Beragam tragedi kecelakaan transportasi publik yang ada di Indonesia, selalu menyisakan sepenggal kisah heroik di dalamnya. Publik negeri pernah dikejutkan dengan perstiwa tenggelamnya KM Tampomas II di Selat Masalembo. Kapten Abdul Rivai yang bertindak sebagai Nahkoda, berusaha mempertahankan posisi kapal agar tidak tenggelam dengan cepat.
Ia sebenarnya tahu bahwa nyawa Tampomas II telah mendekati ajal. Namun dirinya tetap berusaha tenang dan sebisa mungkin tak menunjukan sikap panik berlebihan. Tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin, membuat dirinya mengabaikan keselamatan pribadi dan memilih nyawa penumpang agar tetap selamat dari persitiwa nahas itu. Kisah heroiknya pada kejadian nahas tersebut, sangat menggugah hati untuk diceritakan kembali.
Kaptain Abdul Rivai merupakan alumnus Akademi Ilmu Pelayaran (AIP). Di mana ia berhasil menyelesaikan pendidikannya dan berhak atas ijazah Mulaim Pelayaran Besar III pada 1959. Disusul kemudian Mualim Pelayaran Besar II pada 1966 dan Mualim Pelayaran Besar I tahun 1971.
Sebelum menjadi pelaut kapal komersial, Kapten Abdul Rivai merupakan anggota militer yang ikut berjuang pada operasi Trikora. Saat itu, ia berpangkat sebagai Letnan yang bertugas di atas geladak KM Sangihe.
Sebagai seorang perwira laut, tugas Kapten Abdul Rivai sangatlah berat. Ia harus memastikan keselamatan diri penumpang sekaligus anak buahnya. Hal ini tergambar jelas di saat-saat terakhir hidupnya. Tampomas II yang ia awaki, mendadak terbakar yang mengakibatkan ledakan hebat. Air laut pun mulai merembet masuk ke ruang mesin (kamar propeler dan ruang generator ). Kejadian itu membuat kapal oleng dan miring pada 45°. Perlahan, badan Tampomas II mulai tenggelam. 30 jam sejak percikan api pertama menjalar.
Karena tak lagi dikenali, jasad Kapten Abdul Rivai sempat dikuburkan secara massal. Bersamaan dengan korban Tampomas II yang lain di Sulawesi. Beruntung, secercah informasi yang diberikan oleh Nahkoda MV Sonne yang berbendera Jerman Barat mengungkap keberadaannya. Kapal tersebut merupakan salah satu yang menjadi penyelamat penumpang Tampomas II saat tenggelam.
Tenggelamnya KM Tampomas II dengan ratusan korban jiwa melayang, sangat menampar muka pemerintah Indonesia. Begitu peliknya kasus tersebut, hingga tak ada satupun pejabat yang berani mengakui keterlibatannya. Padahal, Kejaksaan Agung telah menugaskan Bob Rusli Efendi Nasution sebagai Kepala Tim Perkara untuk mencari mereka yang terkait. Namun sayang, ia tidak melakukan tuntutan apapun kepada pejabat berwenang pada saat itu.
Meski telah berlalu, kisah heroik Kapten Abdul Rivai masih tersimpan dengan baik. Terutama bagi mereka yang menekuni dunia kemaritiman. Sosoknya yang tabah dan setia hingga akhir, menjadi sebuah cerminan utuh. Tentang bagaimana bersikap layaknya ksatria dan rela berkorban bagi orang lain.
Delapan bulan lamanya keluarga Alvaro Kiano Nugroho (6) mencari anak sekaligus cucu tanpa kepastian jelas.…
Sedang ramai di Indonesia mengenai kasus korupsi yang menyeret nama Ira Puspadewi. Ia adalah mantan…
Di tengah gejolak politik terus menerus yang dipicu oleh presidennya, Amerika Serikat memberi kejutan baru…
Baru di Indonesia, ketika teror mengguncang sebuah institusi pendidikan. Di tengah-tengah pelaksanaan salat Jumat (7/11/2025)…
Ada yang terbang sampai lupa pulang. Seperti itulah harga emas akhir-akhir ini. Terus melambung tinggi…
Kabar gembira untuk warga Arab Saudi, atau mungkin Warga Negara Indonesia yang bermukim di sana.…