Tak banyak masyarakat di Indonesia yang mengenali sosok Syech Albar. Padahal, dialah yang menjadi salah satu maestro musik gambus Arab yang terkenal di Indonesia. Saat itu dirinya sangat terkenal di wilayah Surabaya, Jawa Timur. Dilansir dari jpnn.com, Syech Albar sangat produktif merilis album bersama Orkes Gambus Al Wathon.
Selain dikenal sebagai musisi gambus Arab terkenal, Syech Albar yang merupakan ayah kandung dari rocker Achmad Albar itu sukes menyebarkan musik padang pasir dan digemari oleh masyarakat hingga menjelang tahun 1950. Seperti apa sosok sang maestro tersebut? Simak ulasan berikut.
Sosok pria yang hobi bermain musik sejak kecil
Lahir di Surabaya pada 1908, Albar kecil kala itu disekolahkan oleh sang ayah di Madrasah Al Chairijah di Surabaya, dan Madrasah Al Irsjad di Batavia. Dilansir dari qubicle.id, ia ternyata tak begitu suka mendalami pelajaran agama yang selalu diterimanya di sekolah. Alhasil, perhatiannya beralih dengan bermain gambus dan berkasidah. Meski sempat ditentang oleh kedua orang tuanya, Albar kecil pun akhirnya diizinkan untuk menekuni musik tersebut. Sekolahnya pun hanya sampai kelas III saja.
Musisi gambus yang tersohor di Surabaya
Sempat berkunjung ke Aden, Yaman pada 1926, Albar menyempatkan diri belajar bermain gambus kepada Sayid Thaha bin Alwi Albar selama tiga bulan. L.M Isa dalam bukunya “Mengenangkan Almarhum Sjech Albar” dalam Pedoman Radio Gids, 4 Desember 1949. Hlm 10. yang dikutip dari qubicle.id menuliskan, Ilmu bermain gambusnya semakin terasah setelah ia kembali ke Surabaya dan berguru pada Ahmad Faris. Berkat ketekunnanya, Syech Albar sukses menggaungkan musik gambus ala Timur Tengah ke seantero Surabaya.
Dikenal sebagai musisi gambus paling berpengaruh di zamannya
Saking populernya, Corong radio zaman kolonial pun tak ketinggalan menyiarkan suara Syech Albar yang terdengar lembut dan merdu. Alhasil, musik gambus pun sangat populer hingga menjelang tahun 1950. Laman qubicle.id menuliskan, pria keturunan Yaman itu juga merupakan sosok yang populer di tahun 1930-an. Dalam tulisan L.M isa, “Mengenangkan Almarhum Sjech Albar” dalam Pedoman Radio Gids, 4 Desember 1949. Hlm 10; Pedoman Radio Gids, 16 Januari 1949. Hlm 19, Soeara Nirom Soerabaia sampai-sampai terus mengundang orkes gambus ini dan bermain di studio mereka sebulan sekali.
Rilis album klasik Zahrotoel Hoesoen yang terkenal sepanjang masa
Ketenaran Syech Albar semakin bersinar saat ia dan kelompoknya merilis Rekaman plat gramofonnya pada 1937 diberi judul “Zahrotoel Hoesoen”, dengan keterangan “nyanyian Arab modern”. Sumber qubicle.id menuliskan, Lagu ini bernuansa Arab dengan gaya vokal suara rendah, diiringi pola irama rumba yang dimainkan dengan rebana, tamborin, dan ketik-ketik (clave) atau potongan kayu keras. Meski didendangkan dalam Bahasa Arab, toh masyarakat di Indonesia pada masa itu banyak yang kepincut dengan suaranya yang khas.
Maestro aliran musik gambus yang menjadi pelopor kebangkitan musik padang pasir
Tak salah bila sosoknya disebut sebagai maestro musik gambus yang ‘membuka’ jalan bagi musisi lainnya yang juga mengangkat irama padang pasir. Pedoman Radio Gids dalam catatannya, “Ketika Malam’lah Datang” dalam Pedoman Radio Gids, 13 November 1949. Hlm 5 menuliskan, Albar adalah pelopor musik gambus di Hindia Belanda, yang bisa dinikmati semua golongan. Tak heran jika kemudian muncul generasi berikutnya seperti Al Lahdji di Makassar, S. Abas Almenaar di Palembang dan Al Usysyaag yang didirikan Husein Aidid pada 1947.
BACA JUGA: Jadi Idola Millenial, 10 Potret Nissa, Vokalis Sabyan Gambus Ini Gemesin Banget!
Sebagai pelopor musik gambus pada zamannya, Syech Albar merupakan bagian dari yang tak terpisahkan dari perjalanan musik di Indonesia. Khususnya alunan gambus yang mencirikan nuansa Timur Tengah. Satu hal yang bisa diambil darinya adalah, kemampuan meramu musik Arab hingga terasa pas di telinga masyarakat umum segala kalangan. Di mana tak semua musisi bisa melakukan hal yang demikian.