Meskipun zaman Orba sudah begitu lama berlalu, tapi sikap sentimentil terhadap orang-orang Tionghoa sedikit banyak masih ada. Kita mungkin masih sering menjumpai ketidaksukaan orang-orang pribumi dengan warga keturunan Tiongkok di Indonesia, yang caranya macam-macam. Misalnya dengan omongan bahkan lebih-lebih perbuatan.
Aksi tidak suka semacam ini jelas salah. Ada banyak alasannya, termasuk salah satunya adalah kisah-kisah sejarah. Misalnya tentang perempuan Tionghoa bernama Auw Tjoei Lan. Kita mungkin jarang mendengar namanya, tapi jasa wanita ini sungguh luar biasa. Kita berhutang budi padanya karena aksinya di zaman dulu membuat perempuan-perempuan pribumi terselamatkan.
Tidak semua orang Tionghoa buruk seperti yang ada dalam mindset kita. Auw Tjoei Lan membuktikan kalau orang Tiongkok juga bisa berjuang dan berbuat lebih untuk Indonesia. Lalu seperti apa kisah juang wanita satu ini? Simak ulasannya berikut.
Auw Tjoei Lan lahir di Majalengka pada 17 Februari 1889. Ia lahir di keluarga yang berkecukupan. Ayahnya seorang pengusaha yang memiliki kebun tebu dan pabrik gula. Ayah Auw merupakan seseorang yang peduli kemanusiaan. Ia melakukan kegiatan amal, menolong gelandangan, tunanetra dan tunawisma. Sifat ini rupanya menurun pada Auw Tjoei Lan. Ia tumbuh menjadi seseorang yang peduli sesama.
Pada tahun 1914, saat ia berumur 25 tahun, Auw Tjoei Lan atau dikenal juga dengan nama Nyonya Lie Tjian Tjoen mendirikan lembaga sosial bernama Perkoempoelan Ati Soetji atau Perkumpulan Hati Suci bersama dr. Zigman dan kawan-kawannya. Lembaga ini bertujuan untuk menjunjung derajat kebangsaan, memajukan pengajaran, dan membantu ekonomi bumiputera.
Auw Tjoei Lan tidak hanya bekerja di balik layar dari gerakan ini. Ia juga maju melawan mucikari yang memaksa perempuan untuk bekerja sebagai pelacur. Seorang mucikari yang mengamuk bahkan pernah mencekik leher Auw Tjoei Lan karena merusak bisnisnya. Mucikari lainnya bahkan mengiriminya golok penuh darah.
Perkumpulan Hati Suci bukan hanya bentuk perjuangan memberantas perdagangan perempuan yang bersifat sementara. Bahkan hingga saat ini, yayasan ini masih berdiri. Sungguh luar biasa!
Auw Tjoei Lan meninggal pada tahun 1965. Ia dimakamkan di Jati Petamburan dengan diantar oleh ribuan orang dari sanak saudara hingga mantan anak asuhnya. Meski jasadnya telah tiada, namun semangatnya tidak pernah padam dan perjuangannya tidak akan berhenti hingga tidak ada anak-anak Indonesia yang terlantar.
Namanya juga penipu. Akan selalu ada cara untuk membuat korbannya tidak berkutik demi merampas harta…
Sunmori atau Sunday Morning Ride adalah salah satu hobi masyarakat Indonesia. Para pemilik kendaraan roda…
Makan Bergizi Gratis (MBG) nampaknya harus secepatnya melakukan penyempurnaan. Pasalnya, masih banyak ditemui beragam kasus…
Paus Fransiskus tutup usia pada hari Senin 21 April 2025. Berita yang cukup mengagetkan mengingat…
Sudah bukan rahasianya Donald Trump saja, seluruh dunia juga tahu kalau umat manusia sedang terancam…
Kasus pelecehan pasien yang melibatkan dokter saat ini marak menjadi buah bibir masyarakat. Kejadiannya nyaris…