Mantan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan beberapa waktu lalu sempat mengajukan usulan kepada Bank Indonesia (BI), agar mencetak uang sebanyak Rp 4.000 triliun. Hal tersebut digunakan untuk mengatasi persoalan perekonomian RI yang terdampak wabah Covid-19.
Meski bisa saja dilakukan, namun ada bahaya yang bakal dialami oleh negara jika terlalu banyak mencetak uang sendiri. Berkaca dari Venezuela, negara tersebut dihantam krisis ekonomi akibat inflasi akibat dari banyaknya uang yang dicetak. Lantas, bahaya apa saja yang bisa timbul seumpama Indonesia melakukan hal serupa?
Dampak berbahaya dari banyaknya uang yang dicetak adalah memicu inflasi yang kemudian berdampak pada masyarakat. Sederhananya, hal ini akan membuat harga barang di pasaran melambung tinggi secara tidak wajar dan terjadi dalam waktu yang berdekatan secara terus menerus.
Dampak yang ditimbulkan dari inflasi tersebut akan dirasakan langsung dalam kegiatan perekonomian di masyarakat. Setidaknya, ada empat hal yang terdampak, yakni kegiatan ekspor negara, pendapatan tetap (gaji), harga pokok barang, hingga minat untuk menabung. Terhadap ekspor negara, inflasi membuat kegiatan tersebut berkurang karena biaya yang dikeluarkan lebih mahal.
Mencetak uang dalam jumlah besar juga rawan disalahgunakan oleh pihak-pihak yang berada di dalam lingkaran kekuasaan. Seperti yang kita tahu, praktik-praktik kotor seperti korupsi dan sebagainya kerap dilakukan oleh pejabat publik dengan beragam modus. Di mana ujung-ujungnya adalah soal uang juga.
Soal cetak uang sebanyak-banyaknya, ada baiknya jika Indonesia belajar dari kejadian yang dialami oleh Venezuela dan Zimbabwe. Akibat mencetak uang dalam jumlah banyak, perekonomian negara pun kolaps dan mata uang jatuh akibat inflasi tinggi yang berujung pada hiperinflasi. Itu artinya, harga barang akan meningkat tajam hingga 100 persen lebih.
BACA JUGA: 10 Potret Tak Berharganya Uang di Venezuela, Buat Beli Tisu Saja Butuh Satu Koper
Berkaca dari ekonomi Venezuela dan Zimbabwe yang runtuh akibat terlalu banyak mencetak uang, Bank Indonesia (BI) diketahui menolak usulan agar mencetak uang sebanyak-banyaknya. Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo yang dikutip dari Detik (06/05/2020), hal tersebut dianggap tidak sejalan dengan praktik moneter yang lazim dilakukan bank sentral seperti BI.
Namanya juga penipu. Akan selalu ada cara untuk membuat korbannya tidak berkutik demi merampas harta…
Sunmori atau Sunday Morning Ride adalah salah satu hobi masyarakat Indonesia. Para pemilik kendaraan roda…
Makan Bergizi Gratis (MBG) nampaknya harus secepatnya melakukan penyempurnaan. Pasalnya, masih banyak ditemui beragam kasus…
Paus Fransiskus tutup usia pada hari Senin 21 April 2025. Berita yang cukup mengagetkan mengingat…
Sudah bukan rahasianya Donald Trump saja, seluruh dunia juga tahu kalau umat manusia sedang terancam…
Kasus pelecehan pasien yang melibatkan dokter saat ini marak menjadi buah bibir masyarakat. Kejadiannya nyaris…