Situasi dunia yang masih berjuang melawan wabah virus corona (Covid-19), rupa-rupanya mengalihkan perhatian banyak negara soal Laut Cina Selatan (LCS) yang menjadi sengketa banyak negara. Seperti yang dilakukan oleh Cina baru-baru ini, negeri Tirai Bambu itu kembali menunjukkan Aktivitasnya di sana.
Salah satu hal yang dilakukan adalah dengan melakukan pengerukan sumber daya alam secara ilegal. Hal ini pun kembali membuka perhatian dunia soal sengketa Laut Cina Selatan yang sempat mengemuka beberapa waktu. Bahkan, Malaysia pun dikabarkan ikut terseret dalam upayanya melawan dominasi Cina di sana.
Beberapa waktu lalu, Malaysia terlibat sebuah ‘insiden’ di Laut Cina Selatan lantaran kapal eksplorasi yang disewa oleh perusahaan migas Petronas sempat ‘beradu’ dengan kapal survei Cina, Haiyang Dizhi 8. Keduanya sama-sama beroperasi di wilayah yang sejatinya masuk sebagai zona ekonomi eksklusif Malaysia. Hal tersebut kemudian dipandang oleh Amerika Serikat sebagai bentuk ‘intimidasi’.
Sengketa Laut Cina Selatan tak hanya dialami oleh Malaysia saja. Vietnam pun merasa punya hak dan mulai mengambil sikap terhadap dominasi Cina di wilayah tersebut. Pemerintah Vietnam pun mendorong nelayan di negaranya untuk tetap melaut di sekitar kepulauan Paracel yang kaya akan biota laut seperti ikan, meski sebelumnya telah dilarang oleh Cina.
Manuver Cina di kawasan Laut Cina Selatan baru-baru ini berhasil ditangkap oleh Satelit Sentinel Hub milik badan antariksa Eropa (ESA). Dilansir dari Forbes (17/05/2020), ada sekitar 40 kapal keruk milik Cina yang beroperasi di sana dikejar-kejar oleh aparat penegak hukum Taiwan. Hal tersebut terjadi di suatu wilayah yang berada di ujung utara Laut Cina.
Angkatan Laut Amerika Serikat rupa-rupanya ikut menaruh perhatian terhadap Laut Cina Selatan. Terlebih setelah adanya sengketa antara Malaysia dan Tiongkok di sana, AL AS langsung merespon dengan mengirimkan dua kapal perangnya, yakni kapal kargo kering kelas Lewis USS Montgomery (LCS 8) dan kapal Clark USNS Cesar Chavez (T-AKE 14), dengan melakukan patroli di wilayah sengketa.
BACA JUGA: Menilik Sangarnya Pangkalan Militer China yang Berpotensi Ancam Wilayah NKRI Lewat Natuna
Wilayah perairan di Laut Cina Selatan memang dikenal memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah seperti ikan dan kandungan gas. Selain itu, posisinya yang strategis sebagai jalur perdagangan, memiliki nilai miliaran dolar dari transportasi maritim global. Tak heran jika negara-negara besar seperti Cina dan Amerika Serikat terlihat berlomba-lomba menunjukkan kekuatannya di sana. Indonesia pun sebaiknya juga mulai ikut mempertahankan haknya di sana.
Kontroversi tambang nikel di kawasan Raja Ampat kini menemui titik terang. Usai jadi perdebatan di…
Konflik Palestina-Israel menemui babak baru. Aktivis lingkungan kondang, Greta Thunberg, memutuskan turun gunung untuk membantu…
Kebiasaan netizen Indonesia, selalu ingin mencoba sesuatu yang viral, termasuk saat menyerbu Dusun Garung untuk…
Hari Raya Kurban atau Idul Adha tahun ini sudah di depan mata. Momen yang sangat…
Presiden RI Prabowo Subianto bikin kaget rakyat Indonesia. Hal ini berhubungan dengan pernyataannya, yaitu bahwa…
Belum apa-apa, Danantara sudah kena gosip miring. Salah satu orang yang diharapkan segera bergabung dengannya…