Keberadaan buaya berkalung ban yang berada di Sungai Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) sempat menghebohkan masyarakat di sekitarnya. Segala macam cara telah dikerahkan oleh pemerintah setempat untuk menangkap hewan buas tersebut. Termasuk mengadakan sayembara berhadiah. Sayang, upaya tersebut menemui kegagalan.
Penangkapan itu sendiri semata-mata dilakukan demi menyelamatkan buaya dari ban yang menjerat lehernya. Harapan tersebut sempat terbit saat ahli buaya dari Australia, Matthew Nicolas Wright bersama rekannya, ikut membantu penangkapan. Sekali lagi, upaya tersebut menemui kegagalan.
Keberadaan buaya berkalung ban tersebut pertama kali terdeteksi pada 2016 silam. Sosok reptil karnivora itu beberapa kali terlihat oleh masyarakat muncul di Sungai Palu dan Teluk Palu. Tak tinggal diam, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat pun mulai merancang penangkapan terhadap buaya tersebut.
Sayang, upaya yang dilakukan kerap menemui kegagalan bahkan hingga menginjak tahun 2020. Itu artinya, empat tahun sudah buaya tersebut menjalani kehidupannya dengan ban di leher. Tak menyerah, kali ini BKSDA menggelar sayembara kepada siapa yang bisa menangkap dan melepaskan ban.
Penyelenggaraan sayembara oleh BKSDA itu bukannya tanpa alasan. Selain tingkat kesulitan menangkap buaya yang tidak mudah dilakukan, lembaga tersebut juga beralasan tak memiliki personel yang cukup untuk menangkap sekaligus melepaskan ban pada buaya. Sayang, sayembara tersebut nyatanya minim respon dari masyarakat dan sepi peminat.
Pihak Provinsi Sulawesi Tengah pun akhirnya menghentikan program tersebut. Meski demikian, upaya penangkapan masih akan tetap dilakukan. “Iya sayembaranya kita tutup. Saya sudah berkonsultasi dengan Pak Direktur. Pokoknya BKSDA tidak akan menyerah. Tim yang dibentuk peralatan telah disiapkan,” ucapnya Kepala BKSDA Sulteng, Hasmuni Hasmar yang dikutip dari CNNIndonesia.com (02/02/2020).
Upaya lain yang dilakukan untuk menangkap buaya berkalung ban tersebut juga melibatkan Ahli buaya sekaligus presenter National Geographic Wild, Matthew Nicolas Wright dan rekannya Chris Wilson, asal Australia. Sayang, upaya kerasnya selama delapan hari tak membuahkan hasil menaklukkan sang buaya berkalung ban.
Tak hanya sosok Wright, upaya penangkapan juga dilakukan oleh Muhammad Panji alias Panji Petualang yang memang dikenal sebagai ahli reptil terkenal di Indonesia. Senada dengan dua ahli asal Australia, pria pemilik seekor ular King Cobra bernama Garaga itu juga menemui kegagalan.
BACA JUGA: 5 Cara Ampuh Selamat dari Serangan Buaya, Binatang Berdarah Dingin Pembunuh di Air Keruh
Meski kerap menemui kegagalan, upaya penangkapan buaya berkalung ban itu tetap dilanjutkan. Sementara itu, Matt Wright sendiri memutuskan berhenti sementara dan kembali pulang ke Australia. Bukan apa-apa, penangkapan itu sendiri dilakukan demi menyelamatkan nyawa buaya agar tak tercekik seiring dengan bertambahnya ukuran badan.
Delapan bulan lamanya keluarga Alvaro Kiano Nugroho (6) mencari anak sekaligus cucu tanpa kepastian jelas.…
Sedang ramai di Indonesia mengenai kasus korupsi yang menyeret nama Ira Puspadewi. Ia adalah mantan…
Di tengah gejolak politik terus menerus yang dipicu oleh presidennya, Amerika Serikat memberi kejutan baru…
Baru di Indonesia, ketika teror mengguncang sebuah institusi pendidikan. Di tengah-tengah pelaksanaan salat Jumat (7/11/2025)…
Ada yang terbang sampai lupa pulang. Seperti itulah harga emas akhir-akhir ini. Terus melambung tinggi…
Kabar gembira untuk warga Arab Saudi, atau mungkin Warga Negara Indonesia yang bermukim di sana.…