Semasa era Orde Baru berkuasa, Presiden Soeharto diketahui memiliki sejumlah yayasan yang bergerak di berbagai bidang sosial kemasyarakatan. Lewat berbagai yayasan tersebut, ia menghimpun dana dari publik yang kemudian disalurkan kembali untuk beberapa hal, mulai dari membantu panti asuhan hingga mengentaskan kemiskinan.
Setelah Soeharto tak lagi menjadi Presiden, sejumlah yayasannya itu malah tersandung masalah. Aset miliaran yang ada dinilai janggal dan mengundang kecurigaan beberapa pihak. Bahkan ada yang menganggap dana yang ada telah disalahgunakan. Selengkapnya, simak ulasan berikut ini.
Yayasan Supersemar
Yayasan Supersemar [sumber gambar]Guna membantu biaya para pelajar dan mahasiswa yang tidak mampu, Soeharto pun mendirikan Yayasan Supersemar pada 1974 yang menggelontorkan bantuan berupa beasiswa. Namun pada praktiknya, dana sumbangan dari masyarakat banyak yang dialirkan ke beberapa bisnis, yakni Nusamba Grup milik Bob Hasan sebesar Rp12,7 miliar, membeli saham Gedung Kosgoro senilai Rp10 miliar, dan menyumbang dana ke Bank Duta senilai US$419.6 juta.
Yayasan Amalbhakti Muslim Pancasila
Warisan berupa masjid yang dibangun Yayasan Amalbhakti Muslim Pancasila [sumber gambar]Selain Supersemar, Soeharto juga mendirikan organisasi serupa, yakni Yayasan Amalbhakti Muslim Pancasila (YAMP). Di bawah pimpinan Sudharmono sebagai Kepala Sekretariat, yayasan tersebut berkembang dan diberi hak mengelola proyek-proyek bantuan presiden (banpres). Dananya sendiri dikutip dari masyarakat dan para abdi negara seperti PNS dan tentara. YAMP sendiri memiliki misi membangun 999 masjid di seluruh Indonesia dan berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp137 miliar pada 1998.
Yayasan Dana Abadi Karya Bhakti (Dakab)
Soeharto saat menyapa anak-anak dalam sebuah kunjungan [sumber gambar]Awal mula pendirian Yayasan Dana Abadi Karya Bhakti (Dakab) ini digunakan untuk membantu keluarga besar Golkar, namun tujuannya diubah pada 1998 dan diarahkan sebagai lembaga pengentas kemiskinan di beberapa daerah Indonesia. Selama beroperasi, Dakab mengutip 5 persen dari keuntungan yang dihasilkan oleh BUMN dan 2 persen bagi pengusaha yang omsetnya di atas Rp100 juta. Dana yang berhasil dihimpun saat itu mencapai Rp532,5 miliar.
Yayasan Yatim Piatu Trikora
Presiden Soeharto dalam sebuah kesempatan [sumber gambar]Setelah Soeharto jatuh dari kekuasaannya pada 1998, ia justru dianggap telah merugikan negara sebesar Rp7 miliar lewat Yayasan Trikora yang dikelolanya selama menjabat sebagai Presiden ke-2 RI. Dalam surat dakwaan bernomor Reg. PDS-217/JKTS/Fpk.2/08/2000, kerugian terjadi akibat pemberian dana kepada pihak yang tidak memiliki hubungan dengan Yayasan. Dana Yayasan yang tersisa diketahui berjumlah Rp26,5 miliar pada 31 Juli 1999.
Yayasan Dharmais
Salah satu program yang dilakukan Yayasan Dharmais [sumber gambar]Yayasan satu ini juga menjadi sorotan lantaran memiliki dana yang terbilang besar, yakni mencapai Rp.28.991.825.000 yang disediakan selama tahun 1999-2000. Uang-uang tersebut, digunakan oleh yayasan untuk membeli saham-saham di perusahaan kelas kakap. Maskapai penerbangan PT. Sempati Nusantara disebutkan menerima kucuran dana sebesar Rp. 11,2 miliar. Sementara Nusamba Group milik Bob Hasan menerima Rp. 12,75 miliar.
Yayasan Soeharto yang lainnya seperti Dana Mandiri dan Gotong Royong juga diperiksa oleh Tim Investigasi Kekayaan Soeharto yang diketuai oleh Jaksa Agung Andi M. Ghalib. Total, ketujuh yayasan memiliki kekayaan senilai Rp4,014 triliun.
Menyukai dunia teknologi dan fenomena kultur digital pada masyarakat modern. Seorang SEO enthusiast, mendalami dunia blogging dan digital marketing. Hobi di bidang desain grafis dan membaca buku.