari masyarakat untuk bangsa Indonesia. Setelah sekian lama cuma bisa menggerutu, kini…
Senin, (29/9/2025) menjadi hari yang memilukan bagi keluarga besar Pondok Pesantren Al Khoziny, Desa Buduran,…
Sedang ramai di media sosial dan media massa tentang aksi nekat Biro Pers, Media, dan…
Sudah sembilan bulan berjalan, program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi mega proyek yang penuh tanda…
Nama Glory Lamria kini menjadi sorotan warganet. Paras cantik diaspora yang tinggal di Amerika Serikat…